Tampilkan postingan dengan label PUISI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PUISI. Tampilkan semua postingan

Selasa, 25 Juli 2023

Jumat, 12 Mei 2023

Air Mata Terakhir

mata yang sembab beroleh kesedihan

oleh cara-cara alam sosial mengunggahnya
kesedihan yang mendarah-darah oleh amarah
meski hanya tatapan sesaat

kata yang kuat perkasa
meski lari sekuat tenaga
jalan lari loncat tak pernah tahu
yang jantan betina luluh lantak

terbujur sudah tak bernyawa
meninggalkan sejuta kenang
walau habis gelap berkesudahan
jalan tertutup tuk sementara waktu

Kamis, 11 Mei 2023

GUGUR PAHLAWAN TUK NAMA

anak muda berperangai lembut berbibir tebal hitam jelaga

memagut bendera merah putih terseok-seok sepanjang jalan

ditinggalkannya adipati sulanjari tengah sibuk menghalau serdadu-serdadu belanda

berdagang menjadi menjajah entah sampai kapan menahan rintik rintih

 

kedua lututnya bergetar hebat melawan limbung sejak siang mendera

menggigit bibir sendiri hingga sunyi menyembunyikan dari kejaran langkah-langkah marah

sementara darah dari terus mengucur dari balik leher

 

sementara siang masih gagah ia limbung mata mengunang

serdadu belanda meninggalkan sebatang bayonet dalam-dalam

 

tusukan dalam pada leher menyisakan kemudian kaligondang

darah tertumpah memenuhi celah tanah berongga meninggalkan tanah sempor

pun darah itu mendidih gemercek mewariskan brecek

pada titik yang gelap ia gugur mulia di tepi sungai klawing  

 

Selasa, 22 Februari 2022

MENUNGGU SI JUM

Sekali berucap mendadak senyap
Pada waktu yang tertunda
Pada lelap yang mengenyangkan
Lalu buka sudah lelah

Dua anak terbaring lesu
Setelah lama menjahit mimpi
Entah... Sementara mentari meninggalkan kelam

Kalian sudah ditunggu si Jum
Cepat-cepat lah
Sampai masa membencimu
Kelak yang tenang

Rampas semua kemalasan
Sampai ia terbirit-birit
Menjauh pada takut
Lalu berjalan membusung dada

Jumat, 05 November 2021

Manusia Persimpangan

Orang-orang yang terbuang seringkali masa hidupnya sejalan dengan sabda langit, tak peduli ia berhadapan dengan siapa, menindak siapa di belakangnya, ia manusia yang memilih pada percaturan yang tak aman

Perhatikan saja langkah dan gerak bibirnya, seperti uap segar yang akan menyengat siapa saja yang melanggar sisi kemanusiaan paling hakiki, panggilan kejiwaan menuntutnya untuk melangkah memenuhi ambisi pribadi berpondasi kepada ke adiluhungan

Lihat saja perutnya yang jarang membuncit, ia bisa menimbun semua kenikmatan dalam satu lambung dan memaksanya terus menerus dengan berbagai jenis makanan, ia melarang untuk buncit, berlemak saja ia tidak ingin

Ia tak peduli pada penjegalan yang menimpanya, bulan tak bersinar semalam saja, ia tetap tersenyum karena ada berkas pada bulan-bulan berikutnya, lalu dengan tenang ia memulai memberi warna pada kanvas yang dibelinya bukan hasil pensiunan tetapi pada karya yang berhasil dijual dengan harga yang pantas

Ia kerap menyanyikan beberapa bait untuk sekedar merefleksikan segala yang tercapai pada batas normal, hingga orang-orang yang menjegalnya tak pernah berhasil untuk membuatnya patah. Sebuah perbandingan yang akan membuat kalian tetap terjaga setiap malam, memikirkan bagaimana menyingkirkannya, padahal ia sedang tidur lelap bersama kuas yang selesi dicuci menjelang akhir pekan

Orang ini mengharapkan hak-haknya hak manusia yang telah dilanggar tetaplah menjadi perhatian perhitungan yang akan ditagih tidak hanya didunia, tetapi di hadapan Tuhan mereka tak akan bisa berkutitk untuk sekedar berkelit pun sulit

Akan ada masa umurmu menjadi sebidang kecerdasan yang tak mampu mereka beli, padahal mereka punya kemampuan untuk membeli apapun, tetapi tidak untuk pikiran.

