Disisi lain sekolah bukan tempat loundry yang akan mengubah seluruh potensial mereka, lalu mengubur semua jiwa tak lurus dalam satu wadah "anak-anak sempurna", mungkin sempurna adalah kata yang paling 'menjijikan' bagi mereka yang tak sempurna. Karena sempurna tak patut tersemat pada diri kita manusia. Kita terlalu banyak melihat hal-hal yang serba sempurna, padahal banyak yang sempurna tapi tak sempurna.
Sekolah sejati bukan ancaman yang meneror segala keterbatasan pada diri anak, Ia bisa menjadi kawan yang menyenangkan. Seperti mendengar cerita. Cerita itu tidak mengancam pikiran, ia bisa kita nikmati dalam bentuk apapun. Dan cerita yang baik adalah cerita yang mampu memikat pikiran. Pencerita yang cukup baika (good enough), selayaknya menempel pada diri seorang guru, agar api tekad seorang guru dapat menyala dan bisa menularkan tekadnya.
Kita sering menghidangkan segala jenis makanan dalam urutan Tata Boga yang 'menjengkelkan", tapi kenapa terlewat dalam menumbuhkan kembangkan anak pada level yang proporsional. Mungkin kita perlu jurus maut untuk menghadapi anak-anak yang bukan zaman kita lagi.
Kehangatan komunikasi, cinta yang tulus, dan motivasi yang abadi bisa memutus mata rantai keheningan, kekosongan, dan kebingungan. Yang sempat mereka jejaki dalam masa-masa tertentu. Hingga mengendap berlarat-larat dalam dimensi yang tidak sempat kita sentuh dan dekap. Lalu menjauhkan mereka dari kerapuhan dan segala turunannya.
Mari kita rengkuh jiwa mereka dengan tatapan yang meyakinkan. Melampaui fungsi algoritma yang membumbung dan rumit.
Ini goresan pena yang mencoba melihat dunia anak dari sudut pandang yang lebih berimbang.
0 Comments:
Posting Komentar