Jumat, 30 November 2018

AlDINO

Tregedi Pematang Sawah

Satu jam memancing, hasil lumayan cukup banyak. Ada ikan Sepat, Lunjar, dan beberapa Udang. Buat makan malam rasanya sangat nikmat dengan sambal mentah. Terakhir segelas teh panas hasil racikan orang-orang tulus di negeri aman.

Hujan turun tiba-tiba, deras sekali. Sampai susah membedakan antara umpan dimakan oleh ikan, atau gelombang guyuran hujan

" Dino, Kita pulang yuk." Anto berteriak diantara derasnya hujan.

" Bentar."

" Apa hujan telah menenggelamkan sebagainya akal sehatmu. Kau tidak ingat kisah bulus yang keluar di saat hujan deras." Ancam Anto

Selasa, 27 November 2018

Novel Frans Maki

BAB 5
Kopi Anjing

Pulang sekolah pukul satu siang lewat sawah yang terungkap kejelian untuk memaknai setiap jengkal kehidupan. Frans berjalan tanpa teman-teman akrabnya. Frans memang lebih suka sendiri daripada beramai-ramai. Kesendirian adalah kebahagiaan baginya. Kadang kala keramaian membuatnya bingung untuk menentukan peran. Kecuali bermain bola kampung, Frans Tak pernah menolak, bahkan beberapa kali Frans mencari teman untuk beberapa posisi penyerang. Baginya punya lebih sedikit teman setia akan lebih menguntungkan dari banyak teman yang mencederai dari depan dan belakang.

Langkah Frans terhenti ketika melihat orang-orang sedang memanen padi dengan cara tradisional. Mereka sangat bersemangat.

Senin, 26 November 2018

Novel Frans Maki

Bab 4
Marmut 
Lanjutan

Frans merinding ketika mendengar langkah aneh yang terdengar hati-hati. Ayahnya disamping memberi kode agar diam tak bersuara. Mereka berdua sedang bersembunyi di balik semak tak jauh dari kandang Marmut. Seorang pemuda tengah menjulurkan tangan kanannya ke dalam kandang. Suara Marmut yang terintimidasi membuat Frans tidak sabar untuk berteriak. Tapi wajah ayahnya mencegah untuk melakukan hal konyol. Wajah sang maling tertutup oleh kain sarung, kedua matanya saja yang terlihat. Tangan kirinya memegang senter panjang untuk menerangi langkah tergesa-gesanya.

Seekor induk jantan sudah ada di genggaman tangan maling itu. Frans memasang wajah melas kepada ayahnya. Tapi ayahnya mengisaratkan untuk bersabar. Jari telunjuknya dirapatkan pada bibir.

" Hei Kau!, Mau dibawa kemana Marmut itu, dasar maling norak!"

Maling itu kaget dan panik, langkah seribu di lakukan tanpa memikirkan hal yang lain.

"Kenapa nggak dikejar ayah, maling itu kabur!"

Suara erangan terdengar keras. Mereka berdua lari ke sumber suara, jebakan yang dibuat oleh ayah Frans mengenai sasaran. Sampai di area jebakan maling itu bisa kabur, meninggalkan Marmut Jantan yang depresi. Ada bercak darah yang tertinggal, tapi Frans dan ayahnya tak menulusuri jejak itu sampai ke tempat persembunyian. Frans mengambil Marmut Jantan itu hati-hati. Lalu pulang diikuti ayahnya dari belakang.

Senin, 19 November 2018

Novel Frans Maki

Bab 4
Marmut
Lanjutan

Malamnya Frans Maki terjaga dari lelapnya tidur. Langkah kakinya yang semangat membanggakan ayahnya yang sedang mendengkur keras. Frans tidur satu kamar dengan adiknya. Ketika tangan Frans menyentuh tubuh ayahnya yang letih, yang terbangun malah ibunya sendiri.

" Kenapa, Kau takut, atau adikmu ngompl lagi." Ibunya berkata sambil menahan kantuk."

