Jumat, 05 November 2021

Manusia Persimpangan

Orang-orang yang terbuang seringkali masa hidupnya sejalan dengan sabda langit, tak peduli ia berhadapan dengan siapa, menindak siapa di belakangnya, ia manusia yang memilih pada percaturan yang tak aman

Perhatikan saja langkah dan gerak bibirnya, seperti uap segar yang akan menyengat siapa saja yang melanggar sisi kemanusiaan paling hakiki, panggilan kejiwaan menuntutnya untuk melangkah memenuhi ambisi pribadi berpondasi kepada ke adiluhungan

Lihat saja perutnya yang jarang membuncit, ia bisa menimbun semua kenikmatan dalam satu lambung dan memaksanya terus menerus dengan berbagai jenis makanan, ia melarang untuk buncit, berlemak saja ia tidak ingin

Ia tak peduli pada penjegalan yang menimpanya, bulan tak bersinar semalam saja, ia tetap tersenyum karena ada berkas pada bulan-bulan berikutnya, lalu dengan tenang ia memulai memberi warna pada kanvas yang dibelinya bukan hasil pensiunan tetapi pada karya yang berhasil dijual dengan harga yang pantas

Ia kerap menyanyikan beberapa bait untuk sekedar merefleksikan segala yang tercapai pada batas normal, hingga orang-orang yang menjegalnya tak pernah berhasil untuk membuatnya patah. Sebuah perbandingan yang akan membuat kalian tetap terjaga setiap malam, memikirkan bagaimana menyingkirkannya, padahal ia sedang tidur lelap bersama kuas yang selesi dicuci menjelang akhir pekan

Orang ini mengharapkan hak-haknya hak manusia yang telah dilanggar tetaplah menjadi perhatian perhitungan yang akan ditagih tidak hanya didunia, tetapi di hadapan Tuhan mereka tak akan bisa berkutitk untuk sekedar berkelit pun sulit

Akan ada masa umurmu menjadi sebidang kecerdasan yang tak mampu mereka beli, padahal mereka punya kemampuan untuk membeli apapun, tetapi tidak untuk pikiran.

Jumat, 22 Oktober 2021

Kata Nenek

Bandusan Mabur membuat jalan-jalan sore agak terganggu. Mau kesawah saja kedua kaki rasanya sebel, tak ada teman dan tak yang bisa membungkam aura seperti batman tanpa Robin. Menit yang kami miliki sangat berharga, untuk kemudian menjadi masa-masa yang sulit untuk kami hadapi pada masa-masa sulit.

Dengusan nenek juga mempunyai arti yang memungkinkan bisa berpikir macam-macam. Bandusan mabur adalah caranya mengarahkan kami pada kenakalan-kenakalan yang tidak bisa ditunda.

Senin, 18 Oktober 2021

Pembacaan dekat dan lain-lain

Aku membaca banyak novel dari yang populer atau pun yang digolongkan pada sastra. Dan aku tidak bermaksud untuk membedakan keduanya, atau merendahkan satu sama lain. Karena pada dasarnya dua-duanya bisa dibilang sebuah karya. Mungkin ada yang bisa menulis kedua-duanya, dan memang ada. Hanya saja yang membedakan adalah soal tema, gaya penulisan, dan seterusnya. Bagaimana sebuah cerita dipresentasikan menjadi sebuah cerita apa, itu juga jadi soal. Apakah hanya mendeskripsikan kalimat yang terus saja sama sampai akhir cerita, atau akan membuat kalimat yang menarik isi kepala dan bisa diskusikan sampai ke tempat yang menakjubkan.

Satu waktu aku kecolongan karena mengungkapkan isi pikiran dengan menyebut sebuah nama yang membuat mereka 'berang' atau hanya kekhawatiran semata, jika itu aku maklumi. Tetapi jika tidak, ada hal sembrono yang mereka tampilkan dengan cara pikir pendek dan tak coba bertanya tentang alasan-alasan. Sebut saja mengapa anda membaca buku tersebut,hal itu akan membuat pengakuan yang bersumber pada kenyamanan pikiran, bukan pada ketertekanan. Karena banyak alasan kenapa seseorang membaca buku-buku "sensitif" bukan tangkas untuk memberikan stigma atau apalah yang menyumbat kebebasan berkreasi.

