Bab 10
Berburu Jangkrik
Berburu Jangkrik
Ini malam minggu, di belahan waktu lain mungkin kawula muda sedang mengadakan kontes tentang dunia eksplorasi laki-laki. Yang paling sederhana misalnya duduk-duduk di pinggir jalan raya sepi hanya untuk bercengkrama dengan teman-temannya. Bintang di langit kerlipnya mampu menyihir para pengabdi sajak hingga lahirlah sebuah puisi yang ketika dibacakan akan menimbulkan daya kejut ribuan volt. Seorang Frans juga sedang terhipnotis tentang kemegahan angkasa lengkap dengan sejuta misterinya.
Pulang dari mengaji Frans harus memutar logikanya agar ajakan Jidon dan Hari yang amat menarik dapat dipenuhinya dengan langkah mantap tanpa menghianati kepercayaan seorang ibu. Frans mencium punggung tangan ibunya setelah sampai di rumah. Ibunya yang sedang serius mendengarkan sandiwara radio di 94.7 FM SBS radionya Purbalingga, membuat Frans urung untuk pergi berburu jangkrik malam-malam. Cukup berisiko sekaligus menantang. Berburu pada saat itu adalah bukti seorang laki-laki. Stigma itu cukup membuat Frans frustasi.
" Kau tak makan Frans, kalau kau tak suka nasi, ada bubur kacang hijau di panci." Sang Ibu memberikan pilihan.