" Ngga, Frans ingin ngajak ayah Ronda."

" Ronda?, Untuk apa. Apa Kau takut kehilangan Marmut lagi."

" Lebih dari itu bu, Marmut itu terlalu lucu dan sangat biadab ada yang berani mencari."

" Kenapa kamu bicara kasar, sudahlah tidurlah.

" Ada apa Frans?, Kau mengganggu jam istirahat ayah?" Ayah Frans terbangun.

Jumat, 16 November 2018

RINDU AYAH

Gemetar tangan ini menggenggam aura ayah yang tengah dalam perjalanan ke Riau menggunakan Kapal Pelni dari priuk.

Wajahnya keras tiap kali berlayar. Jalannya khas timbul tenggelam suara sendal sepatu.

Tiga hari sudah berlalu. Ayah mungkin sedang menulis surat untuk mengabarkan selamat sampai tujuan.
Ayah, Frans di rumah menunggu tahun depan...

Rabu, 14 November 2018

Novel Frans Maki

Bab 4
Marmut
Lanjutan

Frans kecil tak menyerah. Kedua induk Marmut yang masih gemetar tak membuat langkah Frans canggung. Semangat membara bercampur sedih melihat bola mata induk jantan dan betina yang tampak berkaca-kaca kehilangan anak semata wayangnya hilang tanpa jejak.

Pagi yang masih berkabut tak menyurutkan langkah dingin Frans untuk mencoba bergerak menyusuri semak-semak rendah yang berjarak tiga puluh langkah dari rumah. Setiap jengkal dia amati betul kalau ada tetesan darah, bulu, atau sisa kaki yang masih segar.

Matahari menghangat ketika langkah Frans kecil menjauh dari rumah sejauh seratus langkah. Bola mata Frans menangkap satu sudut semak yang terlihat ganjil. Sisa bakaran yang masih hangat, ada asap mengepul dari balik tumpukam kayu khusus yang bisa dibakar ketika basah. Frans mengambil posisi jongkok untuk memastikan keganjilan dapat tersimpulkan melalui pengamatannya.

Beberapa jengkal dari Frans jongkok ada beberapa bulu yang dipaksa untuk mengelupas dari tubuh mungilnya. Bercak darah menempel pada daun yang berembun. Air mata meleleh manakala melihat kepala Marmut yang terpisah dari tubuhnya. Keempat kaki mungilnya berserakan di dekat kepalanya. Dadanya naik turun melihat kebiadaban yang terpampang jelas.
Tangan kanannya mengepal keras lalu sambil berteriak memukulkannya ke atas tanah. Tangan kirinya memegang bilah bambu yang sengaja diserut untuk memanggang Marmut yang baru berusia belia oleh pencuri misteri yang pengecut.

" Kau kenapa Frans!"

" Lihat,ada yang begitu kejam memanggang Marmut kecil ini Ayah"

" Jangan terlalu cepat kita menyimpulkan. Nanti malam Kita Ronda, yang kamu simpulkan betul atau tidak."

Frans melangkah meninggalkan tempat eksekusi yang menyebalkan. Ada angin jahat yang menyelusup menampar-nampar, hingga menimbulkan aroma dendam kesumat.

Selasa, 13 November 2018

RINDU AYAH

Ayah, maafkan anakmu ini yang jarang telphone. Untuk telphone saja ku berusaha keras agar bisa.

Aku Tak pernah menyalahkan ayah, yang saat ini belum pegang hp canggih.

Kusisihkan gaji ku untuk dapat membelikan Hp untuk ayah

Aku rindu ayah, suara ayah yang sengau. Aku ingin bersenda gurau dengan ayah seperti dulu.

Yah, ku ingin buatkan novel untuk ayah. Mungkin Tak sebagus karya Andrea Hirata. Tapi tetap akan ku buat. Janji ya yah...agar ayah dapat membaca novel berisi tentang ayah.