Cara membacaku sepertinya "diaminkan" oleh Cah Mahfud Ikhwan, ketika melihat tayanganya di sebuh youtobe (https://www.youtube.com/watch?v=D7ue8VhLoqs 20:22), menurutnya cara ini tidak mengalami rasa sakit yang mendalam. Dengan alasan ia langsung membaca karya sastra ketika ia kuliah. Ini menjadi semacam obat untukku, bahwa apa yang kulakukan tidak terlalu buruk dalam tahap pembacaan. Itu yang bisa kusimpulkan untuk saat ini.

Soal membaca adalah soal pendalaman akan kreatifitas seseorang. Lagi-lagi prosesnya tergantung pada cara ia berangkatnya. Apakah hanya ingin mengetahui cara berpikir penulis itu, atau hanya ingin melihat teknik atau cara menulisnya. Lebih-lebih bisa mendalami gaya kepenulisan. Menurutku itu sah-sah saja, seorang penulis yang membaca karya orang lain berarti sudah menjalankan sebuah tradisi sebuah etika. Menurut A.S Laksana, kalau karya Anda ingin dibaca orang lain maka Anda juga harus membaca karya lain yang bukan milik anda, kurang lebih seperti itu.

Satu hal yang menggelisahkan sekarang, kalau belum tahu duduk permasalahannya, hendaknya menahan diri. Membaca karya orang bukan berarti ikut larut dalam pimikirannya. Tetapi bisa jadi ada maksud-maksud lain di balik pembacaan dekatnya itu. Ada hal lain, yang mungkin tidak bisa diceritakan secara gamblang pada saat yang bersamaan.

Jumat, 24 September 2021

Kata Nenek

Sudah beberapa jam Febri dibawa Kelong. Berita ini tentu saja menggemparkan seluruh penduduk gang rapingun. Kami yang sedang duduk-duduk di beranda Mushola selepas mengaji merasa kecut. Aura Mushola yang semestinya memberikan ketenangan seakan mengungkung kami dalam ketakutan. Apakah nanti menjadi prasasti sebagai anak yang paling banyak diusili oleh dedemit.

Menurut para sesepuh di desa kami, kaum dedemit yang terorganisir itu akan "menyerang" atau "menangkap" anak-anak yang tidak patuh orang tua, klayaban sendirian, dan suka terbengong-bengong. Konon mereka handal dalam hal merongrong wibawa manusia, apalagi anak-anak.

Nenek memiliki pengetahuan yang cukup luas terhadap dunia perdemitan,ia seorang yang kata-katanya didengar oleh keluarga. Ia punya ingatan lengket tentang para kompeni yang mendera pada anak cucunya. Setidaknya pada Supri, cucu yang pernah diteror oleh ular besar penunggu pohon besar.

Menurut Nenek derivasi pada dunia dedemit terpecah-pecah dalam tataran yang sering kali tidak masuk akal. Supri sering memprotesnya, tetapi ketakutan menjadi perisai atas ketidaksukaan pada dunia rekaan sang nenek. Ia seringkali menerka-nerka apa isi kepala sang nenek, apakah otaknya dipenuhi dengan konspirasi-konspirasi untuk menjaga para cucunya.

Ia memperkenalkan sosok Cepet sebagai lelaki serba hitam yang seringkali muncul dari balik rerimbunan pohon bambu. Bambu wulung menjadi hunian paling nyaman bagi para kumpulan Cepet beserta sanak familinya. Cepet seringkali menjelma menjadi sosok yang dikenali oleh orang-orang terdekat. Kemunculannya bersamaan dengan tenggelamnya matahari. Begitu kata nenek, sebagai awal pembicaraan serius di tengah malam. Ketika membukakan pintu untuk Supri yang pulang malam.

"Nek, Febri dibawa Kelong," Ucap Supri ketika mengunyah nasi dingin dengan campuran lauk yang tampak menggigil.

"Ternyata mereka tak juga kapok."

