Selasa, 29 Januari 2019

Matahari terbit dari barat

Jika itu terjadi musnahlah semua kegembiraan yang kita agung-agungkan, ribuan kesenangan akan lenyap laksana uap terkena sinar matahari. Semua hal yang kita lakukan akan berguna bila sebelum matahari terbit dari barat, kita memaksimalkan perbaikan dan menyesali kesalahan dengan mengagungkan doa sebagai perisai agar tak terjebak pada kesalahan yang sama.

Jika itu terjadi, lengkaplah semua gerak kita akan tertutup segera dan tinggal menunggu apa yang akan terjadi kemudian. Perhitungan segera dilakukan dengan peradilan yang sempurna.

Fasilitas kehidupan akan tidak ada faedahnya, manakala tidak bisa menolong di saat-saat genting sekalipun. Fasilitas kehidupan justru menjerumuskan ia dalam seburuk-buruknya jurang pemisah.

Matahari terbit dari barat adalah tanda usai sebuah drama, bumi selesai tugasnya, tata surya menyelesaikan misinya. Seluruh mahluk Tuhan kembali kepada-Nya tanpa bisa menolak barang sedikitpun.

Tentang Umar

2. Lelaki dari Kesamen

Umar pernah bercerita kepada anak-anaknya. Terutama kepada kedua anak lelakinya. Bahwa Ia pernah menjalani masa-masa sulit semasa mudanya. Kesulitan kadang membuat anak lelakinya antara tertawa dan sedih. Umar pernah di sunat pada satu masa dengan kondisi perdukunan yang masih menjadi tempat favorit untuk bertanya hal-hal yang bersifat ganjil. Keberadaan dukun sesungguhnya menjadi terpinggirkan karena kehilangan tempat dan banyak saingan. Mantri juga menjadi profesi yang menjanjikan lengkap dengan perlakuan-perlakuan istimewa. Umar menjadi "sasaran" mantri yang mungkin sedang magang, karena mantri sesungguhnya sedang keliling untuk memenuhi undangan sunat masal. Umar pernah di sunat oleh seorang mantri yang beken dan menjadi orang terakhir dalam hal memotong kulup laki-laki.

Selesai sunat Umar tak mengalami bius seperti yang terjadi pada zaman modern sekarang, Umar mengklaim kalau dirinya setelah di sunat harus pergi ke sebuah sungai yang paling jernih airnya. Lalu berendam sampai menjelang sore. Syukurlah tak terjadi peristiwa mengerikan, yakni banjir tiba-tiba yang bisa menghanyutkan para perenang berbakat sekalipun. Anak lelakinya mendengarkan ayahnya dengan seksama. Umar melanjutkan ceritanya. Bahwa ketika berendam di sungai, ibunya menemani sambil terus mengawasi, siapa tahu anak lelakinya yang paling gagah menjadi santapan buaya air. Apalagi dari balik alat vitalnya masih menetes darah segar. Mungkin lain cerita, kalau Umar berendam di sungai Amazon, ikan Piranha akan menjadi buas mencium darah segar orang habis sunat. Menjelang sore Umar menggigil gemerutuk giginya, kakinya putih pucat, wajah lelah, ibunya diatas senang. Bius tradisional akan membantu anak lelakinya untuk tidur malam tanpa merintih kesakitan. Lelaki dari Kesamen telah melangkapi ibadahnya sebagai seorang muslim. Umar meraih baju dan ibunya memberi handuk bersih. Di tangan kanannya memegang rantang susun yang akan di berikan kepada putra kebanggannya.

Minggu, 27 Januari 2019

Tentang Umar

1. Hujan Sore Hari


Dalam waktu yang singkat Umar mampu membuat selokan baru untuk menampung air hujan yang lebat. Rumah gedong di dekat dengan sawah, halaman depan ada beberapa pohon rambutan, di apit oleh empat kolam ikan besar, sebuah sumur yang tak pernah kering, walau kemarau menyerang Desa kami. Pemilik rumah gedong kerap menyewa jasa ayah ketika rumahnya nyaris terlampau air hujan yang tumpah ruah dari langit.

Umar berusia 35 tahun dengan rambut gelombang yang menarik banyak kaum hawa, tapi sayang Umar sudah punya istri dengan 4 orang anak. Pacul ia panggul di balik bahunya yang kukuh, laksana gunung, ototnya seperti gatutkaca, hanya sayang umar tak bisa terbang. Kumis hitam menghiasi wajahnya yang keras tapi penyayang, Umar melakukan itu semua agar dapur rumah tangganya tetap beroperasi layaknya rumah-rumah yang lain yang tak begitu kesulitan mengatur keuangan, karena mereka di subsisi silang orangtua atau mertua. Rumah tangga Umar harus berdikari. Berdiri di atas kaki sendiri.

Umar mencuci cangkul yang baru saja menyelamatkan dapurnya dari berhenti beroperasi. Membangungkan kembali harapan. Seorang ayah harus memiliki kemampuan untuk membangun harapan di atas harapan. Harapan yang terlalu kecil tapi Umar terus pupuk. Hingga mampu anak-anaknya mencari makan nafkah sendiri, dan punya martabat di mata para tetangga yang nyinyir.

Terjadi dialog sederhana antara pemilik rumah gedong itu dengan Umar. Sambil menyandang cangkul Umar pulang dengan membawa uang sepatutnya. Kepatutan yang diukur oleh pemilik rumah gedong, bukan dari sisi kemanusiaan.

Sampai di rumah Umar di sambut oleh istri dan anak-anaknya. Ia mengeluarkan uang dari balik kantong celananya yang basah. Tanpa mengeluh sang istri menerima dengan hati suci, tak pernah keluar dari mulutnya, mengumpat suami yang bekerja serabutan.

