Senin, 24 Maret 2025

Titik Awal

BABAK 15
Gadis kecil itu menangis histeris di pos satpam. Ia tak sengaja ditinggal oleh ayah dan ibunya. Ibunya mempercayakan kepada ayahnya. Begitu juga sebaliknya. Yang terjadi kemudian, sebuah tragedi yang menorehkan luka mendalam pada gadis kecil itu. Sebuah luka yang akan diingatnya kuat-kuat.

Pagi yang ceria. Si ibu yang sedang membuat sarapan pagi dikejutkan oleh dering telpon yang menggelagak. Nadanya menantang kenyamanan pagi hari. Berkali-kali minta konfirmasi. Gadis kecil tengah duduk di kursi, tangannya bertumpu pada meja makan. Kedua matanya yang jernih mengamati gerak-gerik ibunya.

Tangan si Ibu gemetar, hampir saja HP nya terjatuh karena udara di kepalanya menipis. Jantungnya berdenyut lebih cepat dari pagi biasanya. Darahnya mengalir sampai ubun-ubun. Keringat dingin mengalahkan cahaya pagi yang menembus sampai sela-sela dapur. Ia letakkan HP di atas meja. Berjalan menatap kompor yang masih menyala. Lalu tangannya sigap mematikan. Api kemudian padam, tetapi panas hatinya tak cepat-cepat pergi dari rongga pikirannya.

"Parkit?, kita ke rumah sakit," ajak Ibunya.

"Siapa yang sakit Bu?, tanya Gadis kecil. Namanya elok sekali.

"Nenek," jawab ibunya.

Segera sang ibu memberi kabar pada suaminya perihal Ibu kandungnya. Sang suami dari balik HPnya berguman tak jelas. Si ibu tahu persis apa yang sedang digumamkannya.

Keduanya bertemu di rumah sakit. Lalu menjenguk layaknya orang-orang. Nenek tampak lemah terbaring di atas kasur bersprei putih.

Tak lama hajat mereka selesai. Keduanya berpamitan.

Sang nenek menggerakan jemarinya yang letih. Bibirnya tampak ingin tersenyum, tapi hanya air mata yang meleleh di pipinya. Gadis Parkit itu mengelap air mata dengan kacu yang selalu ia bawa. Pemberian sang nenek. Ia pun pamit dan mengejar kedua orang tuanya.

Si Ibu mengiyakan ketika gadis Parkit ingin ikut dengan ayahnya. Sementara ayahnya sedang di Toilet menuntaskan hajatnya yang beberapa menit lalu ditunda atau terpaksa ditahan selama mungkin. Tak mengira putrinya mengekor di belakangnya.

Sang ayah keluar dari Toilet. Gadis Parkit menguntitnya dari belakang. Aneh. Sang ayah menganggap Parkit ingin ikut ibunya. Sementara gadis Parkit amat segan kepada ayahnya. Mereka seperti dibatasi oleh tembok yang kokoh. Komunikasi mereka amat miskin. Meski tergolong purba. Komunikasi adalah pilar utama sebuah hubungan.

Gadis Parkit berdiri kaku manakala sang ayah tak menoleh kebelakang sedikitpun. Masuk mobil dan mulai mengendarai mobilnya keluar dari pelataran Rumah Sakit.

Si Ibu sudah sampai TOL dengan kecepatan maksimal. HPnya memekik keras.

"Parkit ada di situ nggak," tanya sang ayah.

"Lho bukannya sama ayah," jawab sang Ibu.

"Jadi di mana sekarang?"

"Kok malah nanya," jawab sang ayah.

"Berarti di rumah sakit?" tanya sang Ibu.

"Udah tahu nanya!" jawab sang ayah.

Mereka putar balik kembali ke Rumah Sakit. Didapatinya Parkit sedang menangis keras berada di pinggir pos satpam sambil tantrum yang sulit terkendali. Hari itu lukanya makin menganga. Kedua matanya menyimpan kesedihan.

Rengkuhan yang hangat. Pelukan yang mendewasakan, dan bisikan yang menumbuhkan kepercayaan diri yang mungkin mampu mengobati lukanya yang menganga. Sebuah luka yang didapati dari orang terdekat akibat jarak terlampau jauh. Yakni komunikasi dari hati ke hati. Sentuhan dari hati mampu mencairkan sebuah kekakuan yang telah mengeras. 

Titik awal inilah yang memangkas jarak sekaligus memberi jeda pada guru untuk bisa menyelami apa isi kepala anak tersebut. Informasi awal tersebut bukan menjadi beban, malahan menjadi modal awal untuk mencari jenis pendampingan apa yang mendekati tepat. 

Saat itulah guru menjadi ujung tombak untuk tumbuh kembang anak di bawah komunikasi terbuka antara orang tua dan walimurid. 

Menyampaikan informasi di awal adalah pintu untuk membuka tabir komunikasi antara murid dengan gurunya. Sejak saat itulah suluh-suluh kepercayaan anak kepada orang dewasa mulai terbangun. Pada saat nantinya, tinggal memberi kepercayaan diri yang besar kepada si anak, dan anak akan siap untuk menghadapi masalah-masalah di luar kendalinya.  Cekap semanten.

Tulisan ini diproduksi 9 Agustus 2020

0 Comments:

Posting Komentar