Tampilkan postingan dengan label PUISI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PUISI. Tampilkan semua postingan

Rabu, 30 Juli 2025

Soal Kreatifitas

Ia sangat fleksibel, hingga membutuhkan wadah agar ia tetap bisa hidup sebagai kalian hidup. Supaya nanti ke fleksibelannya itu bisa dinikmati kapan saja dimana saja. Tanpa perlu mengulik lebih jauh membuat kita terus terjaga akan hadirnya nalar-nalar ide pada saat bersamaan.

Ia hinggap pada daun talas dan menaburinya dengan segenggam semangat dan tak perlu buru-buru untuk mengeksekusinya cepat-cepat. Meski itu sulit, tetapi menjaga asa adalah sebentuk cerita yang nantinya akan dihadirkan.

Karena ia mahluk yang amat cair meski ia butuh wadah solid, agar nantinya bisa ditulis dalam bentuk yang semestinya dan selayaknya. Meski itu butuh bakat story telle, meski juga tak selalu begitu.

Lamunan bisa menjadi penjagaan atas nama semua kreatifitas. Dan bisa membual semahir pencuri uang yang licin ditangan para penjaga keadilan. Itu semua bisa menjadi keterbakatan, dan keterkuasaan, dan jangan-jangan kita enggan melahirkan kreatifitas karena wadah itu sudah rusak sebelum digunakan.

Jumat, 18 Juli 2025

Terbang Tak Pernah Hinggap

Seorang kelana pergi mencari harapan, mencari tempat untuk bersandar, itu terjadi pada pria yang ingin menjadi dirinya sendiri, tetapi waktu kemudian menjadikan ia mengerti, bahwa orang yang ia kasihi belajar untuk menjadi dirinya sendiri, jadilah lelaki yang berharga untuk semua situasi.

Dalam tangisku juga tak ingin melihat wajahmu lagi. Kamu yang tak tahu situasi dan rabun untuk melihat situasi. Ketika aku memilih situasi lain, kau merengek seakan tak peka. Kini aku memilih jalan yang benar, jalan yang kau benci, kenapa tak memilihnya. Kau rentan dan tak masuk akal, kamu serba semu dan tak murni. Sementara ini aku sudah punya surga lima, ada yang surga yang tertinggi, yang bau tubuhnya tak pernah membosankan. Tak pernah terlintas untuk membalas sedikitpun pada apapun yang kamu lakuna, karena semua itu hanya kepalsuan yang kamu tawarkan. Kini kinilah tinggalah pergi. Sejauh-sejauhnya tanpa pernah sidikitpun menoleh, karena hanya kehampaan yang akan kamu peroleh. Camkan itu.

Kini kau terima sebuah kehidupan. Sekarang aku tumbuh menjadi diriku yang lebih matang. Disampingku berdiri bidadari yang tumbuh semakin kuat dengan empat prajurit kebanggan. Kini saat untuk mendampingi sampai Tuhan memanggil, tetapi ingin kulihat Ka'bah dan sebuah kemerdekaan untuk yang jauh di sana. Titip salam buat mereka, hanya doa yang bisa kupanjatkan. Hanya menitip kekuatan lewat angin dan hangatnya cahanya. Semoga kita bertemu di lain kesempatan.

Jumat, 27 Juni 2025

Rabu, 25 Juni 2025

Lucu

ini lucu sesuatu yang belum diluncurkan sebagai mimpi, kalian sebut sebagai sesuatu yang nantinya membahayakan sebuah pekerjaan.

Yang kalian sebut sebagai motode yang paling baik, justru menjadi polemik berkepanjangan

seni ini disebut penolakan, yang alasanya belum pernah dilakukan, melainkan sesuatu yang membingungkan.

Jumat, 13 Juni 2025

ISTILAH KATA

Memancing lawan sedekat mungkin, hingga menghasilkan satu bahasa tubuh dari yang terpancing. Entah itu sebagai pertahanan diri, entah itu sebagai caranya untuk'merendahkan' martabat sang penanya, hanya gara-gara soal mencari sudut pandang yang malsimal. Caranya orang agak lain memang

Sedekat mungkin agar kau mengalami langsung bau tengiknya pikirannya yang telah dibungkus oleh berbagai gelar akademik

Sepelan mungkin agar nantinya kau bisa menakar seberapa jengkelnya dia ketika menemukan area terlarang

Yang lalu memenangkan gelar kecongkakakn barang sejenak

Ingin menanggalkan baju tasawuf menggantikannya dengan jubah kebesaran toga yang dimungkinkan secara susah gampang