Kamis, 06 Mei 2021

Yogyakarta ku hanya melintas

Yang lelah adalah peluh marah pada merah-merah darah
Kerah putih mangkrak-mangkrak pada jingkrak-jingkrak
Hitam legam sembunyi-sembunyi dari lelah kematian
Jelaga hitam yang lama tergarang panas setiap saat

Rehat sesaat pada kekalutan yang terlewat-lewat
Terdiam pada petaka pekik telinga gendangnya pecah
Terkenal karena kerendahan hatinya suaranya bikin adem pecah parah
Berkumis tebal kadang gondrong kadang pendek

Yogya ku hanya melintas jalanan
Pada tahun-tahun yang telah lama
Menjadi saksi atas perhelatan setahun sekali
Menjadi pengawal kebutuhan atas nama persaudaraan

Semesta alam mencari kawan bukan lawan yang curang lagi cengeng
Melodi citra tak menjadi alasan bumbu penyedap masakan modus operandi
Berenang dalam genangan darah menyala bumbu penyedap menjelang lebaran
Malulah pada nurani yang kau koyak-koyak seperti kerecek lebaran

Yang jadi kian menjadi-jadi
Yang tanpa makin lelah karena perasaan bimbang
Limbung dan lumbung yang kalian rampas seperti ada perang
Yah, inilah jika petuah hanya menjadi kuah makan siang kalian

Rabu, 21 April 2021

Tembok Dalam

Ia lahir dalam kesengsaraan, mencampakkan dalam-dalam
Ia mencapai dalam kebarauan, melahirkan sejenak istirahat
Ia mendidih dalam pesona, meruntuhkan tembok yang dalam
Menyusui dan meratapi setiap kepingan zaman, kemanakah ia?

Keras yang lunak sebagai cermin berlapis
Mengkerut dalam rona bercak-bercak seutas tali
Tali jemuran yang kian rapuh, seperti arang patah
Mendambakkan kesetian setelah tikaman penghianatan

Cobalah meresapi setiap pertahanan yang terlalu kuat
Kokohnya kepribadian kadang menjungkirbalikkan kenyataan
bersembunyi dalam kebaikan yang tak lekang
Ia hanya beralih dari titik ke titik lain

Selasa, 13 April 2021

Para Pemesan

Sore itu senja malah menertawakan
Para pemesan kekuatan
Untuk mendapatkan sedikit ketenangan
Dari para lengan yang menyingsingkan kerah baju

Orang rumah terkaget-kaget
Melihat wajah yang dikenalnya telah berubah
Seperti wajah-wajah di televisi
Tanpa noda dan tampak bersinar licin

Pemesan itu ada di televisi
Menggambar wajahnya sendiri
Tunduk malu atau entap apa
Tertawa sepenuh mata

Para pemesan bangun dan melihat sekitar
Hanya wajah itu saja yang selalu terlihat di televisi
Baju dan pakaiannya berganti-ganti
Agar jejaknya bukan jejak anjing atau singa

Mereka mengurung dalam petasan
Memekakkan telinga mereka sendiri
Dengan tangan atau mercon cabe keriting
Semua lusa dan esok bisa benderang

Minggu, 11 April 2021

Sebuah Teropong

Seringkali kebenaran tersembunyi
Dari balik bisik-bisik
Tajam seperti suara penguasa
Yang menjembatani setiap permukaan-permukaan

Mengintip dari balik teropong
Berhembus nafas dari balik mulut-mulut lama
Seperti angin pada udara
Seperti jendela pada tirai

Dari balik teropong
Manusia menerapkan peraturan-peraturan
Menjelma dalam hasrat-hasrat
Untuk menutupi jejak yang berlubang