Lalu nenek bercerita panjang lebar. Ia menebak kalau Febri sudah dibawa berkeliling menuju tempat-tempat yang semestinya buruk pada dunia nyata. Tampak indah bila sedang membersamainya. Mungkin Febri akan ditemukan pada tempat-tempat yang tak terduga.

Sebelum tidur, Supri dikenalkan kembali pada dunia rekaan nenek. Sumbernya pun sulit untuk ditelusuri. Dugaan sementara menurut para teman-temannya, nenek pernah dikejar oleh serdadu Jepang sampai terbirit-birit masuk lereng dan bukit-bukit berhantu. Lalu pulang dengan segudang pengalaman yang meneror. Sesaat sebelum tidur, ia bercerita tentang dunia Jewilwa yang muncul pada siang bolong ketika anak-anak keras kepala tak pulang ke rumah. Ia tidak bercerita secara lengkap asal muasal Jewilwa itu. Jenis berikutnya ada sosok yang sering disebut dengan Nggerem, mahluk penganggu pada anak yang malas gosok gigi dan kabur saat tidur siang.

Pagi hari Supri terbangun mendengar jeritan ayam hutan yang dipelihara oleh kakeknya. Ia kadang melengkapi dunia rekaan nenek menjadi terlihat nyata dan bisa ditelusuri dari masa yang lampau. Apakah mungkin?

Ia melangkah untuk memulai hari bersama dunia rekaan sang nenek.

Kamis, 02 September 2021

Aku dan Dea Anugrah

Mungkin persamaanku dengan Dea Anugrah, hanya satu hal saja. Ia pernah meminum air galon selama dua hari untuk mempertahankan "kehidupannya" selama kuliah. Maaf, ini terdengar sok tahu. Karena aku hanya melihat Dea Anugrah bercuap-cuap di You Tube yang kutonton berjam-jam. Entah kenapa pemuda ini menyedot isi pikiranku untuk mendengarkan kata-kata yang menurutku amat jenius, jika ini tidak berlebihan. Aku hanya melihat dari jauh, mungkin suatu saat bisa bertemu, dan bertanya banyak hal padanya. Tulisan ini kubuat, untuk mengabarkan pada khalayak. inilah caraku berterima kasih padanya.

Aku lebih tragis darinya sekaligu iri, ia "hanya" meminum air galon selama dua hari, sementara aku harus menyiksa perutku selama tiga hari dengan air galon yang kubeli Rp 3000 rupiah. Satu kali gratis membeli air galon, jika berhasil mengumpulkan tujuh kali bukti pembelian. Kuanggap diriku sebagai penyintas dari ketidakberdayaan melawan kelaparan yang 'kugauli' selama kuliah di Ciputat. Ia begitu lentur bercerita soal pengalaman intelektual di Yogyakarta, berfilsaf di UGM dan lebih sering nongkrong dengan anak UNY.


Ini sebentuk kekaguman saja pada cara menuangkan ide dan tulisan, sekali lagi aku mengenalinya lewat tulisan dan media sosial. Setelah selesai tertawa sempurna biasanya ada hal memikat yang bisa keluar dari mulutnya. Misalnya ia mengatakan "setiap tulisan akan menemukan bentuknya sendiri" kurang lebih seperti itu. Bagiku ini jenius, aku yang masih gagap mempresentasikan sebuah cerita menjadi puisi, cerpen, atau novel seperti mendapat uluran tali ketika hendak jatuh ke jurang.

Bagiku yang awam berfilsafat mendengar cara pikirnya tentang dunia filsafat. Ia mengatakan tanpa Georg Wilhelm Friedrich Hegel tidak ada Karl Marx, ia seperti ingin melipat 'keruwetan' dalam dunia filsafat menjadi lebih sederhana. Itu yang kurasakan.

