Kamis, 30 November 2017

Penegak Hukum

Mahasiswi yang tak pernah ku lupakan ternyata namanya Dewi. Senior gelarnya. Sudah beberapa pertemuan dengan Dosen Filsafat Hukum, gayanya sungguh perlente. Tapi agak pendiam, sesekali beradu argumen dengan Dosen Filasafat Hukum, lugas kata-katanya. Seperti membayar tagihan telelphone dengan cara berhutang. Hari ini dia berkaca mata. Celana Army longgar tak pernah lekang dari kesehariannya. Sudah beberapa kali di beri Surat Peringatan agar tak memakai celana Army ke kampus, tetapi selalu melanggar. Fasih sekali bicara hukum, dia sendiri yang menebas sampai geleng-geleng kepala.

Selesai kuliah, aku langsung mengambil waktu kerja. Sebagai penjaga Wartel disiplin adalah salah satu bukti kesungguhan. Ada yang aneh dari Pimpi mahasisiwi junior, yang bekerja di wartel Mawar tempat ku bekeja, selain sebagai rekan kerja, Pimpi juga adik kelas. Baru semester 4.

" Kau kenepa pi."
" Ada yang ngutang lagi kak?"
" Siapa, tidak perlu menangis."
" Yang kakak ceritakan tadi malam."
" Dewi, anak hukum yang nggak lulus-lulus itu."
" Iya kak."
" Nanti malam kita berdua ke kosannya dia, seberapa tangguhnya dia."
" Berdua kak."
" Iya berdua, kau keberatan."
" Nggak. Jam berapa kak, pimpi ada presentasi besok"
" Jam delapan, kakak jemput ya. Pakai sepeda "pendiam"

Pimpi pulang wajahnya cerah. Dia mengaku sebagai outlander. Orang asing di negeri sendiri. Kedua matanya sipit. Giginya rata dan putih. Kutu buku soal sejarah.

Kami berdua menyusuri jalanan. Tampak sepi, karena gerimis turun sisa dari hujan lebat tadi. aku agak ragu, tapi sikap ksatria di hadapan pimpi menjadi penyemangat. Sepanjang jalan menuju kosan Dewi, di temani dengan pohon sedap malam yang banyak tumbuh tanpa kenal musim. Setelah beberapa kali bertanya akhirnya kami menemukan kosan yang kami tuju.

Kami kaget, setelah melewati gang buntu. Aku dan Pimpi berjalan beriringan sampai di depan kosannya, kami berdua tercengang. Tenggorakan kering seperti baru berjalan di tengah terik matahari. Di depan kami tumpukan barang bekas yang bisa di daur ulang. Dewi masih fokus membersihkan sisa-sisa kotoran yang menempel pada botol plastik dan yang sejenisnya.

Wajah kami beradu, kedua mata kami saling menatap. Wajah Dewi santai, tak syok, rupanya dia sudah sering kepergok oleh temannya ketika sedang mulung, atau membawa barang bekas ke pengepul. Dia berdiri dan melepaskan sarung tangan. "

" Ada apa kalian ke sini. Saya tak punya uang untuk kalian tagih."

Rabu, 29 November 2017

Super Hero

Pagi buta membawa harapan
Sepeda Jengky menemani pergi ke sawah
Bermodalkan Sabit dan karung beras bekas tahun lalu
Senyum mengembang, ada getaran tegar disana

Tangan kanan ia simpan dibalik kemeja panjang. Kenapa kemeja panjang, karena kemeja panjang selalu merawat dari serangga yang menempel pada batang padi
Bukan itu yang ku maksud, tangan kanan cidera, ia tak ingin kehilangan kepercayaan diri di hadapan anak, anak lelakinya
Ayah, aku ingin menggantikan peran, tetapi tenaga belum sekuat mu ayah, tetapi aku tak ingin kehilangan Super Hero. Kehilangan senyum ayah yang menegarkan, menyenangkan, menguatkan, sekaligus melindungi tanpa harus berpidato, berceramah panjang lebar

Selepas maghrib, sepeda jengkinya dituntun sampai halaman rumah
Berjalannya khas, hanya ayah yang punya cara berjalan seperti itu, membentuk irama satu...dua...
Di boncengannya, sekarung padi basah menjadi pelipur kelelahan, lalu senyum penuh kemenangan dihadapan tanggung jawab
Esok hari padi basah akan melewati masa panjang, dijemur di bawah terik matahari berkali-kali sampai mengering, bukan dengan pengering rambut

Terimakasih Ayah
Tak pernah lelah berkarya
Hingga senyum mengembang
Kau Super Hero...Super dan Hero

Belajar Dari Anak 3

" Ayah pengin minum susu (puting susu)" Qq yang berusia 2 tahun lebih delapan bulan bertanya.