Novel Frans Maki

Bab 4
Marmut
Lanjutan

Hari ahad adalah Hari yang ditunggu-tunggu oleh Frans. Marmut yang Makin besar makin menggemaskan saja. Setelahnya sarapan bubur merah Frans keluar dengan alas sandal jepit. Tanah masih lembek karena diguyur hujan semalam. Hati- hati Frans melangkah ke kandang. Jarak dua meter menuju kandang mata Frans membulat ada banyak jejak telapak kaki Anjing yang membekas pada permukaan tanah. Debar jantung betul hingga telapak tangan Frans berembun.

Sebagai laki-laki yang tercelup oleh tanggung jawab, maka ku langkahkan kaki menuju kandang. Rasa curiga berbalut takut akhirnya terjawab, keberadaan Marmut yang sedang tumbuh besar it tak diketahui rimbanya. Hanya ada dua induk yang sedang ketakutam bersembunyi di balik rumah kayu mungil. Beberapa jam yang lalu mungkin seekor Anjing tengah mengintimidasi di bawah guyuran hujan. Lutut Frans gemetar mencoba berpikir logis. Karena tak ada bercak darah atau bulu yang tertinggal.

Senin, 12 November 2018

Novel Frans Maki

Bab 4
Marmut

Hari yang membahagiakan adalah hari di mana kalian merasakan sensasi yang orang lain tak bisa mengindrainya. Orang lain tak bisa memaksa untuk bisa berbagi kebahagiaan barang sedikitpun. Orang lain, sekali lagi tidak bisa mengecilkan rasa senang yang kalian punya. Hanya orang-orang tertentu yang lapang dadanya mau berbagi.

Seperti hari ini, bayi Marmut terlihat di kandang bambu yang berbentuk kotak persegi. Suara guikkk...guikkk...guikkk...terdengar lembut dan menyenangkan. Rupanya ini yang dinamakan kebahagiaan walaupun hanya menunggu kelahiran seekor Marmut dari seekor betina yang tampak kepayahan menahan sakit.

Hari-hari makin lucu saja bayi Marmut itu. Tampak bulu-bulunya making bercorak. Warna putih di balut dengan warna hitam yang menggelayut di bagian punggungnya.

Sore itu Frans menggendong Marmut kecil yang bersih kedua telapak kakinya, halus bulunya, bening matanya, kumis yang pendek, serta gerakan lembut kukunya yang merayap di telapak tangan Frans.

Tak ingin membuat Marmut kecil depresi, Frans memasukan Marmut kedalam kandang dan membiarkan bersenda gurau dengan kedua induknya. Lalu Frans masuk rumah dengan perasaan lega.

Minggu, 11 November 2018

Novel Frans Maki

Bab 3
Satria Baja Hitam 
Lanjutan

Pertarungan selesai, Satria Baja Hitam dapat menembus perut monster dengan Pedang Matahari dengan tendangan maut sebelumnya. Lagi-lagi kemenangan ada di pihak yang benar, begitu seterusnya berulang kali. Jalan cerita hampir sama, tetapi kami penikmat film ini selalu terhibur. Walau harus duduk berhimpitan dengan teman-teman yang lain.

Di tengah kami nonton aksi Satria Baja Hitam beraksi ada oknum yang tega sekali membuang kentut dengan tanpa suara, hasilnya kegaduhan terjadi. Saling tuduh Satu sama lain, sepertinya kentut itu menyerempet tai hingga baunya seperti campuran sampah dan belerang.

Adit sigap menyemprotkan sesuatu dari balik tabung kecil, sesaat kemudian dengan bantuan kipas angin keseluruh ruangan. Aroma wangi keluar. Dua benda yang Tak Frans lihat sebelumnya, kipas angin dan tabung pewangi. Sangat menggelikan tentunya.

Film kartun setelahnya adalah film tentang seorang anak muda yang bisa menggunakan tongkat yang dialiri petir. Dengan senjata ini tokoh utamanya dapat menumpas kejahatan. Frans dan teman-teman ya sudah terhipnotis, diam mengatupkan kedua rahangnya.