Entah kenapa 'mereka' yang dari filsafat sanggup membuat tulisan yang mencengangkan. Ada juga yang dari lulusan sastra yang bisa melahirkan konsep dan cara berpikir yang cerdas. Sebut saja Mahfud Ikhwan, yang usianya terpaut empat tahun saja denganku. Dan mungkin banyak lain yang belum kuketahui. Kita kembali ke pemuda ini, ia mengatakan kalau penulis itu dibentuk dari buku-buku yang dibaca, dan tidak ada kausal dengan latar belakang pendidikannya. Dasar pemikiran itu membuatku menjadi semakin menggebu untuk menyelesaikan tulisanku. "

Cerpen Dea yang menarik salah satunya, Kisah Sedih Kontemporer. Kalian sudah baca, kalau belum itu masalah kalian sendiri.

Kamis, 06 Mei 2021

Yogyakarta ku hanya melintas

Yang lelah adalah peluh marah pada merah-merah darah
Kerah putih mangkrak-mangkrak pada jingkrak-jingkrak
Hitam legam sembunyi-sembunyi dari lelah kematian
Jelaga hitam yang lama tergarang panas setiap saat

Rehat sesaat pada kekalutan yang terlewat-lewat
Terdiam pada petaka pekik telinga gendangnya pecah
Terkenal karena kerendahan hatinya suaranya bikin adem pecah parah
Berkumis tebal kadang gondrong kadang pendek

Yogya ku hanya melintas jalanan
Pada tahun-tahun yang telah lama
Menjadi saksi atas perhelatan setahun sekali
Menjadi pengawal kebutuhan atas nama persaudaraan

Semesta alam mencari kawan bukan lawan yang curang lagi cengeng
Melodi citra tak menjadi alasan bumbu penyedap masakan modus operandi
Berenang dalam genangan darah menyala bumbu penyedap menjelang lebaran
Malulah pada nurani yang kau koyak-koyak seperti kerecek lebaran

Yang jadi kian menjadi-jadi
Yang tanpa makin lelah karena perasaan bimbang
Limbung dan lumbung yang kalian rampas seperti ada perang
Yah, inilah jika petuah hanya menjadi kuah makan siang kalian

Minggu, 02 Mei 2021

Memanggil Kepekaan

Bagi jiwa yang tidak memiliki hubungan dengan Tuhan-Nya maka ketersediaan nilai kesadaran akan hubungan-Nya, semakin mengecil. Kemuliaan-kemuliaan yang melekat pada setiap jiwa akan mengkerut jika tak terdapat secuil kepekaan dalam pikiran juga dadanya. Ia membiarkan karat mengganggu perjalanan nuraninya. Ia juga tak cepat-cepat mengkoreksi coretan itu dengan lafal-lafal dari langit, melepaskan begitu kehendak yang sempat terbesit dalam pikiran jernih. Ia rela menuangkan segelas gelap yang membutakan langkah-langkahnya, bahkan tongkatpun tak juga memberinya jalan kemudahan. Ia malah mengeratkan ikatan yang telah lama mengungkungnya diam-diam, lalu tanpa disadari muncul benjolan yang menyerap terus menerus kelembutan hingga tak berbekas.
 
Ketaknormalan yang merajalela tak juga ditanggapi sebagai panggilan Tuhan agar ia lekas-lekas mengoreksi catatan keimanannya. Jika tak sanggup ada pilihan hati yang bisa menyokongnya menjadi detak-detak semangat dan inspirasi bagi manusia lain. Sebagai cipatan-Nya insan menyediakan secuil potensi agar gerak lisan dan jiwanya tak hitam jelaga. Sesekali tisu putih yang berubah menjadi krecek akan terasa nikmat, jika tak disadari keberadaannya.

Yang lain, penggerak roda pikiran menjadi lebih mulus ketika semua fungsi tubuh mengarahkan pada kebahagiaan yang hakiki. Insan menjadi lebih terpanggil pada kenyataan hidup di depan matanya, meski statusnya sebagai insan 'papa' menjadi incaran mulut-mulut yang miskin kasih sayang. Mereka juga butuh pertolongan, tinggal menunggu momen saja.

Malaikat turun ke bumi menyapa sang Nabi terakhir ingin menyampaikan mandat dari Tuhan-Nya. Ia mengatakan "Wahai Nabi tak jauh dari Anda ada seorang "Malang" yang nantinya akan masuk neraka." Setelah selesai ia melesat pergi dari hadapannya.

