Tampilkan postingan dengan label Petualangan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Petualangan. Tampilkan semua postingan

Senin, 30 Juli 2018

Novel Radio Mini

Band Stinky mampu mempengaruhi penampilan dan gaya berpakaian. Rambut sang Vokalis yang belah tengah mampu menghipnotis kawula muda untuk berpenampilan yang sama. Hidung mancung milik Andre menambah cita rasa tersendiri dikalangan para kaum hawa. Cara berpakaian mereka para personil Stinky menjadi kiblat yang menghebohkah jagad raya anak 90 an.

Salim menjadi kasak kusuk ketika teman-teman di sekolah mengganti rambutnya menjadi belah tengah semua. Ada yang benar-benar menjadi tampan, tetapi sebagain malah seperti anak-anak dari negeri lain. Aneh dan menggelikan.

Dari beberapa anak-anak ada yang menggunakan minyak rambut yang masih masuk akal, sebut saja Tancho, Lavender, Orang-Aring, tetapi Salim merasa untuk semua itu ada dalam hayalan. Harus ada negosiasi yang masuk akal dengan ibunya. Apalagi kondisi keuangan ibunya pada saat itu masih sangat sederhana.

Setiap melihat Stinky di Layar TV hitam Putih beberapa tetangga perempuan teriak histeris dan sedikit aneh. Salim merasa tertegun. Tekadanya untuk mengubah rambutnya menjadi belah tengah akan dilakukan walaupun tanpa minyak rambut yang di jual warung-warung.

Akhirnya melalui bertanya kepada teman-teman. Salim memutuskan untuk menggunakan air dari bongakahan pisang yang sebelumnya dipangkas. Hasilnya esok hari Salim merasa sangat tidak nyaman. Seluruh rambutnya terasa kaku dan bau kemenyan. Seisi kelas menahan ketawa karena rambut tengahnya bukan mirip vokalis Stinky tetapi sangat lepek, kaku, seperti ikan pari. Nasib salim mengenaskan sekali.

Minggu, 29 Juli 2018

Novel Radio Mini

Jangkrik-Jangkrik yang dipelihara oleh Salim terserang penyakit lemas dan tidak mau makan. Salim merasa kehilangan karena suara jangkrik yang Salim pelihara merupakan dongeng menjelang tidur. Cara yang paling ampuh untuk membuatnya tidur di malam hari adalah dengan cara menutup kupingnya sendiri untuk berapa yang lama. Bila tidak tidur juga salim akan mengulangi sampai tertidur.Tapi malam ini Salim susah sekali untuk tidur. Cara klasiknya ternyata mulai tak mempan.

Kebiasaan ini membuat telinga bagian kirinya menjadi lebih lebar dibanding dengan telinga bagian kanan. Salim belum menyadari perubahan daun telinganya.

Sudah Pukul 21.00 suasana sudah sangat sepi. Desa Kaligondang sudah mulai meringkuk dan terkesan angker. Hujan tadi sore masih menyisakkan gerimis. Suara gerimis terdengar jelas yang memantul dari atap rumah yang terbuat sari seng.

Lampu minyak sedikit bergoyang ada hembusan angin yang masuk lewat dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu (gedeg).Kenapa burung hantu suka sekali bunyi ketika malam hari. Suaranya membuat Salim makin tak bisa tidur dengan nyenyak.

Salim teringat dengan nasihat guru Agama di sekolah. " Kalau kalian sulit tidur, coba ulangi kata yang sama sampai kalian tertidur." Maka Salim mencobanya.

" Akan ku coba nasih ibu guru." bisik Salim

Yang terlintas di benaknya adalah " Ayah kapan pulang."

Salim mengulangi kata tersebut.

Ayah kapan pulang
Ayah kapan pulang
Ayah kapan pulang
Ayah kapan pulang
Ayah kapan pulang
Ayah kapan pulang

Belum tertidur. Salim mengulangi.

Ayah kapan pulang
Ayah kapan pulang
Ayah kapan pulang
Ayah kapan pulang
Ayah kapan pulang
Ayah kapan pulang
Ayah kapan pulang
Ayah kapan pulang
Sampai salim tertidur. Dongeng Sebelum tidur begitu sederhana. Ada kerinduan yang membuncah yang dirasakan oleh salim.