" Ayah tidak punya minum susu (puting susu). Jawabku logis

" Emang kenapa"

" Karena ayah laki-laki"

" Kalau bunda."

" Kalau bunda perempuan, punya qq."

" Kalau Eza."

" Eza tidak punya karena laki-laki."

" Kalau QQ."

" Kalau QQ sudah besar nanti akan punya minum susu (puting susu),

" Kalau pintu."

" Pintu tidak punya karena benda mati."

" Oh."

Anak usia 2.8 bulan yang sudah bertanya cukup kritis, merupakan aset yang luar biasa. Walaupun kadang-kadang bisa menjadi bumerang bila pertanyaan yang tidak memuaskan keingin tahuan.

Sebagai ayah, aku belajar banyak dari tiap perkembangan. Salah satu kenapa belum memakai jasa Khadimah (orang yang membantu dirumah=Partner) adalah aku sebagai ayah, berusaha memperhatikan perkembangan dari tiap kejadian.

terimakasih anakku Eza QQ

Minggu, 26 November 2017

Belajar Dari Anak

Sepekan sekali sudah menjadi rutinitas disela waktu yang sibuk, kami selalu menyempatkan untuk berkunjung ke rumah nenek dan kakek di daerah Bintaro. Perjalanan tidak selalu nyaman, kadang beberapa kali motor kempes atau bocor, tapi kami pikir sudah waktunya untuk berbagi rezeki dengan bengkel. Kami memiliki paradigma bahwa segala sesuatu memang sudah ada titian takdirnya, hingga situasi sepelik apapun InsyaAllah kami memposisikan sebagai bentuk peningkatan level.


Kejadian sederhana mungkin adalah bahan untuk belajar, belajar agar tidak sombong dalam memahami sesuatu dari balik kacamata yang dangkal.

Seperti memahami dunia anak yang penuh dengan pembelajaran seumur hidup, sebagaima petuah mengajarkan agar menuntut ilmu dari kandungan (bayi-memperoleh pengetahuan dari ibunya) sampai maut memutus hubungan di dunia, siap menghadapi kehidupan lain (alam barzah).

Perihal lucu yang diperlihatkan oleh anak kita, sejatinya adalah ilmu yang tersebar agar wajib diambil agar tidak berserakan, seperti rumah yang berantakan karena ada anak-anak (anak jadi kambing hitam).

" Eza main yuk kedepan muter-muter." Alia keponakan dari istri mengajak bermain.

" Muter-muter nanti pusing." Jawab Eza logika.

Kami yang mendengar jawaban Eza senyum sendiri, kerena jawaban tidak sepenuhnya salah. Mungkin jawabannya logika banget, Kalau sesuatu gerakan yang terus menerus dilakukan seperti "Muter-muter" adalah hal yang memusingkang kepala.

" Maksud Alia Jalan-Jalan di Apartemen."

" Oh itu, baiklah." Jawab Eza.

Sabtu, 25 November 2017

Pahlawan Berjasa

Seperti pagi ini
Langkah kakinya terdengar khas
Dengan irama terlatih berpuluh tahun
Lalu masuk ucapkan salam, tanda penghormatan

Wajah santun penuh kebijakan
Pakaian yang terlalu licin untuk ukuran guru besar
Tangan penuh doa kebajikan
Keluar petuah-petuah bermakna

Jalan terlalu lama untuk dipikirkan
Periuk nasi tak pernah jadi kendala
Mentari tak berhenti bersinar
Tak Mengalihkan setiap gerak petuah mulia
Terimakasih guru, pelita yang takkan pernah redup

Jumat, 24 November 2017

Belajari Dari Anak

" Semua Hewan bertelurkan Ayah?"

" Tidak semua hewan bertelur, beberapa hewan memang berkembang biak dengan bertelur tetapi juga sebagian melahirkan."

" Kalau bebek."

" Bebek bertelur ayah."

" Coba sebutkan hewan apa saja yang bertelur ayah."

"Emm, Bebek, Ayam betina, Cicak, Buaya ada juga ular."