Tentang Umar

1. Hujan Sore Hari
2. Lelaki dari Kesamen
3. Sepeda Onta
4. Sulap
5. Merantau
6. Wesel
7. Surat
8. Ternak Ayam
9. Kebun Sayur
10. Purwokerto
11. Bersama Gadis
12. Kendit Polang
13. Pulang Dadakan
14. Tukang Bangunan
15. Kaki Melepuh
16. Proyek Jalan Desa Arenan
17. Sepasang Sepatu
18. Nasihat
19. Kecelakaan Motor
20. Senyuman



Penulis: San Marta

Penerbit:-

Genre: Humaniora

Novel Frans Maki

Bab 8

Tragedi Peci Hitam

Langgar atau Mushola selepas Maghrib menjadi salah satu persinggahan yang menarik. Ada banyak hal baik ada di sana. Televisi belum mendikte kegiatan Frans dan teman-teman. Tempat ini menjadi pusat perhatian kaum milineal saat itu dengan beragam pembicaraan. Frans dan kelompoknya membicarakan tentang Marmut yang di curi dan belum di temukan siapa pelakunya, Faisal yang memilih jalan menyendiri dan belum berkenan untuk di bantu, padahal sang ayah sudah melakukan hal yang tidak menyenangkan, kapan berburu jangkrik, menangkap burung brondol, magas dan lain-lain. Setelah semua menghadap kepada seorang Ustadz untuk membaca, menghafal, dan mendengarkan instruksi-instruksi pendek, ada interval waktu untuk melakukan hal-hal di luar prosedur.

Bang Aris yang bukan kelompok Frans dan teman-temannya mendekatinya dengan moody yang sulit kami tebak. " Hei kalian abang menemukan penemuan baru, kalian mau lihat." Bang Aris memulai menyulut suasana yang tadinya gembira, kini ada hawa tidak beres. " Apa itu." Tanya Tama. Melihat respon dari Tama yang terlihat tertarik membuat bang Aris melanjutkan.

" Pinjem Peci kamu boleh." Tanya bang Aris lagi sambil menyunggingkan senyum licik. Frans melihat gelagat tidak baik. " Mau abang apakan peci Tama. Hati-hati bang peci itu mahal, belinya bukan disekitar pasar Kaligondang, peci itu hasil pemberian dari ayahnya dari Jakarta." Usul Frans khawatir.

" Alah..., semua peci sama, paling juga harganya sama tahu." Peci yang sudah di tangan bang Aris sulit kami rebut kembali.

Jumat, 25 Januari 2019

Sudut Pandang

Cara kita membawa pikiran membuat terjaga dari kelemahan menilai diri sendiri.

Pikiran orang dapat saja membuat kita lemah dalam beberapa hal, tetapi kuatkan  i'tikad lurus dalam berbuat baik kepada semua orang yang ada di sekitar.

Kita tidak dapat membungkam pendapat orang tentang sesuatu, karena perpedaan sudut pandang akan  semakin meruncing tajam.

Melihat ke atas agar semangat untuk memperbaiki diri semakin besar, sukses dalam beberapa hal yang bersifat keduaniawian agar jembatan ahirat dapat melesat jauh.

Kita masih di dunia, genggamlah dunia pada telapak tangan, jauhkan dari sanubari, niscaya kedamaian ketenangan ada pada diri kita.

Proses menempa diri dengan berbagai masalah membuat kita makin kaya tentang sudut pandang, tak banyak berbicara memusingkan, sejatinya sudut pandang mampu memetakan setiap masalah dengan cara adil, karena keadilan adalah puncak kemanusiaan, tanpa keadilan sudut pandang akan mengalami banyak kegagalan.

Kamis, 24 Januari 2019

Ikan Hiu

Selepas bekerja adalah moment yang ayah usahakan untuk mencapai dunia anak, dengan segala keterbatasan ilmu dan pengalaman si ayah mencoba berkomunikasi agar menjaga ruang egosentris tetap berjalan dan anak belajar memahami tentang kepemilikan. Tapi itu nanti, ada hal yang ingin ayah bagi tentang pertanyaan anak ayah yang kami panggil QQ (Queena Qisthi Aprian).

" Yah nggak beli ikan hiu." QQ bertanya dengan mata berbinar.

" Untuk apa." Jawah ayah.

" Di makan ayah, kayanya enak."

" Jarang ya jual QQ, Apalagi kita makan ikan hiu."

" Sulit menangkapnya ya yah." Kata QQ

" Bukan sulit menangkapnya QQ, tetapi ikan Hiu adalah salah satu hewan yang di lindungi, makanya jarang di jual pasar lokal." Maafkan ayah nak belum punya jawaban tepat.

" Oh, gitu ya yah." Jawab QQ, lalu dia pergi bermain lagi.

Ayah mengangguk.

Ayah perlu belajar banyak tentang pertanyaan-pertanyaan anak agar mememuhi standar perkembangan anak.


Pertanyaan QQ usia 3 tahun 10 bulan, jam 16.30 WIB

Senin, 21 Januari 2019

Novel Frans Maki

Bab 7
Burung Puyuh
Lanjutan Cerita

Setelah beberapa kali memutar dan mengelilingi hutan tepi sawah yang begitu purba ketika kalian sudah masuk lebih dalam. Kami terkejut ketika keluar dari hutan tebu, kami melihat Faisal tengah memanggang burung puyuh hingga lima ekor dalam satu tusukan. Ketika kehadiran kami tercium, Faisal menoleh dan tertawa riang seperti biasa. Kalau orang melarikan diri dari rumah, biasanya akan banyak kegugupan yang tersemat di wajahnya, tetapi Faisal sangat menikmati petualangan barunya, meninggalkan rumah.