Lalu lewatlah seorang ibu yang tengah menggendong anaknya yang tak berhenti menangis sebab lapar yang menohok. Wanita "malang" yang bekerja di tengah lumpur kegelapan tengah menggigit sebagian kurmanya. Ia menghentikan gigitannya dan berjalan tergesa-gesa menyambangi si anak dan memberikannya. Malaikat turun dan menjalankan mandatnya bahwa si wanita "malang" itu akan menjadi penghuni surga.

Level keibaan wanita "malang" itu pada level yang membuatnya nasib si wanita berubah seketika, tidak perlu menunggu waktu lama agar takdir si wanita "malang" menjadi takdir yang mulia. Itulah definisi dari insan yang berfilantropi.

Jiwa yang keras jua menjadi titik gelap hingga ia tak bisa menyerap kejadian dari Tuhan. Bahkan Ahli kegiatan langit pun tak bisa membedakan sebuah peristiwa. Ketika banjir melanda dan air sudah menyentuh lututnya, menyentuh dadanya, bahkan ketika air sudah sampai loteng ahli kegiatan langit tetap menolak semua pertolongan manusia. Ketika ia protes dengan Tuhannya. "Mana pertolongan Mu" kata si ahli kegiatan langit. "Aku sudah memberi pertolongan kepadamu sebanyak tiga kali" kata Tuhannya. Hati yang keras telah membuatnya menolak semua kebenaran (pertolongan) dari para penolongnya. (Hanya Tuhan Yang Tahu).

Rabu, 28 April 2021

Melukis Ayah

Pintunya ditendang dengan tengan hasil latihan silat, terukur dan membuat kerusakan yang cukup fatal. Ayahnya mencari penyebab kenapa ia marah, tetapi tak ditemukan apa-apa selain kemarahan ayahnya yang makin meningkat. Ayahku tak diduga, sesuai dengan keadaannya. Seperti angin ribut yang tiba-tiba bisa setenang danau dan seberisik gemuruh orang bertengkar.

Ia menyediakan sarapan seperti menyambut tamu-tamu agung dari kerajaan dunia. Aku senang bukan kepalang, tetapi apakah ia terus ada sampai aku besar nanti, tentu saja tidak. Ia pernah memberi nasihat kepadaku tentang pentingnya tak bergantung pada orang lain. "Ayah  tidak akan selamanya kuat, kamu harus bisa melakukan sesuatu tanpa bantuan ayah," begitu kudengar ketika ia mencebokiku setelah buang hajat. Aku tak tahu pasti apa yan dimaksudnya tetapi kata-katanya mengandung misteri kehidupan.

Di lain waktu aku terbangun dari tidur dengan perasaan takut, ku ceritakan pada ayah aku tadi mimpi serem betemu pocong dan dikejar anjing. Ia mendengarkan dengan baik. Lalu ia memberikan semacam tips yang belum sebenar-benarnya tips, tetapi bagiku cukup efektif untuk melawan mimpi-mimpiku yang lain.

"Ayah kasih rahasia ya, sebuah cara agar kamu bisa keluar dari mimpi," katanya.

"Apa itu yah,"

"Kamu harus cari tempat yang tinggi lalu kamu lompat, biasanya akan bangun. Kalau dalam mimpi ada yang membuatmu takut lawan saja," ucap ayah.

Esoknya kuceritakan tentang mimpiku yang seram dan bisa meloloskan diri darinya. Pernah kuceritakan anjing yang ingin menggigit, setelah ku injak berubah menjadi katak dan loncat-loncat.

aku ingin mengucapkan terimakasih dengan cara lain. Aku masih kesulitan untuk melukiskan tentang ayah, mungkin ketika kumulai beranjak dewasa. Cerita-cerita tentang ayah akan mudah kutuliskan. 

Rabu, 21 April 2021

Tembok Dalam

Ia lahir dalam kesengsaraan, mencampakkan dalam-dalam
Ia mencapai dalam kebarauan, melahirkan sejenak istirahat
Ia mendidih dalam pesona, meruntuhkan tembok yang dalam
Menyusui dan meratapi setiap kepingan zaman, kemanakah ia?

