Jumat, 22 Oktober 2021

Kata Nenek

Bandusan Mabur membuat jalan-jalan sore agak terganggu. Mau kesawah saja kedua kaki rasanya sebel, tak ada teman dan tak yang bisa membungkam aura seperti batman tanpa Robin. Menit yang kami miliki sangat berharga, untuk kemudian menjadi masa-masa yang sulit untuk kami hadapi pada masa-masa sulit.

Dengusan nenek juga mempunyai arti yang memungkinkan bisa berpikir macam-macam. Bandusan mabur adalah caranya mengarahkan kami pada kenakalan-kenakalan yang tidak bisa ditunda.

Senin, 18 Oktober 2021

Pembacaan dekat dan lain-lain

Aku membaca banyak novel dari yang populer atau pun yang digolongkan pada sastra. Dan aku tidak bermaksud untuk membedakan keduanya, atau merendahkan satu sama lain. Karena pada dasarnya dua-duanya bisa dibilang sebuah karya. Mungkin ada yang bisa menulis kedua-duanya, dan memang ada. Hanya saja yang membedakan adalah soal tema, gaya penulisan, dan seterusnya. Bagaimana sebuah cerita dipresentasikan menjadi sebuah cerita apa, itu juga jadi soal. Apakah hanya mendeskripsikan kalimat yang terus saja sama sampai akhir cerita, atau akan membuat kalimat yang menarik isi kepala dan bisa diskusikan sampai ke tempat yang menakjubkan.

Satu waktu aku kecolongan karena mengungkapkan isi pikiran dengan menyebut sebuah nama yang membuat mereka 'berang' atau hanya kekhawatiran semata, jika itu aku maklumi. Tetapi jika tidak, ada hal sembrono yang mereka tampilkan dengan cara pikir pendek dan tak coba bertanya tentang alasan-alasan. Sebut saja mengapa anda membaca buku tersebut,hal itu akan membuat pengakuan yang bersumber pada kenyamanan pikiran, bukan pada ketertekanan. Karena banyak alasan kenapa seseorang membaca buku-buku "sensitif" bukan tangkas untuk memberikan stigma atau apalah yang menyumbat kebebasan berkreasi.

Cara membacaku sepertinya "diaminkan" oleh Cah Mahfud Ikhwan, ketika melihat tayanganya di sebuh youtobe (https://www.youtube.com/watch?v=D7ue8VhLoqs 20:22), menurutnya cara ini tidak mengalami rasa sakit yang mendalam. Dengan alasan ia langsung membaca karya sastra ketika ia kuliah. Ini menjadi semacam obat untukku, bahwa apa yang kulakukan tidak terlalu buruk dalam tahap pembacaan. Itu yang bisa kusimpulkan untuk saat ini.

Soal membaca adalah soal pendalaman akan kreatifitas seseorang. Lagi-lagi prosesnya tergantung pada cara ia berangkatnya. Apakah hanya ingin mengetahui cara berpikir penulis itu, atau hanya ingin melihat teknik atau cara menulisnya. Lebih-lebih bisa mendalami gaya kepenulisan. Menurutku itu sah-sah saja, seorang penulis yang membaca karya orang lain berarti sudah menjalankan sebuah tradisi sebuah etika. Menurut A.S Laksana, kalau karya Anda ingin dibaca orang lain maka Anda juga harus membaca karya lain yang bukan milik anda, kurang lebih seperti itu.

Satu hal yang menggelisahkan sekarang, kalau belum tahu duduk permasalahannya, hendaknya menahan diri. Membaca karya orang bukan berarti ikut larut dalam pimikirannya. Tetapi bisa jadi ada maksud-maksud lain di balik pembacaan dekatnya itu. Ada hal lain, yang mungkin tidak bisa diceritakan secara gamblang pada saat yang bersamaan.