" Hei, kalian mau bergabung, aku baru saja mendapatkan burung puyuh, lihat Frans kau telah mengajariku tentang bagaimana teknik berburu puyuh dengan baik, hasilnya burung puyuh berbulu emas di dadanya mampu aku bidik dengan baik."
Faisal berbicara sambil menyambut kedatangan kami, wajahnya tak begitu menyesal setelah semua orang yang kenal dekat dengannya sangat khawatir. Satu kilometer dari kami berada ada sungai kecil yang kadang di datangi oleh para pemancing yang lihai.

" Semua orang menghawatirkanmu Cal." Panggilan akrab Faisal.

Minggu, 20 Januari 2019

Pilihan

Semua aktivitas gerak kita selalu dihadapkan dengan sebuah pilihan. Sejak terpejam mata hingga terbangun sejuta pilihan selalu saja hilir mudik menunggu tindakan.

Bergerak sedikit saja keluar ruang, maka akan kalian menemukan berbagai pilihan untuk segera diambil.

Melihat wanita yang kalian kagumi, tentukan pilihannya, diam-diam curi pandang atau dekati dan menanyakan kabar, sekedar respek sebagai sesama mahluk hidup.

Memilih channel Tv, ada banyak pilihan, mau yang serius atau banyolan yang tetap bertaji.

Melihat gelandangan di pintu pasar, hanya mencibir, melirik, atau potret lalu pasang di medsos. Menjadi pembicara yang problem maker, atau problem solver. Menjadi pekerja yang supel atau buat orang sebel . Hijrah dari tempat buruk ke arah pintu masuk keberkahan. Pembelajar yang tekun, ulet atau sekedar mencari ijazah. Penciptaan surga dan neraka adalah, apakah kalian akan banyak membuka pintu-pintu kebaikan atau menutup pintu kebaikan.

Hati-hati dengan pilihan, janganlah tertipu penampilam, lihatlah substansinya. Untuk menentukan pilihan, pakailah standarisasi langit bukan manusia.

Ikan Gabus dan Ikan Sepat

" Bus, air sekarang rasanya semakin aneh ya. Mungkin cucu kita tidak akan bisa menikmati jernihnya air. Bahkan saudara-saudaraku yang tinggal di sungai kecil pinggir sawah selalu merasakan rasa air semakin membahayakan. Banyak saudaraku yang korengan akibat pencemaran yang dilakukan oleh mahluk yang hidup di atas tanah.

" Tak usah mengeluh Pat, memang kalau kita mengeluh mahluk besar diatas tanah yang punya dua kaki, akan mengerti keluhan kita, sebagian dari sangat rakus dan tak punya kesadaran tentang lingkungan."

" Kita jalan-jalan dulu yuk, siapa tahu ada cacing yang jatuh atau serangga yang terjebak, akhir-akhir ini mencari sarapan makin susah."

" Banyak yang membuang cairan tak ramah lingkungan di pinggiran sawah itu."

" Hei Pat, lihat ada cacing yang..., lho kok bentuk nya aneh, Seperti termutilasi." Teriak Ikan Gabus sambil berenang mendekati cacing yang bergerak kesakitan."

" Hehhh Abang Ikan Gabus cepat makan aku, tubuhku rasanya sakit sekali, Manusia itu memainkan ku terlebih dahulu sebelum memotong, baru kali ini aku disiksa seperti ini."

" Sebentar Bus jangan kau tolong dia, coba lihat badanya melengkung kaku, seperti terikat lem, Aku pernah ingin menolong tapi rasanya sakit sekali hampir saja aku menjadi santapan manusia tak ramah lingkungan itu." Ikan Sepat mengingatkan. Trauma telah memberinya kepekaan pada dirinya.

" Oh ya, coba aku lihat, ya kau benar ikan Sepat, terimakasih sudah mengingatkan. Maaf Cing kami berdua tak bisa menolongmu. Kita jalan dulun ya."



Pelajaran
Hormati Alam Kita.

Sabtu, 19 Januari 2019

Sisi Lain

Ku pacu kendaraanku mengikis jalanan ibu kota jakarta, biasanya macet, tidak seperti jalanan kampungku yang lengang pada jam 8 pagi. Tapi kawan, lain di kampung lain di jakarta. Di jakarta  semua terasa begitu padat, kadang-kadang  panik, saling memaki antar pengemudi kendaraan. Tak belas kasihan dengan para  pejalan kaki, pengendara sepeda, juga pada tukang becak. Kalau realistis sih boleh-boleh saja, tukang becak "ngribetin" jalan, tapi kawan, kalau mau idealis tukang becak juga punya anak istri yang harus di beri nafkah.

Pagi biasnya di pinggiran jalan kota jakarta, para ahli bangunan dan asisten profesionalnya sedang kongkow di warteg sambil ngopi dan sarapan, menunggu gerbang proyek untuk dibukakan kuncinya. aku lebih seneng menyebut tukang bangungan sebagai ahli bangunan, dan kuli sebagai asisten profesioanal. Karena  orang biasanya menyebut mereka dengan kuli dan tukang. Tetapi mereka bukan sekedar tukang, mereka sangat mahir dibidangnya.