Ia tidak bisa meneropong ketulusan
Jenis manusia yang terang dan bersinar
Pada dirinya perpaduan antara lalat dan lebah
Tak mau menipu orang, ia tertipu sendiri

Teropong membidik yang disasar
Tak bisa melebar tepat
Ia hanya sasaran
Tak juga tepat sasaran

Minggu, 10 Januari 2021

SANG PENGELANA

Ia mengelana dari desa ke kota, menderma seluruh jiwa raga, tak sempat ia memikir yang berbeda
Ia menatap matahari yang telah menyetrika punggungnya seharian, baju lepek tak karuan
Ia menjawab peribahasa yang berlarat-larat dari setiap bahasa tubuh yang dipertontonkan secara membabi buta
Ia menatap sekaligus melihat perjalanan masing-masing orang tanpa merasa terganggu

Katanya, jiwa itu ibarat pilot yang leluasa bergerak
Katanya, keadilan bisa ditegakkan tanpa memandang bulu
Entah bulu ayam, bulu angsa, bulu merpata, atau bulu-buluan
Ia bergerak tak beraturan menjelma dalam satuan-satuan

Rabu, 17 Juli 2019

Satu

Satu, seringkali peristiwa terlewat begitu saja tanpa tercatat dalam kenangan atau tertulis dalam catatan.

Satu, keheningan kadang lebih mencekam dari pada keramaian yang membunuh.

Satu, bodoh kadang lebih baik dari pada pintar tapi merongrong pelan-pelan.

Satu, jujur lebih menyakitkan tapi nyaman ketika menyelamatkan jiwa dan raga.

Satu, peperangan seringkali membawa dendam berkepanjangan, tetapi hati yang terbuka meminta maaf dan memberi maaf adalah kebaikan abadi.

Gadis Parkit

Ia pendiam laksana air yang mengalir paruh waktu. Sejalan dengan pikiran yang tak terluapkan.

Giginya rata tetapi sorot matanya tajam seperti hantu siang bolong yang 'mengungkai' pakainya secara lupa diri.

Secara tak sengaja gadis itu keluar suara yang mengagetkan. Seperti bersiul keras. Terdengar mirip burung parkit.

Menjemukan sekali orang yang bersikap lemah lembut. Dibelakangnya 'memutilasi' secara kejam

Jalannya menunduk seperti menggendong beban berat yang tak tertangguhkan.

Seperti malam, bintang dan rembulan saling berbisik ceria. Satu sama lain saling mengisi. Tidak pernah berhianat.

Jumat, 28 Juni 2019

Sejenak

Sejenak melepas penat
Kala lelah mendera
Mendera yang tak terperikan
Karena hujan menjebak

Sejenak bercerita pada malam
Malam yang tak pernah membenci
Perasaan tak terkalahkan oleh waktu
Karena jeda mesti menyelinap dalam-dalam

Rotasi menjelaskan kehendak
Keyakinan akan perpisahan
Perpaduan yang terus menggerus keyakinan
Sejenak untuk melepas

Kamis, 27 Juni 2019

Merdeka

Kata terbaik untuk melepaskan diri belenggu
Belenggu yang meninabobokan
Sayonara pada kegelapan
Ia pengunci keburukan

Ia bagaikan lesatan anah panah yang terukur
Ia bagaikan kepalan tangan mengadu kuat
Ia laksana tendangan yang mematikan
Ia bak lautan yang indah

Agar tentram dalam kedamaian
Agar ceria jadi prinsip setelah kemerdekaan
Setelah catatan yang mempesona
Setelah tertidur panjang

Pekikannya tinggi
Tak terjangkau
Menghujam
Tak tertandingi

Secangkir Kopi

Air panas menghancurkan serbuk kopi hitam yang kasar tak tersentuh lansung dalam-dalam. Tak pernah secangkir kopi yang ditolak oleh orang yang mencintai cangkirnya sekalipun. Karena secangkir kopi bisa meredakan perbedaan yang telah meruncing tajam, bisa jadi.

