lurah, petani, calo karcis, juga guru
layaknya mata pisau yang mengiris bawah putih bawah merah juga cabai
ia membangunkan kesadaran para pembaca yang tulus tekun lagi tanpa ria
Ia menyalakan api tekad yang telah lama mati
meski mati yang sunyi lagi sepi
ia memang tidak seperti kitab suci yang turunnya dari tempat suci
ia datang untuk menghidupkan harapan dasar manusia
bergerak, bertumpu, juga bermimpi
tugas fiksi ia memeluk mimpi sekaligus mencari
dimana sebenarnya fiksi
ia hadir untuk tidak sekadar memantik kesadaran
ia hadir untuk menyela di saat hiruk pikuk aliansi
ia hadir menyemai arus kesadaran
meski tertatih dan terbuai luka
ia hidup sekaligus mati