PERJALANAN

Ya, Muhammad sungguh Indah Hidupmu
Hiasan Ahlak pada Perilakumu
Ketika Jibril  Membelah dadamu
Di sucikannya dengan Zam-Zam
            Bejana Emas berisi Hikmat dan Iman
            Di Tuangkan ke Dadamu
            Di Tautkannya Kembali
            Untuk Perjalanan Suci
Menembus Langit Dunia
Hikmah Berjumpa Para Nabi
Melihat Penduduk Syurga dan Neraka.
Pelajaran Bagi Umat Manusia
            Sampailah ke tempat yang tertinggi
            Hingga terdengar Goretan Pena
            Perintah Allah di Titahkan
            Pada Umat Muhammad Saw
Turun Muhammad setelah Menerima Titah
Berjumpa dengan Musa
Dialog manis Terjadi
Umatmu Takkan Sanggup
            Muhammad Menghadap Rabb
            Di kuranginya sebagian Titah itu
            Kembali Bertemu Musa
            Umatmu Takkan Sanggup
Muhammad kembali Menghadap
Titah itu di kurangi
Dialog Cinta Bersama Musa
Umatmu Takkan Sanggup
            5 sebanding dengan 50
            Itulah Firman Allah Swt
            Putusannya tak bisa berubah
            Muhammad menerima
Dialog Indah dengan Musa
Muhammad merasa malu
Malu Aku pada Tuhanku
Tuhan Yang Maha Bijak
            Sidratul Muntaha
            Tempat terindah mata memandang
            Beraneka ragam warna
            Jibril Membawa Muhammad ke syurga
Didalamnya
Mutiara tersusun Indah
Bumi di sana, bagaikan Kasturi
Berakhirlah perjalanan Suci

Di sarikan dari Kitab Shohih Bukhari. 

Deplu Tengah, 30 Mei 2013         

Jumat, 18 Januari 2019

Novel Frans Maki

Bab 7
Burung Puyuh
Lanjutan Cerita


Di benak kami sedang dilanda badai kecemasan. Tama terseret arus sungai kecil yang menguap. Hari dan Jidon berlari di belakang Frans dan bang Aris. " Bertahanlah Tama!, kami akan menolong!." Suara Frans menggema. Hari dan Jidon bergumam tak jelas. Mungkin saling menyalahkan, saat ini begini tak baik saling beradu siapa yang benar dan salah. Langkah besar bang Aris sedikit mengendurkan urat ketegangan. Hari yang badannya paling gemuk makin tertinggal jauh, Jidon mulai kelelahan. Hobinya bukan berlari, setiap menjelang tidur di malam hari, setelah mengerjakan PR, Jidon membantu orang tuanya membungkus ratusan "kacang bandung" kedalam plastik. Lalu diantarkan ketika liburan.

" Kenapa kamu berhenti bang!." Frans bertanya cemas.

" Lihat, Tama mulai kehabisan tenaga, abang akan mencegat di tengah arus. Di ujung sana ada tikungan, nah sekarang bantu abang." Bang Aris lari lebih cepat kearah tikungan setelah dialog singkat. Kami mengikutinya susah payah. Galah dari rotan yang panjangnya hampir lima meter ia ulurkan ke kami. Sementara ia sendiri memegang ujungnya dan melompat menceburkan tubuh jangkungnya kedalam sungai kecil yang berarus deras. Kami panik ketika bang Aris oleng tubuhnya, tapi kami sigap menarik galah yang terhubung dengan tangan bang Aris, ia pun cepat menyeimbangkan tubuhnya. Pada saat begini kami sepakat untuk melepaskan kebencian yang kami sematkan pada bang Aris bila moodynya kambuh.

Kenapa Harus Doa

" Mau bermain sepeda, tidur, kamar mandi, makan, belajar, kenapa harus berdoa." Tanya Eza menjelang tidur."

" Karena setiap melakukan kegiatan, berdoa ada keberkahan di sana." Jawab ayah.
" Doa itu apa yah." Eza bertanya."

" Doa itu seperti perisai untuk melindungi dari hal-hal yang buruk."

" Seperti pelindung ya yah". Eza menyimpulkan.

" Ya."

Sementara Qq menyimak sambil menatap kami tak berkedip, memastikan diskusi kami tak terlewat. Dia akan menggunakan kosa kata yang dia pahami untuk menjawab peristiwa mendadak."

Ketika bunda pulang jam sebelas malam. Lampu di hidupkan, Qq terbangun sejenak. Dia teringat kalau ada kain yang menutup sebagian klambu.

" Oh ya, ada pelindung, jadi nggak silau." Qq menggunakan kosa kata yang didengarkan dari diskusi sebelum tidur.

Ayah mendengarkan lalu tertidur kembali. Ada kenyamanan yang tak terbayarkan oleh apapun.

Rabu, 16 Januari 2019

Novel Frans Maki

BAB 7
Burung Puyuh 
Lanjutan cerita

" Nama teman kamu siapa." Bang Aris bertanya sambil memasukan ketapel kedalam belakang celana, seperti gerakan memasukan keris kedalam warangkanya. Kalau dirunut dari jejak persahabatan kami dengan bang Aris tak begitu baik, kami seperti terjebak dalam dunia bang Aris, dia seperti punya daya magis agar kami para anggota kopi anjing selalu mau menjadi "temannya". Hanya pada saat ini dia menjadi tulang punggung pencarian teman kami yang menghilang. Satu yang kami tidak begitu menyukainya adalah bang Aris selalu berubah-ubah emosi, kadang sulit sekali mengontrol keadaan dirinya, satu saat dia bisa menjadi teman yang baik, saat yang lain di suka marah tak jelas, kadang juga salah satu dari kami pernah di bully entah apa alasannya. Esok harinya dia akan meminta maaf secara laki-laki.

" Faisal." Kata Frans.

Kami ingin menjauhinya, tetapi pada saat yang lain kami tak bisa lepas dari sepak terjangnya. Seperti minyak dan air. Tak pernah akrab, tetapi tak bisa dipisahkan.

Hutan Tepi sawah masih seperti biasa. Letaknya mudah untuk dicapai, kalau sudah masuk kedalam seperti melewati jembatan purba walau sekilas sama situasinya. Kami mulai masuk kedalam mencari jejak Faisal yang sudah satu pekan tak pernah kesekolah, kami mulai bergerilya mencari jejak sekecil apapaun.