Rabu, 06 Desember 2017

Novel Radio Mini

Mengubur Bayi Jangkrik

Petualangan ke kali Gintung sangat melelahkan. Sekitar jam 10 kami sampai di bebatuan tepat diantara pinggir sungai Gintung yang sedang surut, kemarau panjang membuat kami berani menyebrang, walaupun masih berbahaya.

Dua jam kami membolak-balikkan batuan kecil dan sedang, berharap ada jangkrik yang masih ketiduran, atau sedang mager. Pekerjaan sederhana tapi melelahkan. Beberapa teman sudah mendapatkan jangkrik dewasa. Sedangkan Salim belum menemukan jangkrik jlabang atau kunir, bayi jangkrik pun tak mau di dekatinya.

" Lim jam berapa kita pulang, ngga mau kan terjebak Maghrib di jalan."
" Satu jam lagi."

Didi sahabat Salim merasa malas. Dia duduk di atas bongkahan batu besar yang mungkin hasil muntahan gunung Slamet. Salim yang tak mau pulang tanpa membawa apapun menjadi terobsesi mencari bayi jangkrik. Dua atau tiga ekor tidak masalah. Pokoknya petualangan kali ini harus membawa hasil.

Sudah satu jam berlalu. Salim akhirnya menemukan sesuatu yang bergerak, di bawah tumpukan daun yang mengering.

" Hati-hati Lim, ular." Didi mengingatkan.
" Aku tahu." Kesal Salim. Paling tahu dunia ular, eh malah diajari Didi.

Salim membongkar tumpukan daun yang mengering. Pelan dan hati-hati. Salim terbelalak, lima ekor bayi jangkrik berlarian. Tiga ekor betina, dua ekor jantan. Sungguh cekatan tangan Salim menangkap dua ekor jangkrik jantan dan meletakkannya di dalam toples kecil.

" Kita pulang!" Teriak Saling. Didi dan beberapa temannya merasa lega, sang kapiten menemukan bayi-bayi jangkrik. Meraka senang karena tak menginap di pinggir kali yang menyeramkan sekaligus menantang.

Mengubur bayi-bayi jangkrik adalah agenda selanjutnya. Tapi perjalan pulang tak begitu mulus seperti ketika pergi.

Minggu, 19 November 2017

Novel Radio Mini

Setiap sabtu malam anak-anak muda duduk-duduk di piggir jalan bersama teman-teman untuk bersenda gurau, atau yang lebih bermanfaat biasanya menanyakan NDAUT (membersihkan sawan dari tanaman liar). Sebenarnya suasanya cukup sunyi cenderung menyeramkan, tapi hanya dengan cara seperti itu anak-anak muda selalu "waras" dalam menghadapi situasi buruk atau menghimpit ubun-ubun manakala pekerjaan tak kunjung ada.

Woro-woro dari kota dengan cara berkeliling menggunakan mobil pick up menyebarkan pamflet masih menunggu cemas. hiburan layar tancap menjadi barang mahal, ini seperti hajatan besar seorang lurah atau orang terpandang.

Salim tinggal di desa Kaligondang, dibawah kecamatan Purbalingga. Sebuah kota yang sangat dicintai Salim. Udara yang segar, pohon-pohon menjadi payung teduh, dan alam yang menyenangkan.

Selesai makan bakso, Salim, Kak Tiwi, dan adiknya Wara, menghabiskan sisa malamnya mendengarkan wayang kulit dari radio mini hadiah dari ayahnya yang bekerja di Tanjung Pinang Riau.

Hiburan mata berupa menontot TV adalah hal yang istimewa bagi kami, sngat jarang nonton hiburan anak, melihat langsung gambar-gambar bergerak indah. TVRI adalah teman setia kami, melihat Ketoprak, Album Minggu Kita, Gareng, Petruk, Semar dan Bagong beraksi dengan bedak tebal putih menutupi wajah.

Bila libur telah tiba, biasanya Film kartun yang membuat dada kami berdebar-debar. Tak ada suara berisik dan komentar menyebalkan, karena kami memang jarang melihat film kartun dari Disney.