Keras yang lunak sebagai cermin berlapis
Mengkerut dalam rona bercak-bercak seutas tali
Tali jemuran yang kian rapuh, seperti arang patah
Mendambakkan kesetian setelah tikaman penghianatan

Cobalah meresapi setiap pertahanan yang terlalu kuat
Kokohnya kepribadian kadang menjungkirbalikkan kenyataan
bersembunyi dalam kebaikan yang tak lekang
Ia hanya beralih dari titik ke titik lain

Selasa, 13 April 2021

Para Pemesan

Sore itu senja malah menertawakan
Para pemesan kekuatan
Untuk mendapatkan sedikit ketenangan
Dari para lengan yang menyingsingkan kerah baju

Orang rumah terkaget-kaget
Melihat wajah yang dikenalnya telah berubah
Seperti wajah-wajah di televisi
Tanpa noda dan tampak bersinar licin

Pemesan itu ada di televisi
Menggambar wajahnya sendiri
Tunduk malu atau entap apa
Tertawa sepenuh mata

Para pemesan bangun dan melihat sekitar
Hanya wajah itu saja yang selalu terlihat di televisi
Baju dan pakaiannya berganti-ganti
Agar jejaknya bukan jejak anjing atau singa

Mereka mengurung dalam petasan
Memekakkan telinga mereka sendiri
Dengan tangan atau mercon cabe keriting
Semua lusa dan esok bisa benderang

Minggu, 11 April 2021

Sebuah Teropong

Seringkali kebenaran tersembunyi
Dari balik bisik-bisik
Tajam seperti suara penguasa
Yang menjembatani setiap permukaan-permukaan

Mengintip dari balik teropong
Berhembus nafas dari balik mulut-mulut lama
Seperti angin pada udara
Seperti jendela pada tirai

Dari balik teropong
Manusia menerapkan peraturan-peraturan
Menjelma dalam hasrat-hasrat
Untuk menutupi jejak yang berlubang

Ia tidak bisa meneropong ketulusan
Jenis manusia yang terang dan bersinar
Pada dirinya perpaduan antara lalat dan lebah
Tak mau menipu orang, ia tertipu sendiri

Teropong membidik yang disasar
Tak bisa melebar tepat
Ia hanya sasaran
Tak juga tepat sasaran

Jumat, 09 April 2021

ASPEK FISIOLOGI HABIT

Orang tua kadan hopeless melihat anak yang tak bisa diajarin, mengapa? dari sini kita melihat aspek fisiologisna.

Manusia memiliki banyak otot untuk mendukung pergerakan. Saat kita melatih suatu otot terus menerus, mereka akan tumbuh dan terlatih. Sayang jika dari kecil sampai besar otot-otot ini tidak dilatih lebih jauh. Banyak sekali yang bisa dilatih.Kemampuan anak berproses, kita tidak bisa menghasilkannya dengan instan. Melatih proses jauh lebih penting dari pada mengharap hasil akhir.

Manusia memiliki kemampuan beradaptasi yang luar biasa. Bangun satu-satu, beri atmosfer, konsisten.Ketika ingin mengajarkan anak bicara dengan baik, tak cukup hanya dengan meminta anak bicara baik. Anak harus diminta melatih tubuhnya juga. Tubuh yang tegak, suara yang jelas, wajah yang tenang dan tersenyum. Ketika habit buruk sudah terbentuk, tak hanya akan mengganggu orang lain, tapi juga mengganggu Kesehatan anak sendiri. Pertumbuhan yang terganggu dari posisi duduk yang buruk, misalnya. Karena tulang belakang juga membengkok.

You are what you think you are.

Setiap pagi kita bangun, apa sih yang kita pikirkan kita pertama. Ini mendefinisikan diri kita sendiri kemudian. Inilah pentingnya kereta pikiran. Saat kereta pikirian sudah steady, kita akan lebih mudah mengendalikan diri kita juga jaringan otak berubah, ketika kita tidak menggunakan jaringan tertentu, dia akan meluruh dan digantikan dengan yang baru.