Kami di di bagi dua kelompok, kelompok pertama bang Aris dan Frans, sementara kelompok dua Hari, Tama, dan Jidon. Frans dan bang Aris menyurusuri hutan tebu dan melihat rumah pohon yang pernah kami buat susah payah. Hari, Tama, dan Jidon menyisir kawasan hutan kelapa, Sengon dan Alba.

Satu jam kami bertemu kembali. Kami tercenung tak ada gerakan yang mencurigakan. " Frans, kau sudah kunjungi rumah pohon yang kita bangun di seberang sungai kecil di balik hutan tebu." Tanya Jidon.

Selasa, 15 Januari 2019

Akal Sehat

Akal sehat mampu meregangkan memori untuk berbuat kebaikan, bersama orang yang kalian sayangi, butuhkan, berada di kondisi apapun, tidak bermuka dua, tulus, dan tetap proporsional.

Menjawab semua keraguan tentang kehidupan dan peri kehidupan, menyelusup sampai ke pangkal harmonisasi yang tinggi harapan terhadap mimpi dan cita-cita.

Membedakan diantara perbedaan yang samar, selalu mengedepankan logika sehat dan tak menyalahkan sentimentil. Orang yang mampu membedakan antara yang tersembunyi, dibalik yang tersulit.

Menentramkan sekaligus perisai kewaspadaan sebagai wujud rasa waspada, bukan mendikte, wujud menormalkan pergantian perisai, agar yang lama tetap kuat, yang baru tidak diduakan, endingnya pikiran positif terpasang.

Akal adalah bentuk prosa yang paling sempurna, menjawab semua keraguan tentang anti klimaks, paradoks, kejujuran, dan semua akal sehat.

Minggu, 13 Januari 2019

Novel Frans Maki

BAB 7
Burung Puyuh

" Saya belum dapat laporan dari orang tuanya tentang teman kalian yang katanya menghilang, mungkin sedang ke rumah nenek, atau sedang pergi ke luar kota." Jawab Pak Polisi, cepat sekali menyimpulkan sesuatu. Tangan kanannya mengambil gelas, dan menyeruput kopi hitam yang mengepulkan asap. Hari Ahad kami sudah "menyatroni" Polsek Kaligondang. Dari kami bertujuh. Frans, Hari, Jidon, Tama, Nur dan Aro, jelas bang Aris yang punya potensi suaranya lebih di dengar. Fisiknya yang menjulang tampak lebih dewasa dari usia sebenarnya.

"Tapi teman kami sudah seminggu tak masuk sekolah, tak ada surat dari rumah. Wali kelas juga kebingungan mengenai anak didiknya yang "menghilang" tak meninggalkan jejek." Sambung bang Aris, kata-katanya mirip kepala sekolah berusia sepuh".

" Bapak atau Ibu guru kalian sudah menjenguk kerumah." Tanya Pak Polisi.

" Sudah Pak, kami sendiri yang ke sana di temani sama ibu guru." Jawab Frans.

" Lalu."

" Ada ayahnya di rumah. Yang aneh bapaknya malah seperti orang gila kalau ditanya perihal anaknya kemana." Jawab bang Aris.

" Aneh, betul yang kalian laporkan." Pak Polisi mulai menganggap serius laporan kami.

" Betul." Jawab kami kompak."

" Sebutkan alamatnya. Nanti ada tim dari kepolisian yang akan memeriksa." Pak Polisi mencatat alamat yang kami berikan. Tanpa dosa, Pak Polisi memberi instruksi kepada kami untuk segera meninggalkan ruangannya. Pak Polisi yang berkumis tebal, tahi lalat besar diatas bibirnya menghela nafas, mungkin baru kali ada kejadian aneh di desa Kaligondang. Salah satu desa yang aman."

" Pak Kami boleh ikut." Bang Aris begitu semangat, heran biasanya agak cuek.

Sabtu, 12 Januari 2019

HUJAN

Hujan sore deras. Ada kabut tipis yang turun menyelimuti desa Rawakalong. Eza dan Qq sudah mengendarai sepedanya untuk membelah hujan deras. Senyumnya mengembang seperti menemukan dunianya. Jarang sekali menolak hujan lebat. Kedua anak ini sudah terlibat dalam cengkraman hujan yang memukul-mukul tubuh kecilnya. Ada genangan air yang cukup untuk menenggelamkan sebagian roda-rodanya. Justru itulah tantangan sebenarnya. Mengenali hujan sampai hujan deras mampu membuat tubuhnya menciut kedinginan. Bibirnya bergetar baru mereka selesai menuntaskan hajatnya dengan hujan deras.

" Ayah!, Hujannya banyak, ngga berhenti-henti."

" Masih kuat." Tanya Ayah.

" Masih ayah."

Mereka kemudian menyambut kembali hujan deras dengan kekuatan penuh, semakin deras hujannya, maka dapat izin dari ayah semakin besar, daripada 'berperang' dengan gerimis. Negosiasinya akan cukup lama, bahkan adu argumen dengan Eza Qq akan terjadi. Lalu ujungnya, Ayahnya akan diberi label sesuai mereka, ayah 'nakal', ayah 'gitu'. Artinya mungkin ayah ngga asik, atau ngga bisa diajak kerjasama.

Hujan deras memangkas jarak dengan rasa takut untuk melanjutkan petualangan dengan hujan. Semoga menjadi putra-putri penakluk hujan. Yang dapat menggenggam hujan menjadi kepercayaan diri saat kemarau mental diuji. Hujan bagi Qq dan Eza adalah ruh bersepeda, jiwanya sangat terhibur, air pun menjadi hiburan ketika jiwanya mulai bosan. Atau mungkin bosan dengan ayahnya. Semoga tidak seperti itu. Ayah tetap berusaha menjadi teman dan sahabat, meski hujan bagimu adalah sebaik-baik sahabat.