Kegiatan di Pagi hari terutama hari libur sangat menyenangkan, mencari ikan di sungai-sungai kecil pinggir sawah, berburu burung puyuh untuk di jadikan lauk makan siang, atau sekedar mengumpulkan mainan dari biji-biji yang jatuh dari pohon Mahoni.

Seperti pagi ini, hari minggu sangat di tunggu. kabar bahwa TV tetangga yang biasanya menjadi tempat "nongkrong" sedang mengisi Aki agar TV tetap hidur. sungguh kabar yang buruk. terpaksa kami memutar otak bersama teman-teman untuk mencari permainan yang lain.

Setelah diskusi yang alot akhirnya kami memutuskan untuk berpetualangan mencari bayi-bayi Jangkrik atau bila sedang beruntung Jangkrik Sungu, Jaliteng, atau Jlabang bisa kami dapatkan.

" Lim jam berapa kita kumpul"

" Jam Tujuh kumpul dan langsung berangkat, jangan lupa membawa peralatan berburu itu penting."

" Adik kau ikut lim?"

" Lagi sakit."

" Aku tunggu kalian dua puluh menit dari sekarang."

Minggu, 05 November 2017

Novel Radio Mini

Sepanjang jalan Pelita masih terdengar suara musik yang enak didengar. Suara Andre Stinky terdengar merdu dalam versi yang lain, anak muda berkumpul di depan rumah sambil memainkan gitar menyanyikan lagu mungkinkah dengan sangat menjiwai.

Kami bersama kakak perempuan ingin menikmati bakso ujung jalan, tak lupa adik tergenggam erat berjalan disisi yang lain. Adikku terlihat tegang, baru kali melintasi jalan di kampung malam hari.

"Mau kemana kak Tiwi".

Rabu, 11 Maret 2015

Novel Dua Sayap Ksatria Bintang

Akka

Mendung masih menatap orang-orang bersahaja. Akka Seorang pemuda gelisah karena kereta tidak kunjung datang. Aneh. Di tengah salju begini lengit gelap. Bagi Akka Aneh, tetapi bagi pengunjung seperti Rubah salju adalah suatu kehangatan. akan datang hujan sekaligus salju.

Akka menatap seorang anak kecil berambut cepak tengah mengendap-ngendap seperti ular mengintai mangsa. Ia membawa senapan berburu. Anak itu kelihatan cekatan. sudah puluhan kali akka menatap anak itu ketika membidik seekor kelinci.

"Hai nak. arah jam 10, kelinci akan masuk lubang." Ia menengok kearah Akka.
"Dor" Seekor kelinci melompat keatas dan darah mengalir di atas salju tebal. seakan sirup membasahi parutan es di musim panas.
" Good Job My Friend."

Kamis, 17 April 2014

Mahluk dari Hujan

Bagian 
Keempat 

Babeng dan seorang prajurit berlari ke arah pemukiman penduduk yang berada di tengah lembah. sekeliling lembah dipenuhi oleh hutan pinus yang lebat. jeritan dan ketakutan warga tampak jelas. Babeng meloncat dari atas bukit, lalu menerjang punggung kerbau jantang yang sedang mengamuk. sontak saja suasan makin tegang, semua mata tertuju pada Babeng yang bertubuh jangkung. ketika Babeng ingin mengeluarkan tombak pendek dari belakang punggungnya, kerbau jantan itu melenguh keras dengan mengangkat kedua kaki depannya keatas. spontan tubuh Babeng terlempar ke belakang. reflek tubuh Babeng langsung menggunakan teknik jatuhan yang bagus, dengan menggunakan kedua lengan kanannya secara tepat menempel ke tanah.

" Hati-hati beng, kerbau itu ternyata sudah gila, ia sudah sejam lalu berlari kesana kemari." teriakan ketua desa sambil memegang tongkat.

Babeng mengangguk.

" Ayo Babeng kamu bisa menaklukkan Kerbau ini, kamu juga pernah membunuh singa dengan sekali tebasan pedang." Babeng menyemangati diri sendiri.