Kita harus memikirkan jangan sampai masuk ke automatisasi. Padahal itu natural. Kita perlu refleksi dan terus mempertahankan kesadaran. Apa yang digerakkan oleh tubuh, salah satunya mulut, akan membuat jalur di otak kita. Maka jika terus dilakukan, dia akan terus mengikuti. Apa yang nampak di manusia, itulah yang berkecamuk di dalam dirinya. Berhati-hatilah dengan gerakan dan pikiran kita.

Peranti utama manusia adalah tubuh. Termasuk di dalamnya otak dll. Ada gerak, rasa dan pengetahuan.Kita harus mindfulness. Kita harus kendalikan agar tak memikirkan yang sia-sia. Kita sama-sama memiliki waktu 24 jam, akan jadi apa kita. Tentukan goal dari pagi. Jalani dengan penuh kesadaran.

Cheating2 dikit pun membentuk jalur kebiasaan. Jadi perhatikan baik-baik. Tutup hari dengan penuh syukur. Hindari hal-hal yang bisa mendistraksi. Jika hp mengganggu, bisa masukkan ke laci. Ada penanda missal memakai celemek, brarti harus masak dan beres-beres. Rencana sudah disusun dari sehari sebelum lebih baik.

Ada banyak jenis excitement, ada yg senang maen game, ada yang suka nonton crime story. Kita harus lebih banyak membangun curiosity. Jika kita terus-terusan memikirkan rasa kita pada orang lain, pikiran buruk terus diolah dan membentuk perilaku buruk.Pembentukan karakter dari pikiran yang terlintas, semua berasal dari rumah. Bagaimana habit di kuatkan. Dan orangtua lebih baik bersakit-sakit dari sekarang.

Anak yang menunda-nunda misalnya, mandi berlama-lama karena terlalu banyak imajinasi. Perlu dibantu menghentikan lintasan pikiran itu dengan pembentukan kebiasaan baru. Distraksi pikiran anak. Setting waktu baru mandi 10 menit.Kebiasaan yang lama akan menjadi karakter, yang tanpa berpikir akan langsung digerakkan.Kita perlu mengawal anak dari pengaruh luar. Cara bicaranya perlu dipastikan tidak justru membangkitkan emosi dan tidak memberi cap pada anak.

Kebiasaan yang kita latih, fisik atau pikiran memiliki bekas di otak. Bisa menebal atau hilang ditelan waktu jika tidak digunakan terus menerus. Tubuh ini mempunyai kemampuan utnuk memberi perintah pada otot untuk membentuk otot-otot baru yang bisa ditumbuhkan dengan cara yang benar. Kita diminta melatihkan anak atletik. Agar ada otot lain yang penting untuk pertumbuhannya, ada orang yang terus memikirkan sesuatu sehingga itu menjadi terbawa ke kesehariannya.

Jika kita memiliki kebiasaan buruk, kita rubah dengan kita paksa memikirkan hal yang lain. Dengan regenasi otak dan pembentukan jalur baru. Kita bisa melatihkan hingga ke tahap reflek. Sehingga tahapan pembentkan sebuah perilaku bisa langsung ke tahap akhir dan menjadi karakter seseorang. Kebiasaan juga bisa diambil anak-anak dari orang lain selain orang tua.

Sumber tulisan diambil dari komunitas homeschooling metode Charlotte Mason 

Selasa, 06 April 2021

DISTORSI KLARIFIKASI

Tak terasa kita sudah melewati masa-masa sulit yang kadang menjungkalkan akal sehat pada jurang yang menghawatirkan. Masa-masa sulit terjadi karena alam yang menghendaki, takdir yang menentukan setiap perjalanan manusia. Tetapi di luar jangkauan kita sebagai manusia, ada sejumlah kesulitan karena hasil desain dari tangan-tangan miskin kasih sayang. Bisa hasil kebencian yang mendalam atas sebuah agama tertentu. Di mana idiologi semakin mengeras, "tak lagi" membuat kebahagiaan. Memakai baju agama untuk menghasilkan kekerasan yang menyakitkan. Lalu dengan enteng membawa agama tertentu untuk menjadi pelindung diri. Bisa juga hasil dendam yang tak berkesudahan. Atau yang paling eman adalah hasil dari penyimpangan data yang tak masuk akal.