Mengeluarkan emosi pertahanan dengan argumen mematahkan, bukan untuk membuka ilmu adalah bagian terpicik sebuah pengetahuan

Merunduk saja dulu untuk mencengkram arogansi yang tengah dipertontokan diam-diam

Menombak apa yang yang lewat tanpa perlu memandang siapa yang ada didepannya

Istilah kata

Ia bagian dari adu argumentasi jejak pendapat

Mesti tampak matang

Ia selemah-lemahnya argumen

Menang hanya sesaat kalah pun tak serseat

Istilah kata


Kamis, 12 Juni 2025

Janji Tinggal Janji

waktu di depan masa khalayak berorasi tangguh berkobar

singa mengaum dikejauhan pun diam termangu

jerapah sileher panjang menekuk biar tak kena tombak

si kancil sunyi tak berani loncat sekadar mencari pelepasas

suara mengaum menjebak waktu melampaui sunyi

riuh rendah menyapa sekadar melepas dahaga

tiup terompat melambungkan nama

melepas kata menebar janji

supaya bisa ditinggal tanpa belas, tanpa hati

lalu menjelma buih tanpa bisa disentuh

lalu kabur tanpa berkabar

membawa harta berlembar-lembar

Kamis, 05 Juni 2025

Mimpi Itu...

Mimpi pandang mimpi kelam

harap jadi buaian

melangkah tuju harapan

langkah kecil pun besar

Sekali panggil, ia muncul dalam bentuk yang berbeda

Kadang membuai

Kadang membuat senyum

Kadang membuat luka

Sekali panggil, ia muncul dalam bentuk yang berbeda

Harapan menjadi busur yang mulia

Besar kecilnya tergantung doa

Tuhan maha bijaksana

Sekali panggil, ia muncul dalam bentuk yang berbeda

Semua yang bernyawa menanti

Entah dunia

Entah surga

Entah neraka

Mungkin hanya sebentuk senyuman...

Sekali panggil, ia muncul dalam bentuk yang berbeda

Menjadi pelita, jika merenda sabar

Menjadi petaka, jika terburu nafsu

Semua hal bisa saja terjadi...

Rabu, 04 Juni 2025

SURAT DARI PARA KOMANDAN

dulu orang kaya jarang tersenyum

sebagai bagian dari prestise

sebagai akal bulus

menunjukkan siapa mereka

senyum rupa rupa

aib yang mesti dijauhi

jarak yang mesti di jaga

agar wibawa tak runtuh

meski wibowo mendapat surat

surat dari para komandan

tuk mundur dari jabatan

jabatan dari hasil blingsatan

gocek sana gocek sini

taruh harga sana sini

demi akal bulus

mulus tanpa cacat

demi kuasa demi harta

padanya serapuhnya timbunan

tak dibawa mati

mati meninggalkan nama

turunkan turunkan

mencederai kuasa

berak sekebon

janji tinggalah janji

Selasa, 03 Juni 2025

Sabtu, 31 Mei 2025

TIGA RATUS MILYAR GALAKSI

Lihatlah kawan...

Mereka bangun pagi

Membasuh muka, sarapan, lalu pergi-pergi

Tiga ratus milyar galaksi

Bima sakti salah duanya

Dua ratus lima puluh milyar bintang dalam bima sakti

Matahari salah duanya

Dunia...

Tidaklah lebih besar dari butiran pasir

Manusia, mahluk kecil penghuni bumi

Setiap orang...

Mati dikubur di lubang kecil bumi

Jika tidak mati muda

Akan kepayahan dalam tua renta

Hari, bulan, dan tahun telah berlalu

Lupa, kita tak pernah bisa menolah tua

Lupa, yang muda merasa lalai, usia tua masih lama menjelang

Mereka lari dari kenyataan, kebanyakan

Jeruk manis membusuk

Apel juga...

Kecantikan, ketampanan, juga memudar

Kulit menipis, kemudian mengendur

Bagaikan lumpur kering

Kencang di usia muda

Keriput di usia senja

Semua tampak mengerut

Pelan-pelan...

Lalu mati

Lalu dikubur

Lalu sendiri

Sepi...

