Rabu, 28 April 2021

Melukis Ayah

Pintunya ditendang dengan tengan hasil latihan silat, terukur dan membuat kerusakan yang cukup fatal. Ayahnya mencari penyebab kenapa ia marah, tetapi tak ditemukan apa-apa selain kemarahan ayahnya yang makin meningkat. Ayahku tak diduga, sesuai dengan keadaannya. Seperti angin ribut yang tiba-tiba bisa setenang danau dan seberisik gemuruh orang bertengkar.

Ia menyediakan sarapan seperti menyambut tamu-tamu agung dari kerajaan dunia. Aku senang bukan kepalang, tetapi apakah ia terus ada sampai aku besar nanti, tentu saja tidak. Ia pernah memberi nasihat kepadaku tentang pentingnya tak bergantung pada orang lain. "Ayah  tidak akan selamanya kuat, kamu harus bisa melakukan sesuatu tanpa bantuan ayah," begitu kudengar ketika ia mencebokiku setelah buang hajat. Aku tak tahu pasti apa yan dimaksudnya tetapi kata-katanya mengandung misteri kehidupan.

Di lain waktu aku terbangun dari tidur dengan perasaan takut, ku ceritakan pada ayah aku tadi mimpi serem betemu pocong dan dikejar anjing. Ia mendengarkan dengan baik. Lalu ia memberikan semacam tips yang belum sebenar-benarnya tips, tetapi bagiku cukup efektif untuk melawan mimpi-mimpiku yang lain.

"Ayah kasih rahasia ya, sebuah cara agar kamu bisa keluar dari mimpi," katanya.

"Apa itu yah,"

"Kamu harus cari tempat yang tinggi lalu kamu lompat, biasanya akan bangun. Kalau dalam mimpi ada yang membuatmu takut lawan saja," ucap ayah.

Esoknya kuceritakan tentang mimpiku yang seram dan bisa meloloskan diri darinya. Pernah kuceritakan anjing yang ingin menggigit, setelah ku injak berubah menjadi katak dan loncat-loncat.

aku ingin mengucapkan terimakasih dengan cara lain. Aku masih kesulitan untuk melukiskan tentang ayah, mungkin ketika kumulai beranjak dewasa. Cerita-cerita tentang ayah akan mudah kutuliskan. 

Rabu, 21 April 2021

Tembok Dalam

Ia lahir dalam kesengsaraan, mencampakkan dalam-dalam
Ia mencapai dalam kebarauan, melahirkan sejenak istirahat
Ia mendidih dalam pesona, meruntuhkan tembok yang dalam
Menyusui dan meratapi setiap kepingan zaman, kemanakah ia?

Keras yang lunak sebagai cermin berlapis
Mengkerut dalam rona bercak-bercak seutas tali
Tali jemuran yang kian rapuh, seperti arang patah
Mendambakkan kesetian setelah tikaman penghianatan

Cobalah meresapi setiap pertahanan yang terlalu kuat
Kokohnya kepribadian kadang menjungkirbalikkan kenyataan
bersembunyi dalam kebaikan yang tak lekang
Ia hanya beralih dari titik ke titik lain

Selasa, 13 April 2021

Para Pemesan

Sore itu senja malah menertawakan
Para pemesan kekuatan
Untuk mendapatkan sedikit ketenangan
Dari para lengan yang menyingsingkan kerah baju

Orang rumah terkaget-kaget
Melihat wajah yang dikenalnya telah berubah
Seperti wajah-wajah di televisi
Tanpa noda dan tampak bersinar licin

Pemesan itu ada di televisi
Menggambar wajahnya sendiri
Tunduk malu atau entap apa
Tertawa sepenuh mata

Para pemesan bangun dan melihat sekitar
Hanya wajah itu saja yang selalu terlihat di televisi
Baju dan pakaiannya berganti-ganti
Agar jejaknya bukan jejak anjing atau singa

Mereka mengurung dalam petasan
Memekakkan telinga mereka sendiri
Dengan tangan atau mercon cabe keriting
Semua lusa dan esok bisa benderang

Minggu, 11 April 2021

Sebuah Teropong

Seringkali kebenaran tersembunyi
Dari balik bisik-bisik
Tajam seperti suara penguasa
Yang menjembatani setiap permukaan-permukaan

Mengintip dari balik teropong
Berhembus nafas dari balik mulut-mulut lama
Seperti angin pada udara
Seperti jendela pada tirai

Dari balik teropong
Manusia menerapkan peraturan-peraturan
Menjelma dalam hasrat-hasrat
Untuk menutupi jejak yang berlubang

Ia tidak bisa meneropong ketulusan
Jenis manusia yang terang dan bersinar
Pada dirinya perpaduan antara lalat dan lebah
Tak mau menipu orang, ia tertipu sendiri

Teropong membidik yang disasar
Tak bisa melebar tepat
Ia hanya sasaran
Tak juga tepat sasaran

Jumat, 09 April 2021

ASPEK FISIOLOGI HABIT

Orang tua kadan hopeless melihat anak yang tak bisa diajarin, mengapa? dari sini kita melihat aspek fisiologisna.