Babeng mengeluarkan sebuah selendang berwarna merah, aneh warna merah biasanya untuk mengendalikan Banteng yang sedang mengamuk menuju matador. para warga yang menyaksikan adegan itu makin tegang. peluh dan keringat menetes pada sebagia wajah penonton. anak kecil menangis melihat adegan mengerikan itu. selendang merah itu ternyata ia ikatkan pada tombak pendek. kerbau jantan makin menggila.

Angin dan debu bertebangan. ujung ikat kepala berkibar tertiup angin. suara gaduh dan histeris ketakutan terjadi lagi, Kerbau jantan mendengus dan berlari ke arah Babeng dengan suara berat kaki yang di pukulkan oleh buku-buku jarinya. semua mata tertuju pada Babeng.

"Hup" suara babeng terdengar. Ia memperagakan lompat harimau yang indah sambil melempar tombak pendek kearah leher. "Blep" dan suara kerbau melenguh dengan keras. Dengan cekatan Babeng mengeluarkan pedang, lalu dengan gerakan yang terlatih ia menebaskan pedangnya pada leher kerbau itu. darah segar lalu muncrat dari pembuluh nadinya. semua warga langsung bertepuk tangan. senang karena gangguan telah berkurang dan bisa menyantap daging kerbau jantan itu secara gratis. biasanya warga harus berburu dan harus berbagi hewan buruannya dengan singa, Cheetah, dan Haina.

Babeng membersihkan darah yang sebagian menempel pada wajah dan lengannya. ketua suku langsung mendekatinnya. ia membisikkan sesuatu pada telinga Babeng. wajah Babeng langsung merah dan tegang.

"Ada jejak langkah manusia yang sangat besar, dan ini mungin jejak mahluk dari hujan."

Mata babeng langsung mengarah kepegunungan yang melingkari desa Rintik. Ia bergegas dan berlari 
menuju kuda belangnya. Aneh, babeng menggunakan kuda zebra sebagai tunggangannya.


Rabu, 16 April 2014

Novel Mahluk dari Hujan

Bagian 
Ketiga 

Bukit desa rintik tampak hijau dan menyegarkan. setelah di tunjuk menjadi pengawal bagi desa Rintik, kehidupan Babeng terasa sangat terarah. Setelah lama mendekam dalam penjara oleh kerajaan Somplang yang menajadi pusat pemerintahan di beberapa desa, termasuk desa Rintik. Pihak kerajaan Somplang menjatuhkan hukuman 10 tahun penjara kepada Babeng karena "terbukti" memperdagangkan adik dan beberapa penduduk desa Rintik kepada kerajaan Boman yang mayoritas para prajurit di dominasi oleh tentara-tentara yang mahir memanah dan ahli dalam Parkour.

Penjara membuat Babeng merasa tak putus asa karena masih percaya pada hukum Tuhan yang akan menghakiminya suatu saat. siang ini Babeng sedang berdiri di kaki bukit mengawasi rumah yang ada di lembah. sebuah suara mengacaukan konsentrasinya.

"Beng". seorang prajurit berteriak

" Ya"

" Di panggil ketua desa"

" Ada berita Apa"

" Seekor kerbau sedang mengamuk dan sudah mencederai pemilinya."

"Ayo kita kesana."

Babeng merasa kepercayaan dirinya meningkat tajam, penjara tak membuat masyarakat mengucilkannya, tetapi itu terjadi pada desa rintik. desa-desa lain sama sekali tak menganggapnya sebagai pahlawan jangkung 200 cm.

Rabu, 18 September 2013

Novel Mahluk dari Hujan

Bagian 
Kedua


Siang sangat panas. Desa Rintik seperti menemukan kehidupan bila siang menjelang. Para lansia terlihat sibuk menganyam tikar dari daun pandan untuk memenuhi permintaan dari Kota. setidaknya ini menjadi bagian dari kesibukan yang mendatangkan kedamaian bagi Desa Rintik. Anak-anak yang masih kecil tampak berlari-lari mengejar kelinci hutan yang tersesat masuk ke kampung. Tak jarang kelinci tersebut akhirnya menyerah oleh panah seorang pemanah ulung dari Desa Rintik. lalu daging kelinci tersebut di jadikan sate yang gurih dan nikmat. Anak-anak kecil selalu riang dan senang Bila sang Pemanah hadiri diantara mereka. Sang pemanah juga tak keberatan berdekatan dengan anak-anak kecil.