Secangkir kopi perpaduan yang telah menyelamatkan dari kegelisahan yang semakin tak menentu. Menyembunyikan rasa yang selama ini tak menentu. Secangkir kopi melegakan tenggorokan yang telah menua akibat "racun", mungkin.

Secangkir kopi racikan maha karya, dapat menyembuhkan dan meredamkan keletihan selepas kerja, kalau suka.

Secangkir kopi meredam kekakuan, bila tak menentu tujuan. Buntu jalan, tak terarah. Bila bisa.

Ini hanya secangkir kopi. Tak semestinya diperdebatkan.

Kopi Hitam

Menyeruput dalam panas yang terasa nikmat
Panas yang menggelora
Dalam-dalam
Panas....

Hitam tak selamanya pahit
Karena pahit kadang menyembuhkan
Hitam disematkan pada kopi
Kopi yang membuat terjaga dari ngantuk

Segera panas tak terasa
Asal ngebul tak membuat jera
Karena perbedaan rasa adalah biasa
Di katakan karena selera

Kopi hitam senenaknya hitam
Karena putih bisa seenaknya susu
Kopi hitam membuat lidah tak seperti mata
Kopi dan hitam perpaduan rasa

Senin, 17 Juni 2019

Lupa

Tak bisa ia lawan meski kau sekuat raksasa
Tak bisa ia temukan meski kau ahli peneliti
Tak bisa ia singkirkan meski kau seorang petarung
Tak bisa ia remukan meski kau seorang pandai besi

Ia bagian dari kekuatan sekaligus kelemahan manusia
Perpaduan yang tak bisa dipisahkan
Satu sama lain

Perlindungan
Untuk hal-hal yang tak bisa kau jangkau
Meski kau susun jadual serapih mungkin

Satu paket dalam diri manusia
Karena ia menggugurkan hukum
Yang tak bisa dipaksa-paksa

Minggu, 16 Juni 2019

TITIK PUNCAK

Predikat bidadari adalah gambaran awal buka akhir
Karenanya sifat manusia tak pernah lekang tuk mangkir
Di tempat umum selalu saja ada titik kumpul
Di tempat mana kalian sudah melampaui titik tumpul
Hingga kalian terus menerus menuruti bisikan bengal

Dulu sang pembisik bengal itu pun tak mau sujud
Kesombongannya telah diperturutkan hingga absurd
Jengkel, kecewa, dan cemburu buta adalah prodak yang telah lama bersemayam dalam dada
Hati yang murni itu sekarang dipenuhi penyakit kronis yang terus menggerogoti kesuciannya
Dada yang dipenuhi kedengkian yang berdarah-darah akan membuat sesak nafas dan mental yang tak stabil
Padahal burung ababil tak pernal labil menggenggam kerikil-kerikil

Titik puncak berupa kemarahan kadang ada benarnya
Ketika kebenaran terus saja disembunyikan lama-lama
Puncak kemarahan bisa jadi obat bagi racun yang mematikan celah kedewasaan
Maka terimalah kemarahan itu sebagai penyegar manakala sabar disalahgunakan
Kebaikan orang terus saja dimanfaatkan
Hingga hilang segala asa, usaha, dan malas berkeringat
Saksikan hingga kebenaran akan memuncak dan menyengat

Sabtu, 15 Juni 2019

Senyum Senja

Riang, ceria, gembira, dan tertawa
Lelah setiap gerak tubuh berlama-lama
Berkeringat semangat gerak
Sampai senja menyapa

Senyum kecil tulus nan riang
Lelah bermain, lalu pergi kembali
Sampai senja menyapa
Tak henti mereka tertawa

Langkah-langkah riang nan kecil
Buat semuanya tampak lucu
Walau keringat tampak tumpah
Nafas tersengal dibarengi senyuman puas

Aroma-aroma keheningan nampak setelah senja
Senja bagai raga untuk tuk sejenak mengambil jeda
Senyuman terbaik naik ke layar kepuasan
Saat senja benar-benar tenggelam