Manusia memiliki banyak otot untuk mendukung pergerakan. Saat kita melatih suatu otot terus menerus, mereka akan tumbuh dan terlatih. Sayang jika dari kecil sampai besar otot-otot ini tidak dilatih lebih jauh. Banyak sekali yang bisa dilatih.Kemampuan anak berproses, kita tidak bisa menghasilkannya dengan instan. Melatih proses jauh lebih penting dari pada mengharap hasil akhir.

Manusia memiliki kemampuan beradaptasi yang luar biasa. Bangun satu-satu, beri atmosfer, konsisten.Ketika ingin mengajarkan anak bicara dengan baik, tak cukup hanya dengan meminta anak bicara baik. Anak harus diminta melatih tubuhnya juga. Tubuh yang tegak, suara yang jelas, wajah yang tenang dan tersenyum. Ketika habit buruk sudah terbentuk, tak hanya akan mengganggu orang lain, tapi juga mengganggu Kesehatan anak sendiri. Pertumbuhan yang terganggu dari posisi duduk yang buruk, misalnya. Karena tulang belakang juga membengkok.

You are what you think you are.

Setiap pagi kita bangun, apa sih yang kita pikirkan kita pertama. Ini mendefinisikan diri kita sendiri kemudian. Inilah pentingnya kereta pikiran. Saat kereta pikirian sudah steady, kita akan lebih mudah mengendalikan diri kita juga jaringan otak berubah, ketika kita tidak menggunakan jaringan tertentu, dia akan meluruh dan digantikan dengan yang baru.

Kita harus memikirkan jangan sampai masuk ke automatisasi. Padahal itu natural. Kita perlu refleksi dan terus mempertahankan kesadaran. Apa yang digerakkan oleh tubuh, salah satunya mulut, akan membuat jalur di otak kita. Maka jika terus dilakukan, dia akan terus mengikuti. Apa yang nampak di manusia, itulah yang berkecamuk di dalam dirinya. Berhati-hatilah dengan gerakan dan pikiran kita.

Peranti utama manusia adalah tubuh. Termasuk di dalamnya otak dll. Ada gerak, rasa dan pengetahuan.Kita harus mindfulness. Kita harus kendalikan agar tak memikirkan yang sia-sia. Kita sama-sama memiliki waktu 24 jam, akan jadi apa kita. Tentukan goal dari pagi. Jalani dengan penuh kesadaran.

Cheating2 dikit pun membentuk jalur kebiasaan. Jadi perhatikan baik-baik. Tutup hari dengan penuh syukur. Hindari hal-hal yang bisa mendistraksi. Jika hp mengganggu, bisa masukkan ke laci. Ada penanda missal memakai celemek, brarti harus masak dan beres-beres. Rencana sudah disusun dari sehari sebelum lebih baik.

Ada banyak jenis excitement, ada yg senang maen game, ada yang suka nonton crime story. Kita harus lebih banyak membangun curiosity. Jika kita terus-terusan memikirkan rasa kita pada orang lain, pikiran buruk terus diolah dan membentuk perilaku buruk.Pembentukan karakter dari pikiran yang terlintas, semua berasal dari rumah. Bagaimana habit di kuatkan. Dan orangtua lebih baik bersakit-sakit dari sekarang.

Anak yang menunda-nunda misalnya, mandi berlama-lama karena terlalu banyak imajinasi. Perlu dibantu menghentikan lintasan pikiran itu dengan pembentukan kebiasaan baru. Distraksi pikiran anak. Setting waktu baru mandi 10 menit.Kebiasaan yang lama akan menjadi karakter, yang tanpa berpikir akan langsung digerakkan.Kita perlu mengawal anak dari pengaruh luar. Cara bicaranya perlu dipastikan tidak justru membangkitkan emosi dan tidak memberi cap pada anak.

Kebiasaan yang kita latih, fisik atau pikiran memiliki bekas di otak. Bisa menebal atau hilang ditelan waktu jika tidak digunakan terus menerus. Tubuh ini mempunyai kemampuan utnuk memberi perintah pada otot untuk membentuk otot-otot baru yang bisa ditumbuhkan dengan cara yang benar. Kita diminta melatihkan anak atletik. Agar ada otot lain yang penting untuk pertumbuhannya, ada orang yang terus memikirkan sesuatu sehingga itu menjadi terbawa ke kesehariannya.