Jumat, 11 Januari 2019

Sepeda

Awal yang baik. Eza mau belajar tentang keberanian, dan kemampuan untuk mengendalikan rasa takut. Eza sedikit ragu untuk mengayuh pertama kalinya tanpa menggunakan roda bantuan. Kedua alisnya naik keatas dan membentuk formasi menguasai diri, setiap Eza berpikir keras untuk melakukan sesuatu hal baru, perubahan pertama adalah Alis terangkat, bola mata agak melebar, bibir terkatup, ada keseriusan tertangkap pada wajahnya.

" Ayah aku masih takut." Kata Eza pelan.
" Kamu bisa nak, seimbangkan badan, santai saja,lihat jalan, dan jangan lupa rem." Kata Ayah. Bagi Ayah dan Eza mereka terbiasa dengan beberapa pijakan ketika melakukan sesuatu.

Sepeda meluncur. Ayah tahu kamu bisa membunuh rasa takut. Meredam keraguan. Dan memeluk keberanian. Sepeda meluncur dengan kecepatan sedang. Permulaan yang baik. Ayah lupa kalau di depan rumah ada saluran air (got) setinggi betis orang dewasa. Dengan kondisi sebagian tertutup oleh rumput liar. Eza sudah berada dalam kondisi khusus, ayah tak ingin mengubah konsentrasi. Tangan kecil kamu belum seimbang, tak mengurangi kecepatan, dan masih kaku, Eza terjerembab dengan posisi jatuh yang tidak berbahaya. Dia gunakan kakinya untuk menginjak rumput. Lalu di keluar got dengan wajah tegang.

Tetes Air Mata

Sebuah cerita tentang ketergesa-gesaan. Sebuah keputusan yang berakibat pada harga iri yang terinjak-injak. Sebuah palu norma kesantunan, hingga berujung pada sebuah tetesan air mata yang begitu deras tak terbendung lagi. Kepribadian cacat tak utuh lagi, hanya kenangan buruk yang sering manjadi hantu, dan mengucapkan terimakasih kepada mulut yang mengatakan tidak pada sebuah rasa serta tentang kebusukan di balik jubah kepribadian.

Sikapku membuatmu tak banyak cakap
Sebuah rona nggak enak ada di mimikmu
Membuatku semakin bersalah
Ada kata-kata yang mengusik relung hatimu

Agustus yang ketus
Ada sikapku yang memelas
Pada rasa palsu yang terbatas
Pada hampa sebuah cemistry

Angkuh, Sok pede pada putusan rasa
Hinggap di daerah jantung
Hinggap pada iman yang lemah
Diriku tak serendah cita-citaku

Novel Frans Maki

BAB 6
Kelereng Besi 
Lanjutan

Sekarang tinggal Frans dan bang Aris yang akan berduel siapa yang akan keluar sebagai pemenang dan siapa yang harus legowo mengakui keunggulan lawan. Kelereng kaca yang berwarna putih milik Frans akan mengadu kekuatan dengan kelereng besi milik bang Aris. Kelereng kaca milik Frans berukuran 1.25 cm, sementara kelereng besi yang bang Aris pegang sekarang sejatinya adalah Gotri besar yang cocok untuk berburu, ukurannya lebih besar sedikit dari kelereng susu milik Frans. Asal usul gundu punya bang Aris juga masih diperdebatkan antara dia buat sendiri, hasil pemberian orang, atau dapat ngulik dari gotri mobil atau motor. Semuanya masih simpang siur.

Duel di mulai. Frans membidik gundu milik bang Aris dengan segenap perasaan. Campur aduk antara cemas kalah dan perasaan untuk menang. Jemari Frans berkeringat hingga membuatnya licin, tembakannya meleset, hanya menyentuh udara di samping gundu milik bang Aris. Seringai bang Aris ditunjukkan.

" Giliranku sekarang Frans, kau lihat bagaimana bermain gundu yang baik." ujar bang Aris bangga. Sambil jongkok. Bang Aris menggunakan teknik sentilan pertama. Tehnik ini cocok bagi pemain pemula, tetapi bang Aris selalu menggunakan teknik ini, dengan jemarinya yang kuat gundu besinya bisa melontarkan dengan kekuatan maksimal. kadang bang Aris berganti teknik, semuanya untuk mengintimidasi kekuatan lawan.

" OK, silahkan." Ujar Frans menenangkan diri. Melihat bang Aris menggunakan teknik sentilan pertama, berarti bang Aris masih menganggapnya sebagai lawan yang remeh. Frans dibuat jengkel oleh bang Aris.

Ternyata meleset. Aro dan Nur berlompat girang. " Mas Frans ayo semangat." Seru Nur. "Kemungkinan selalu ada Mas Frans." Cetus Aro, kali ini sopan sekali dia.Jarang sekali dia menyebut nama kakaknya dengan sebutan "Mas".

Kamis, 10 Januari 2019

Perbedaan

Soal warna kulit, bahasa, cara pandang, paradigma, semua menghasilkan nada-nada yang indah dalam memaknai selera berpikir. Hadiah terbesar seorang manusia adalah diberinya akal sehat untuk mencintai perbedaan. Merawat perbedaan dengan pupuk alami persaudaraan, kebangsaan yang satu, menyiraminya dengan air mata kerinduan, dan mencabutnya dengan rasa damai.

Sebuah frame yang berisi gambar yang indah adalah hasil dari cara berpikir unik. Berbeda dari yang lain. Warna dan corak dalam gambar tersebut juga dihasilkan dari keberagamaan celupan kanvas yang berbeda juga.