Perang membuat luka yang terus menganga sepanjang masa. Meninggalkan kengerian yang membuat sebagian sakit jiwa. Mimpi-mimpi indah menjadi semakin jauh dari jangkauan. Tak segan-segan mereka menjungkalkan sisi kemanusian atas dasar pendangkalan kemanusiaan yang menurutnya perlu diperbaiki. Alih-alih membuat nyaman atas sisi-sisi lainnya. Meski berbeda keyakinan, tetapi mereka juga adalah manusia yang haram ditumpahkan darahnya, tanpa alasan yang kuat. Bagaimana mereka pulang ke rumah tinggal nama, dengan dibaluri jeritan dan kepanikan yang melanda seluruh anggota keluarga. Tulang punggung mereka meregang nyawa di tangan "orang" yang mengaku pada agama yang cinta damai. Ini akan terjadi secara berlarat-larat jika ada yang menginginkan demikian. Apalagi melukainya atas dasar kesadaran bukan keterpaksaan di bawah lesatan peluru atau tajamnya kilatan pedang.

Genangan darah tak membuat ciut untuk mengurungkan niat busuknya. Apalagi sekedar untuk klarifikasi atas sebuah pesanan. Mungkin terlalu jauh pada data yang diterima. Apalagi kotak-kotak penuh perhiasan ada dalam genggamannya. Membuatnya mabuk kepayang yang langkah-langkahnya menjadi terhuyung-huyung. Tertawa sepenuh tenggorokan dan makan sepenuh mulut, kedua tangannya menggenggam sekerat daging bertabur kezaliman. Ini zaman di mana sebagain orang suka menyembunyikan kebenaran, dan menertawakan kebenaran  di depan mata.

Penyimpangan data yang "parah" membuat anak kecil harus berangkat ke sekolah lebih awal, padahal gema subuh belum juga terdengar. Tembok-tembok rakitan membuat kakinya lincah memilih jenis tanah yang nyaman bagi kakinya, atau ia pulang dengan kehilangan salah satu kakinya. Pada dadanya terselip keberanian yang putih, tak pernah takut mengangkat wajahnya pada orang-orang berseragam yang telah kehilangan pegangan hidup. Pada dunia lain, ada kerumunan yang tak membawa apa-apa kecuali yang melekat di tubuhnya. Sambil memikul seorang ibu yang telah kehilangan kekuatan, karena uzur. Ini adalah jenis pertarungan yang memilukan. Di mana yang senjata memiliki kekuasaan yang mudah sekali terkena bujuk rayu, hanya menyisakan sedikit kekuatan setelah dilemahkan jika tak ingin mendengar "kebiri".

Mungkin kita perlu "tenang" sejenak, jika tak ingin menggunakan kata "diam" untuk mendapatkan jenis kontemplasi yang apik untuk menghadapi gempuran apapun. Untuk menajamkan pikiran sekaligus menjernihkan kata-kata. Agar apa yang terjadi, katakan terjadi. Agar yang tidak terjadi, katakan juga tidak. Sebelum "tangan" Tuhan bertindak, karena mendapatkan banyak laporan dari kemarahan alam yang terus dianiaya, darah terus ditumpahkan, dan kebenaran terus saja ditertawakan.

Minggu, 10 Januari 2021

SANG PENGELANA

Ia mengelana dari desa ke kota, menderma seluruh jiwa raga, tak sempat ia memikir yang berbeda
Ia menatap matahari yang telah menyetrika punggungnya seharian, baju lepek tak karuan
Ia menjawab peribahasa yang berlarat-larat dari setiap bahasa tubuh yang dipertontonkan secara membabi buta
Ia menatap sekaligus melihat perjalanan masing-masing orang tanpa merasa terganggu

Katanya, jiwa itu ibarat pilot yang leluasa bergerak
Katanya, keadilan bisa ditegakkan tanpa memandang bulu
Entah bulu ayam, bulu angsa, bulu merpata, atau bulu-buluan
Ia bergerak tak beraturan menjelma dalam satuan-satuan