Pemuda jago memanah tersebut meninggalkan keriangan anak-anak. Ia pergi dengan kuda jantan berwarna hitam legam. Pemuda tersebut tidak hanya jago memanah tetapi juga beladiri. Pemuda ini memiliki wajah sangar tetapi lembut. kulitnya coklat. hidungnya tak begitu mancung. Giginya putih alami. Gayanya sopan dan Jantan. Pemuda ini memiliki tinggi 200 meter. Ia menjadi satu-satunya pemuda tertinggi di Desa Rintik. Hobinya berburu dan Menyerahkan hasil buruannya kepada para Lansia untuk di jadikan dendeng untuk menghadapi musim Salju. Setelah diadakannya rapat akhirnya menghasilkan satu kesepakatan kalau Pemuda inilah yang akan menjadi ujung Tombak teror yang menghantui Desa Rintik.

Jumat, 06 September 2013

Novel Mahluk dari Hujan

Bagian  
Satu

Desa Rintik masih di selimuti awan pekat kehitaman sepanjang sore. Menjelang Malam awan hitam itu menurunkan curan hujan yang tiada henti, seoalah hujan itu akan menelan desa Rintik sampai tak tersisa. Desa Rintik terdapat di di belakang bukit cemara. Ada 100 kepala keluarga yang menghuni Desa Rintik. Malam minggu biasanya pertigaan jalan selalu ada beberapa penjual jajanan yang di rebus, seperti jagung rebus, kacang rabus, dan Ubi rebus. pertama, Hujan lebat yang mengguyur desa Rintik telah menelan keriangan kecil anak-anak yang ingin beli panganan tradisional tersebut. kedua, peristiwa aneh yang kerap muncul bila hujan lebat datang menghampiri desa Rintik. Penduduk mulai gelisah ketika seminggu yang lalu di bawah guyuran hujan lebat di waktu senja, seorang penjaga desa di perbatasan melihat seorang laki-laki berpakain serba hitam memasuki Desa Rintik tanpa dapat di cegah. laki-laki tersebut memakai topeng kulit kayu yang di serut. Penjaga Desa di perbatasan seperti terhipnotis ketika laki-laki tersebut lewat 10 meter di depannya. ketika penjaga Desa melaporkan kejadian tersebut kepada Kepala Desa, sang penjaga di temukan tewas sore harinya, terkena jebakan beruang yang ia buat sendiri. sejak kejadian itu maka para penduduk selalu di hampiri perasaan mencekam ketika malam tiba di sertai hujan lebat. ketiga, laki berpakaian hitam dan bertopeng itu tak satupun warga yang menjumpainya.

Sebulan telah berlalu. Malam ini, penduduk Desa Rintik mulai merasakan keanehan yang lebih menakutkan. Bila malam menjelang di sertai hujan lebat. Unggas-unggas mereka selalu ribut dan berteriak. Kambing dan Sapi saling mengembik dan melenguh. Burung Hantu saling bersahutan ramai. Srigala di ujung bukit cemara selalu ribut dan melolong panjang. Hujan lebat tak bisa meredam suara-suara hewan tersebut. Keadaan yang mencekam ini membuat bayi-bayi yang baru lahir tak bisa tidur nyenyak. Anak-anak kecil selalu minta di gendong. Hujan lebat tak bisa membuat damai seluruh penduduk Desa Rintik.

Esok Paginya para pemuda yang kuat dan pemberani berkumpul membentuk lingkaran. Hadir di antara mereka Guru Spiritual, Kepala Desa, dan para sesepuh Desa Rintik. Semuanya mencemaskan nasib desanya yang makin hari makin mencekam. Para warga selalu minta di kawal ketika jelang malam sepulang dari Pasar, atau berbelanja kebutuhan dapur di kota. jarak dari Desa Ke kota memerlukan Waktu 3 hari dengan berkuda. Diskusi mulai hangat dan kuat pendapat kalau perbatasan harus di jaga sepuluh pemuda pemberani sekaligus mahir beladiri. Yang lainnya mengusulkan kalau mendatangkan seorang seorang pemberani dari Kota untuk bisa mengatasi kecemasan para warga.