Perbedaan adalah rasa. Kuah bakso yang enak juga dari perpaduan bumbu yang beragam jenisnya. Kita adalah produk perbedaan dari dua manusia yang berbeda. Hingga tak jadi soal ketika berbeda dalam satu hal. Tetapi banyak kesamaan dalam berbagai hal.

PERISAI jilid 2

Panik adalah bentuk perisai dari segala bentuk kecemasan. Karena membuat hati-hati setiap langkah dan arah tujuan.

Maka bentuk kepanikan yang terkontrol mampu membuat orang tetap berpikir waras, tak hilang akal, dan tetap mencari solusi.

Perisai adalah pertahanan dari kerapuhan menatap sesuatu yang jumud dan tak mau berkembang. Karena dia akan berjalan dengan kecepatan berlari.

Perisai

Semua orang punya potensi melakukan kesalahan. Skalanya berbeda-beda, pada tiap level kita memperdebatkan dengan nurani untuk berhenti segera, atau kita akan terjebak dalam lumpur kehinaan. Menghina diri sendiri lebih baik agar dapat bersinar di kegelapan. Dari pada menghina orang lain agar meruntuhkan perisai kebaikan yang pernah dilakukannya.

Perisai mampu menidurkan segala kesalahan yang pernah menipu diri hingga terjebak pada menghakimi diri terlalu sadis, hingga secuil perbaikan adalah mustahil dilakukan. Perisai mampu mendaki kebaikan hingga nyaris seperti malaikat. Karena manusia selalu saja berdampingan dengan kebaikan dan keburukan. Maka perisai meleburkan itu semua agar benderang di kemudian hari.

Rabu, 09 Januari 2019

Arah

Kuda perang begitu semangat ketika di pagi buta sang majikan untuk bepergian. Tak pernah menolak, mengeluh, atau bernegosiasi agar tak mengganggu jam istirahatnya. Tak bergeming ketika kuda diberi perlengkapan agar nyaman dinaiki sang majikan sekaligus memberikan kenyamanan bagi sang kuda itu sendiri. Hingga di beri tali kekang sang kuda sudah siap untuk diarahkan kemana saja, tergantung sang joki atau penunggang kuda.

Ketika kuda perang berhenti, sang kuda merasa siap dengan arahan selanjutnya, bersiap untuk maju mengangkangi musuh, atau meringkuk pulang ke kandang. Berhenti mogok tak mau jalan adalah kebingungan kuda ketika menentukan arah. Selalu punya pilihan dalam menentukan arah.

Maju atau mundur juga pilihan arah. Maju menentukan arah bersikap, mundur adalah cara untuk kembali ke arah yang sebenarnya. Maka arah selanjutnya menjadi gerak dinamis yang sering disepelekan.

Harapan

Harapan seperti cermin yang selalu cepat memberikan reaksi kimia yang berdampak pada psikologis seseorang dalam ukuran skala. Skala jumawa, berarti orang tersebut memuji diri di depan cermin dengan cara berlebihan. Menjaga jarak dengan kritik dan nasihat karena bagi keduanya memalukan diri sendiri, tidak mempublikasikan kemampuan langka. Yang berujung pada penghinaan dan meninabobokan kesempatan memperhalus makian.

Cermin memberikan harapan untuk belajar dari mana kita berasal. Untuk apa hidup di dunia, lalu setelah mati adakah kehidupan lain. Pemaknaan harapan adalah dua sisi cermin yang selalu mengandalkan kejujuran dan kedewasaan, agar harapan mampu mengisi otak kita dengan lautan memperbaiki kekurangan, mengurangi yang buruk.

Harapan adalah nafas orang-orang yang senantiasa punya cita-cita hidup mengembara dalam hasrat untuk meraih sesuatu, agar harapan besar itu tetap hidup dalam dimensi yang luas. Harapan mestilah muncul dan membungkam sifat pecundang yang terus menohok kedalam alam bawah sadar, agar muncul ke ruang harapan yang elegan dan normal.

Selasa, 08 Januari 2019

Air

Walau lembut mengalir sesuai dengan objek yang dilaluinya. Melewati sungai-sungai yang dangkal maka air menggericik seperti tiupan suling. Luwes seperti gerakan para penari, gemulai seperti para bangsawan berjalan menuju singgasana. Adakah mahluk yang tidak memerlukan air, sejatinya tak ada yang tidak memerlukan air. Elemen di bumi mutlak membutuhkan air.

Kalkulator manusia tak sanggup menghitung jumlah air hujan yang turun dari langit. Tak sanggup menghitung secara akurat seberapa banyak bumi menghisap air. Lalu berapa juta kubik air yang ada di lautan. Seberapa kuat hempasan air hingga mampu merusak, melahap, melontarkan tanah. Air sangat diperlukan, tapi kalian harus tahu bahwa air adalah mahluk Allah yang paling taat. Tak pernah melanggar perintahnya. Ketika Nabi Musa memukulkan tongkat untuk menjaga jarak dari sang pengaku Tuhan, maka air laut segera patuh membentuk jalan agar Nabi Musa dan para teman setianya mampu berjalan diantara air laut yang terbelah.

Air bentuk yang mudah untuk dikenali. Walaupun pada tempat yang sederhana, ember bekas, pot bunga, ceruk tapak Harimau, genangan air yang telah dirusak habitatnya. Sampai tergenang pada danau buatan. Semuanya membuktikan sifat air yang fleksibel, bijak, luwes, toleran, tapi bisa sangat tegas bila mahluk di bumi meremehkan air. Tunggu saja, air akan berlaku adil seadil-adilnya.