" Kalau sapi ayah."

" Sapi melahirkan."
Percakapan diatas spontan saja, mengalir tanpa ada yang memulai. Mungkin percakapan dengan bundanya sebelum aku pulang mengajar. Cara berpikir sudah sangat logika dan memeliki tingkat kekritisan yang dimiliki oleh anak berusia 5 tahun.

Perkembangan ini membuatku terkesan. Misalnya ketika Eza pulang dari bermain dengan adikynya, keluar rumah untuk mengekspresikan apa yang menjadi menarik.

" Ayah aku sudah selesai bermain, aku pulang ayah."

" QQ mana."

" Masih diluar."
Ketika hujan lebat, aku mengizinkan mereka berdua untuk bermain hujan. Dulu sewaktu kecil juga melakukan hal yang sama, bermain hujan sampai badan menggigil. Bibir biru dan jari-jari tangan keriput. Kebebasan ketika bermain hujan merupakan kebebasan yang mengandung keindahan.



Kamis, 23 November 2017

Naruto Vs Wiro Sableng

Bagian 3

" Seharusnya kau tak melakukan itu, pertarungan yang membahayakan sebuah kekuatan raksasa, kau tahu...para pendekar di tanah Jawa bukan omong kosong, mereka para petarung yang tidak kenal menyerah sepertimu. Bahkan para kumpeni yang ku dengar "mengepung" mereka selama "350" tahun, lari terbirit-birit ketika berhadapan dengan badik, clurit, pedang, golok, ataupun tombak. Naruto, tidak semua yang kau lakukan akan berakibat bagi baik bagi Konoha, beberapa mungkin akan menimbulkan perang dunia ke tiga, atau ke empat. Ingat Naruto Negeri Damai yang kau cita-citakan. Rasenggan yang kau banggakan dapat ditahan oleh Kapak Naga Geni, itu berarti Kalian sama-sama kuat."

Naruto terbaring lemah di rumah sakit. Setelah beberapa tulang disembuhkan oleh Sakura. Burung Gereja hinggap di daun jendela, Naruto menitikkan air mata, dadanya sesak.

" Guru Kakashi, apa yang kulakukan sudah benar."

" Aku tidak punya jawaban, kau sendiri yang punya jawaban, satu hal yang perlu kau buktikan adalah, seberapa besar cintamu pada kedamaian sehingga kau mampu memiliki kekuatan untuk menghargai perbedaan dan mencintai persamaan."

Kakashi berjalan pelan membuka pintu rumah sakit, bayangan guru Jiraiya memenuhi pelupuk mata Naruto.

" Kau mau kemana guru."

" Aku ingin pergi mengunjungi makam Obito, ada hal yang ingin kukatakan, akhir-akhir ini jurus teleportasiku sering tak akurat."

" Jadi pertarunganku dengan pendekar berbaju putih itu salah satu ketidakakuratan jurus teleportasi guru, aku ingin sekali lagi pergi ke Tanah Jawa, tapi tidak dengan jurus teleportasi guru, aku ingin berjalan, berlari, berkuda, menaiki kapal, atau naik balon udara. Asal tidak dengan jurus menembus waktu milik guru."

Selasa, 21 November 2017

Jeger

BAB 1
Guru Piket

Aku wis nggantung cekelan wesi sing ana nang pinggir lawang bis Dony Jaya, rasane pegel banget. Otote kaya de ciwita tang. Neng ati wis sekang desa merden dongane ora ketinggalan. Telung menit maning biyunge nyong olih kabar sekang sekolahan MAN, sing jenenge Jon tiba sekang bis. Angen-angen kaya kuwe dadi nggo cekelan ben ora tiba sekang bis. Batir-batir sekang desa Rembang wis sesek-sesekan kawit esuk.

Alhamdulillah, Neng bancar sekiye Pasar Badhog Center, murid-murid sekang SMA Muhammadiyah alun-alun Purbalinga pada medun. Tangane nyong dadi istirahat semending, otote kendor sedela.

Soal tangan pegel ora karuan wis ilang, ana masalah sing gede, lima menit maning aku arep ngadepi guru piket dina senin. Guru piker dina senin wis tek bayangna guru piket sing paling di wedeni neng sekolah MAN IDOLAKU Kedung Menjangan. Jenengane Pak Taro, guru Kimia sing duwe kebiasaan ngukum murid sing telat karo ora bisa pelajaran Kimia.

