Selasa, 18 Februari 2014

EKSPEKTASI

Ekpektasi terkadang menguras emosi sekaligus menggerus pola pikir. kalau tidak segera di deteksi, maka paradigma hidup akan salah mengartikan tentang harapan. seperti yang di alami oleh San Mukyi yang punya harapan ayahnya bisa merenovasi rumah mungilnya di daerah Bogor. Tetapi skenario dan takdir harus berkendak lain. Ayahnya jatuh sakit dan di vonis oleh dokter terkena penyakit Prostat. San Mukyi akan membayar ayah sesuai dengan tukang yang sudah profesional. Hidup itu memang misteri. San Mukyi memilih untuk tidak patah semangat. Ia ingat dengan Aa Gym yang menelurkan konsep pilihan tentang harapan. "Kita harus siap dengan kondisi yang kita inginkan dan siap juga dengan kondisi yang tidak sesuai dengan keinginan."
Pesan Kyai itu melekat betul di alam bawah sadarnya. San Mukyi memilih untuk siap dengan kondisi yang tidak di inginkannya. Ia pun berpikir kalau moment inilah yang sedang Allah skenariokan padannya tanpa melampaui batasnya. San Mukyi memilih untuk tidak mendramatisir masalah yang ada. Ia memilih untuk mencari tukang yang menurutnya profesional.
Harapan yang tidak kita inginkan memang menyakitkan tetapi kalau kita benar-benar serius untuk mencari dan merenung titik permasalahan sekaligus solusi. Maka harapan yang sesuai dengan kita inginkan atau tidak akan menjadi lompatan kedewasaan kita semua.
Kita bisa belajar kedewasaan pada sosok San Mukyi yang memilih untuk Move On dari pada berjalan di tempat yang sama.