H. Y

Jumat, 30 Mei 2025

RUANG TUNGGU

berderet kursi-kursi panjang

mesin tik memukul-mukul sepanjang

seorang ibu terjebak

dalam rentang

menguar bebauan dari mesin pabrik

tenggelam dalam hutang menumpuk

jeda berkisah untuk harap

jendela-jendela usang

ruang tunggu tembok coretan

pasien teguh menunggu dokter lembar uang berkeringat dalam genggaman

keluar melepas beban

Kamis, 29 Mei 2025

Pohon Sirkus

pohon sirkus menjuntai mengawal

menjajah jalan sepanjang kelas

mengeja rasa semusim penuh

mengurai derai sepeluk rindu

pada waktu lengah yang sempit lagi tiris

lewat sedang kuah mia dalam mangkuk

lewat sedu tapi riak

jungkir balik lewat tatap

sebongkah dendam turun temurun

Rabu, 28 Mei 2025

DEMAGOGI

Tampak terdengar seperti pecundang!

Membisu dan kaku!

Tak berekspresi dan tak mau presisi!

Menjalari setiap peredaran kepala!


Bibir terkunci rapat

Seolah hendak rapat-rapat

Bersama wejangan yang hangat

Atau dalam dekapan rapat


Ia selemah-lemahnya keyakinan

Ia serapuh-rapuhnya pertahanan

Ia sekeropos-keroposnya pikiran

Ia setepo-teponya jalinan

Selasa, 27 Mei 2025

PERANG

Mereka melemparkan granat-granat yang mengeluarkan asap-asap

Kumpulan-kumpulan lari kocar-kacir

Bubuk-bubuk mesiu bertebaran memenuhi udara

Jalan bersemut bersepatu besi

Kebencian yang mendarah daging

Bahkan tidur dalam dendam

Makanan lezat hanya mampir ditenggorokan

Tak mengubah apapun

Istana putih itu gempar

Mereka menyalakan rokok bersama-sama

Menyundut bersama-sama

Puas dalam tawa

Pengorbanan menjadi titik perjuangan

Dimana darah tak lagi menakutkan

Ada iblis berlapis-lapis

Berbaju dan berjas menyilaukan mata

Ia berada dalam kamar yang gelap

Sedikit cahaya

Hatinya bahagia

Lapang dadanya

Sayap-Sayap Mengepak

Sebutir telur dipeluk hangat oleh bulu-bulunya

Kedua matanya tampak mengkilat

Kembang kempis

Mematuk sesekali pada lehernya yang jenjang

Ia enggan keluar, menikmati betul peranannya

Mungkin ia manahan lapar

Rela mempertaruhkan nyawanya

Meski lehernya terkoyak gigitan musang

Meski tak sempat ia melihat kelopak

Sayap-sayap mengepak

Langkah-langkah gembira

Paruh-paruhnya yang mungil

Sabtu, 24 Mei 2025

KOTA MATI

Hanya beberapa menit saja

Sudah ramai gegap g
empita

Memenuhi selera

Memuaskan semua keinginannya

Cara terbaik menghilangkan perbedaan

Tentu saja melenyapkan dari peredaran

Agar tak muncul lagi

Damai dalam sepi

Entahlah, keramaian itu hanya seperlunya saja

Seperti buang hajat saja

Setelah puas

Hanya lengang yang tersisa

Esoknya kembali merenda

Menjadi sosok yang berbeda

Dari waktu ke waktu

Agar kita tak mati waktu

MATAHARI TAK PERNAH MANGKIR

Manusia berjalan tanpa pernah melangkah

Melangkah dalam kegoncangan demi kegoncangan

Selangkah dalam selangkah

Permata jatuh ke pelimbahan

Isu sains muncul dalam kegelapan

Matahari tak pernah jera untuk mengulan


Titah yang tak pernah mangkir

Dalam terang yang tak pernah mangkir

Meski Cahaya tak pernah gelap

Meski Cahaya pudar

Lalu lambat laun menjelma bentuk

Dalam sebuah perundingan-perundingan

Senin, 05 Mei 2025

Puisi Lapar

Sebait puisi menunggu makan siang 

Sembara duduk memilah menu 

Hanya satu menu tersaji

Nasi kosong lauk orek 


Hikayat senja sempat menatap 

Peluk erat haus mencekik 

Bulu Roma meremang 

Menahan lapar sambil terkapar


Dentuman masih saja bertalu 

Bahkan mereka lebih gila dari para iblis

Menguji kematian dari balik udara 

Menyeringai menepis nurani 


Jumat, 02 Mei 2025

Hati

Bertepi sekaligus mewarnai 

Jengkal muram perjalanan 

Bila tidak ditangkis perasaan mandiri

Pada masa 


Dalam tanpa bentuk 

Datar tanpa makna 

Bila hitam, hitam

Bila putih, putih 

 

Jembatannya padi akal 

Jembatannya pada Budi 

Gajah mati meninggalkan gading 

Manusia mati meninggalkan cerita