Sabtu, 10 November 2018

Novel Frans Maki

Bab 3
Satria Baja Hitam 
Lanjutan

Imbas dari menonton film heroik hasil kreatif anak muda jepang, Satria Baja Hitam RX ini membuat persepsi, insting, dan pola pikir ala suasana film tersebut. ketika pergi ke Masjid di sore Hari yang gelap, Frans merasa Akan kehadiran monster yang mengerikan. Lalu tanpa canggung Frans berteriak "Belalang Tempur!", Kedua kakinya lari berlari kencang seperti kuda perang yang dipacu kencang. Instingnya memberi tahu tanpa sopan kalau monster ganas segera datang. Sampai di Masjid Frans berpikir lari yang kencang itu ternyata memberi pengaruh yang maksimal.

Tak berhenti sampai di situ, bila sedang terpojok karena suatu hal, maka Frans berteriak dengan lantang "Pedang Matahari!", Sedang makan, bila selesai bukannya berdoa ia malah berteriak "Pedang Matahari!", Mengerjakan PR, mencari rumput, selesai mandi, dan lain sebagainya. Demam Satria Baja Hitam RX benar-benar "menghipnotis" Frans. Half ini yang membuat ibu dan teman-teman ya khawatir.

Rabu, 07 November 2018

Novel Frans Maki

Bab 3
Satria Baja Hitam

Pukul 4 Sore Frans sudah siap dengan pakaian terbaik, sendal terbaik, rambut terlapisi dengan minyak lavender, minyak rambut terkenal murah dan awet.

Keterbatasan ekonomi membuat Frans dan teman-teman bertindak kreatif agar mendapat tempat terbaik hingga dapat menonton film kesayangan kami dengan hati yang puas.

Sampai dirumah Adit, ruangan tempat menonton Satria Baja Hitam sudah tanpa celah untuk duduk, Hari dan Jidon sudah tersenyum menang sambil memandangi Frans, Aro, Tama, dan Nur yang berdiri di balik kaca nako yang menonton secara tragis.

Mata Frans terbelalak melihat Belalang Tempur yang dipanggil oleh Kotaro yang sedang membutuhkan bantuan untuk melawan monster kiriman. Sampai detik itu Frans belum selesai dengan kekagumannya ketika pedang matahari menembas tubuh monster kiriman.


Selasa, 06 November 2018

Novel Frans Maki

Bab 2
Jejak Anjing 


Hujan lebat semalam yang mengguyur desa kaligondang membuat jalanan menjadi lebih kenyal.Genangan air masih bisa dilihat pada beberapa titik jalanan. Para petani masih berdiri tegak memanggul cangkul sambil memandangi sawah-sawahnya yang berubah hamparan danau. Ular- ular air tampak berenang bebas menjelajah kesana kemari. Burung- burung bangau sudah mulai berputar-putar mencari ikan yang tersesat. Para mancing mania yang terlampau Sayang memanfaatkan situasi sudah terlihat memasang umpan, mereka bertaruh dengan keburuntungan, siapa tahu Iumpannya dimakan oleh ikan-ikan yang kabur Dari kolam peternakan.

Jalanan yang menuju ke sekolah biasanya akan dipenuhi oleh jejak-jejak kawanan Anjing hutan yang kelaparan hingga terpaksa mendekati area yang sering dilalui oleh manusia.

Jejak-jejak kawanan Anjing sering menjadi perhatian bagi Frans dan kawan-kawan untuk bahan tebak-tebakan. Kadang Frans menambahkan jejak baru dengan menggunakan buku-buku jarinya. Ada yang menebak jejak-jejak itu bukan dari tapak-tapak Anjing melainkan Dari jejak Serigala, Macan, bahkan ada yang menduga sebagai kucing jadi-jadian. Semuanya punya hak untuk menebak tanpa terkecuali. Kadang puncaknya main kata-kata yang berujung pertengkaran, Karena nama bapaknya disebut sebagai kaki Anjing.