Selasa, 20 September 2022

Raksasa Kerdil dari Lorong-Lorong Kota

Bagian Satu


Ia datang dalam kegelapan di wajahnya seolah habis beradu dengan panas. Tetapi bukan itu, ia hadir karena mengganggap segala yang ada pada jangkauannya, itu buruk sekali. Ia mengupas segala perbendaharaan kata hanya untuk menghabisi lawan bicaranya. Kalau mau jujur, mungkin isi kepalanya hanya dipenuhi oleh persona tidak non grata. Ia mewakili pikiran yang melintas bukan pada ukuran tertentu.

Ia mendengus setiap kejadian tidak sesuai pikirannya, mencoba sekuat tenaga agar ide itu lenyap atau dilenyapkan. Lalu ia tangkap kemudian hari sebagai cara untuk menaikkan kekuatan agar dapat membuat kentut paling bau di lorong-lorong tempat ia tinggal. Mustahil kalau yang ia lakukan dapat gagal, karena gagal adalah bukti bahwa ia pernah mencoba bukan tanpa persiapan. Ia bersembunyi di balik evaluasi yang garing dan melenyapkan perbedaan dengan traktiran makan sepanjang ia memimpin. Itu buruk sekali (setidaknya bagi saya).

Bila ada pikiran yang melintas dan ia suka, bukan keluar dari orang yang ia suka. Maka ia akan menangkap dengan caranya sendiri. Sebaiknya ia akan tetap bertahan sementara ide itu terus berkembang. Ia hanya membersihan kotoran hidung, tanpa pernah memperhatikan apa-apa yang sudah tumbuh bersama kotorannya itu.

Satu pagi ia tertawa. Lalu mengeluarkan bau bacin ke lorong tetangganya. Harusnya sesama penghuni lorong, ia tak perlu mengupas jenis bawang-bawangan tanpa pernah membagi aromanya, jika ia terlalu pelit. Lelahnya membuatnya orang di sekitar ikut berpeluh, padahal ia sendirinya yang membuat kelalahan tanpa jeda.

"Kalian manusia brengsek, tak tahu apa-apa. Sejago apapun kalau kalian tak bersitifikat, tak ada gunanya." Ia bergumam atau mendengus. Ia selalu memadukan antara insting pemburu dan kekolotoan para manusia purba.

"Capai, kalau berurusan dengan dia, tak ada habisnya," seloroh peminum kopi yang sedang mengunyah ketan goreng.

" Ia perlu dikikis, paling tidak di palu sehingga keluar reptil nakal yang selalu bersembunyi dibalik kepalanya."

"Bikin perkara saja."