Jika kita memiliki kebiasaan buruk, kita rubah dengan kita paksa memikirkan hal yang lain. Dengan regenasi otak dan pembentukan jalur baru. Kita bisa melatihkan hingga ke tahap reflek. Sehingga tahapan pembentkan sebuah perilaku bisa langsung ke tahap akhir dan menjadi karakter seseorang. Kebiasaan juga bisa diambil anak-anak dari orang lain selain orang tua.

Sumber tulisan diambil dari komunitas homeschooling metode Charlotte Mason 

Selasa, 06 April 2021

DISTORSI KLARIFIKASI

Tak terasa kita sudah melewati masa-masa sulit yang kadang menjungkalkan akal sehat pada jurang yang menghawatirkan. Masa-masa sulit terjadi karena alam yang menghendaki, takdir yang menentukan setiap perjalanan manusia. Tetapi di luar jangkauan kita sebagai manusia, ada sejumlah kesulitan karena hasil desain dari tangan-tangan miskin kasih sayang. Bisa hasil kebencian yang mendalam atas sebuah agama tertentu. Di mana idiologi semakin mengeras, "tak lagi" membuat kebahagiaan. Memakai baju agama untuk menghasilkan kekerasan yang menyakitkan. Lalu dengan enteng membawa agama tertentu untuk menjadi pelindung diri. Bisa juga hasil dendam yang tak berkesudahan. Atau yang paling eman adalah hasil dari penyimpangan data yang tak masuk akal.

Perang membuat luka yang terus menganga sepanjang masa. Meninggalkan kengerian yang membuat sebagian sakit jiwa. Mimpi-mimpi indah menjadi semakin jauh dari jangkauan. Tak segan-segan mereka menjungkalkan sisi kemanusian atas dasar pendangkalan kemanusiaan yang menurutnya perlu diperbaiki. Alih-alih membuat nyaman atas sisi-sisi lainnya. Meski berbeda keyakinan, tetapi mereka juga adalah manusia yang haram ditumpahkan darahnya, tanpa alasan yang kuat. Bagaimana mereka pulang ke rumah tinggal nama, dengan dibaluri jeritan dan kepanikan yang melanda seluruh anggota keluarga. Tulang punggung mereka meregang nyawa di tangan "orang" yang mengaku pada agama yang cinta damai. Ini akan terjadi secara berlarat-larat jika ada yang menginginkan demikian. Apalagi melukainya atas dasar kesadaran bukan keterpaksaan di bawah lesatan peluru atau tajamnya kilatan pedang.

Genangan darah tak membuat ciut untuk mengurungkan niat busuknya. Apalagi sekedar untuk klarifikasi atas sebuah pesanan. Mungkin terlalu jauh pada data yang diterima. Apalagi kotak-kotak penuh perhiasan ada dalam genggamannya. Membuatnya mabuk kepayang yang langkah-langkahnya menjadi terhuyung-huyung. Tertawa sepenuh tenggorokan dan makan sepenuh mulut, kedua tangannya menggenggam sekerat daging bertabur kezaliman. Ini zaman di mana sebagain orang suka menyembunyikan kebenaran, dan menertawakan kebenaran  di depan mata.

Penyimpangan data yang "parah" membuat anak kecil harus berangkat ke sekolah lebih awal, padahal gema subuh belum juga terdengar. Tembok-tembok rakitan membuat kakinya lincah memilih jenis tanah yang nyaman bagi kakinya, atau ia pulang dengan kehilangan salah satu kakinya. Pada dadanya terselip keberanian yang putih, tak pernah takut mengangkat wajahnya pada orang-orang berseragam yang telah kehilangan pegangan hidup. Pada dunia lain, ada kerumunan yang tak membawa apa-apa kecuali yang melekat di tubuhnya. Sambil memikul seorang ibu yang telah kehilangan kekuatan, karena uzur. Ini adalah jenis pertarungan yang memilukan. Di mana yang senjata memiliki kekuasaan yang mudah sekali terkena bujuk rayu, hanya menyisakan sedikit kekuatan setelah dilemahkan jika tak ingin mendengar "kebiri".

Mungkin kita perlu "tenang" sejenak, jika tak ingin menggunakan kata "diam" untuk mendapatkan jenis kontemplasi yang apik untuk menghadapi gempuran apapun. Untuk menajamkan pikiran sekaligus menjernihkan kata-kata. Agar apa yang terjadi, katakan terjadi. Agar yang tidak terjadi, katakan juga tidak. Sebelum "tangan" Tuhan bertindak, karena mendapatkan banyak laporan dari kemarahan alam yang terus dianiaya, darah terus ditumpahkan, dan kebenaran terus saja ditertawakan.