Minggu, 19 November 2017

Novel Radio Mini

Setiap sabtu malam anak-anak muda duduk-duduk di piggir jalan bersama teman-teman untuk bersenda gurau, atau yang lebih bermanfaat biasanya menanyakan NDAUT (membersihkan sawan dari tanaman liar). Sebenarnya suasanya cukup sunyi cenderung menyeramkan, tapi hanya dengan cara seperti itu anak-anak muda selalu "waras" dalam menghadapi situasi buruk atau menghimpit ubun-ubun manakala pekerjaan tak kunjung ada.

Woro-woro dari kota dengan cara berkeliling menggunakan mobil pick up menyebarkan pamflet masih menunggu cemas. hiburan layar tancap menjadi barang mahal, ini seperti hajatan besar seorang lurah atau orang terpandang.

Salim tinggal di desa Kaligondang, dibawah kecamatan Purbalingga. Sebuah kota yang sangat dicintai Salim. Udara yang segar, pohon-pohon menjadi payung teduh, dan alam yang menyenangkan.

Selesai makan bakso, Salim, Kak Tiwi, dan adiknya Wara, menghabiskan sisa malamnya mendengarkan wayang kulit dari radio mini hadiah dari ayahnya yang bekerja di Tanjung Pinang Riau.

Hiburan mata berupa menontot TV adalah hal yang istimewa bagi kami, sngat jarang nonton hiburan anak, melihat langsung gambar-gambar bergerak indah. TVRI adalah teman setia kami, melihat Ketoprak, Album Minggu Kita, Gareng, Petruk, Semar dan Bagong beraksi dengan bedak tebal putih menutupi wajah.

Bila libur telah tiba, biasanya Film kartun yang membuat dada kami berdebar-debar. Tak ada suara berisik dan komentar menyebalkan, karena kami memang jarang melihat film kartun dari Disney.

Kegiatan di Pagi hari terutama hari libur sangat menyenangkan, mencari ikan di sungai-sungai kecil pinggir sawah, berburu burung puyuh untuk di jadikan lauk makan siang, atau sekedar mengumpulkan mainan dari biji-biji yang jatuh dari pohon Mahoni.

Seperti pagi ini, hari minggu sangat di tunggu. kabar bahwa TV tetangga yang biasanya menjadi tempat "nongkrong" sedang mengisi Aki agar TV tetap hidur. sungguh kabar yang buruk. terpaksa kami memutar otak bersama teman-teman untuk mencari permainan yang lain.

Setelah diskusi yang alot akhirnya kami memutuskan untuk berpetualangan mencari bayi-bayi Jangkrik atau bila sedang beruntung Jangkrik Sungu, Jaliteng, atau Jlabang bisa kami dapatkan.

" Lim jam berapa kita kumpul"

" Jam Tujuh kumpul dan langsung berangkat, jangan lupa membawa peralatan berburu itu penting."

" Adik kau ikut lim?"

" Lagi sakit."

" Aku tunggu kalian dua puluh menit dari sekarang."

Sabtu, 18 November 2017

Gempar 6

" Kau harus perbaiki sikap kamu Gem?"
" Contohnya"
" Bersikap baiklah dengan hewan peliharaan kakek, kau tahu kejadian kamu memberikan balsem pada kuda kakek, sekarang kuda kakek ngambek ngga mau keluar"
" Bukannya seru kek"
" Dzolim namamnya gempar"
" Dzolim bukannya tukang tahu gejrot yang jarang mandi itu."
" Bukan Gempar, dzolim itu bisa diartikan memberikan perlakuan tidak adil."
" Adil bukannya minuman hangat yang nikmat."
" Itu candil gempar!, yuk kita sholat maghrib berjamaa, ingat malam ini kamu jaga sikap."
" OK."

Minggu, 05 November 2017

Novel Radio Mini

Sepanjang jalan Pelita masih terdengar suara musik yang enak didengar. Suara Andre Stinky terdengar merdu dalam versi yang lain, anak muda berkumpul di depan rumah sambil memainkan gitar menyanyikan lagu mungkinkah dengan sangat menjiwai.

Kami bersama kakak perempuan ingin menikmati bakso ujung jalan, tak lupa adik tergenggam erat berjalan disisi yang lain. Adikku terlihat tegang, baru kali melintasi jalan di kampung malam hari.

"Mau kemana kak Tiwi".