.jpg)
"Aku tak berani bang, orang macam tuh, biasanya tak kosong, ada isinya," ucap seorang lagi.
"Dasar pengecut, nanti malam, lihat saja siapa yang berkuasa disini, di kandang ayam."
Umar lewat didepan mereka. Tawa dan canda sebentar hening. Jam kerja tinggal sepuluh menit lagi. Umar sudah membawa cangkul dan pakan ayam.
Mereka kembali bekerja di kandang ternak ayam sampai senja. Mereka kembali ke bilik setelah bersih-bersih. Makan kenyang. Hujan turun setelah mereka mengunci dan meringkuk hangat dalam selimut usang turun temurun. Pada bagian biliknya terselip foto-foto keluarga mereka yang ditinggalnya di pulau jawa. Lelap segera menyergap pada mereka. Sementara Umar masih menulis surat yang ia akan kirimkankan ke Jawa.
Langkah tertib dibawah derasnya hujan. Seseorang hati-hati mendorong gerobak. Sarung ninja menyelimuti wajahnya. Nafasnya panas teratur. Sampai pada kandang besar. Ia berhenti dan masuk mengamati sejenak situasi. Merasa aman, ia mengambil telur-telur yang sudah dikemas siap diangkut ke dalam truk esok harinya.
Satu persatu dimasukan ke dalam gerobak. di rasa cukup, ia keluar dan mendorong gerobak nyaris tanpa suara.
Umar sudah tertidur pulas meninggalkan kertas surat yang sudah ditulis penuh dua halaman. Tulisannya miring ke kanan. Dengkurannya membuat si maling adalah jaminan bahwa dirinya mudah melakukan banyak hal.
"Siapa yang berani mencuri telur-telur dari kandang tadi malam!, sampai sore harus ketemu orangnya. Umar, kau urus ini, Hari ini saya mau ke kota."
Umar mengumpulkan semua karyawan di depan kandang. Mulai mengintograsi satu-satu.
0 Comments:
Posting Komentar