Novel Frans Maki

Bab 6
Kelereng Besi  Lanjutan

Bang Aris membidik kelereng terakhir. Kami tegang, rekor tak terkalahkan selama ini akan di sandang oleh bang Aris. Sambil membidik bang Aris bersiul untuk memojokkan mental Frans. " Belum berakhir Frans sebelum pertandingan selesai." Cetus Tama. Hari dan Tama mengamininya. " Ya benar." Kompak Hari dan Tama.

Kelereng besi anggung meluncur, roda berputar. Takdir berkata lain. Kelereng besi tak di sangka tak di duga menghantam batu kerikil hingga lajunya berganti arah. Kelereng besi milik bang Aris meluncur keluar dari sasaran. Dia bersumpah serapah dengan kata-kata memaki ketidaktepatan bidikannya. Persepsi dirinya mulai goyah. Melihat bang Aris yang kehilangan fokus. Aro adik Frans berkata lantang berwibawa, " kau bisa kalahkan hari ini anak muda."

Senin, 07 Januari 2019

Lelah

Tarik nafas hingga perut membuncit, lalu hembuskan lewat rongga mulut. Tercipta sebuah harmoni yang klimis akan jati diri, kejantanan para pria, wibawa para wanita yang mengasuh anak-anak tanpa bantuan asisten rumah tangga. Lelah adalah bentuk kita manusia sebagai rasa yang normal, terasa diawal dan sejatinya, penyegaran yang lebih dini.

Derap kaki tak pernah lelah ketika tujuan belum tercapai, tujuan adalah kelelahan yang tak pernah menua, semakin tinggi target, maka rasa lelah akan terkristalisasi dalam keringat bercucuran, otot tegang, dan kadang keseleo yang tak berujung. Demam tinggi adalah bentuk lelah dari tubuh yang terus memperbarui ketahanan agar tak mudah dehidrasi.

Dendam adalah bentuk kelelahan hati yang tak cerdas memaknai setiap pertikaian yang selalu terjadi, formasinya selalu sama, setiap kejadian yang menyulitkan hati akan terjawab dendam yang menguras kelelahan, bila selalu saja tak memakai baju baik sangka.

Bila lelah terakumulasi dalam sangka maka akan lahir rasa tanggung jawab, dendam berubah menjadi damai, frustasi berubah menjadi harmonisasi, pada akhirnya lelah adalah bentuk yang sangat normal sebagai manusia biasa.

Lentera pagi

Sejenak mengirim sumpah atas nama kepercayaan dunia. Dimana gerangankah secuil kemesraan yang hadir di pelupuk mata. Mengorbankan segala hiruk pikuk keduniawian dan mengalahkan rasa gentar untuk sombong pada penciptaan ego yang dapat meluluhlantakan sebuah negara.

Peluh jadi daki bila tak rajin menggosok di waktu mandi, perasaan menjadi tumpul bila selalu memandang peristiwa dengan logika yang terbatas. Langkah menjadi tersandung bila mata tertutup oleh candaan yang menghina.

Hanya Lentera yang punya hak preogratif sebagai salah satu penerang dalam gulita. Dapat merobek malam seperti sayatan yang tak bertuan. Bahkan Ronin punya kesempatan untuk mendapat lentera, meski sang majikan telah terbunuh lebih awal.

Lentera semacam Boomerang yang dapat menetralisir kesempatan yang hilang, dapat meluncur kembali. Walaupun gerakan Boomerang tak selogis yang kita pikirkan. Lentera adalah logika terbalik dari peristiwa sehari-hari. Dia tidak hanya bercahaya tapi berharap ketika tak punya kesempatan untuk bercahaya.

Minggu, 06 Januari 2019

Novel Frans Maki

BAB 6
Kelereng Besi 
Lanjutan

Bang Aris tak percaya kalau tembakannya meleset. Kepongahannya sekarang berada di tanganku. Jakunnya terlihat naik turun, kedua bola matanya menyiratkan kecemasan, baru kali ada laju kelereng besi tak berhasil merengkuh keberhasilannya.

Frans mengelap jarinya yang berkeringat. Nasib permainan selanjutnya adalah tinggal menunggu moment. Kalah dan menang adalah hal yang biasa, bila permainannya adil. Sejauh ini, sejarah perkelerengan telah tecoreng oleh permainan bang Aris yang menggunakan kelereng besi sebagai gacoannya.

Sebuah tembakan terakhir akan melanjutkan permainan berikutnya jika Frans berhasil membidik dua kelereng terakhir. Hari, Jidon, Tama, Nur, dan Ara memberi semangat. Konsentrasi dimulai, Frans tak ingin buru-buru menuntaskan permainan, Frans ingin mengaduk-aduk emosi bang Aris seperti yang sering dilakukannya kepada kami. Frans menarik nafas dalam-dalam, tembakan pertama dilesatkan dengan konsentrasi penuh, hasilnya kelereng mampu membidik dengan tepat, satu kelereng menjadi miliknya. Frans kembali fokus, tembakan kedua dilesatkan, hasilnya luar biasa, bidikannya tepat. Bang Aris tak percaya, posisinya terancam. Permainannya mungkin akan berakhir. Sebuah peraturan lama, kalau pemain terakhir dapat membidik kelereng terakhir maka pemain tersebut punya hak untuk "membunuh" lawan terlebih dahulu, bila meleset masih punya kesempatan berkali-kali bila musuhpun tak jitu menembak pemain terakhir. Frans menembak terlebih dahulu, hasilnya nihil, kelerengnya hanya menembus angin, kelereng besi tak bergeming. Bang Aris kembali dengan kepongahannya, walau begitu kenapa Bang Aris diterima ketika bermain, itu rasa khawatir kami mendapat hal-hal buruk darinya.

" Permiananmu akan berakhir Frans." Kata bang Aris.

" Belum tentu." Sewot Frans menjawab."