Minggu, 10 Januari 2021

SANG PENGELANA

Ia mengelana dari desa ke kota, menderma seluruh jiwa raga, tak sempat ia memikir yang berbeda
Ia menatap matahari yang telah menyetrika punggungnya seharian, baju lepek tak karuan
Ia menjawab peribahasa yang berlarat-larat dari setiap bahasa tubuh yang dipertontonkan secara membabi buta
Ia menatap sekaligus melihat perjalanan masing-masing orang tanpa merasa terganggu

Katanya, jiwa itu ibarat pilot yang leluasa bergerak
Katanya, keadilan bisa ditegakkan tanpa memandang bulu
Entah bulu ayam, bulu angsa, bulu merpata, atau bulu-buluan
Ia bergerak tak beraturan menjelma dalam satuan-satuan