Murid yang dingatkan itu tampak panik dan langsung mencari penghapus yang tersimpan dalam kotak kecil kesayangannya. Bulir-bulir keringat seketika muncul dari balik hidungnya yang mungil. Sesaat kemudian ia sibuk membetulkan dan mewarnai sepelan siput. Ia mungkin bisa dikalahkan dengan larinya siput, jika ingin diadu.
"Kamu lagi, sudah Bu Guru bilang, jangan keluar garis, cepat hapus?" kata guru itu kembali. Nadanya agak tinggi dibanding sebelumnya. Rahangnya tampak mengeras. Kedua matanya agak menyipit. Ia membunyikan buku-buku jarinya.
Murid yang diingatkan itu tampak meleleh seperti eskrim tersengat setrika. Matanya tersudut seperti pencuri yang terpojok tak menemukan jalan keluar. Tangan kecilnya mulai menggores-goreskan pensil warnanya.
Guru itu mungkin perlu meletakan JUBAH KEBESARANNYA pada hal-hal yang remeh-temeh. Pelajaran SENI yang dianggap menyenangkan oleh anak-anak mungil itu mungkin berubah menjadi monster jahat.
Masalah keluar garis saja menjadi hal penting mengalah kontras atau cara mewarnai. Seni menjadi kaku dan tak toleran.
Ia lupa bahwa Seni menggambar adalah cara menikmati keindahan. Tak perlu benteng-benteng kokoh, seperti keluar garis, gunung harus lancip, matahari harus tersenyum, dan seterunya. Seni adalah keindahan yang dengannya mampu menciptakan daya pikir serta daya kritis dalam menampilkan keindahan itu sendiri.
Jubah kebesaran yang dimiliki oleh guru itu mungkin perlu dilepas sejenak dan digantungkan pada cantolan. Mencoba mengubah tentang pola seni yang dapat dinikmati dengan cara lebih luwes tanpa meninggalkan kepengrajinan itu.
Seni yang seharusnya menjadi jembatan kebebasan untuk mengekspresikan sesuatu pada lembaran kertas misalnya, menjadi pengikis kepercayaan dirinya dalam waktu yang singkat. Si anak mungkin saja tampak biasa-biasa saja, untuk saat ini. Apakah saat dewasa nanti, ia akan baik-baik saja?, tentu saja kita berharap mereka dalam keadaan baik-baik saja.
Sekali lagi bahwa seni adalah cara berpikir, menafsirkan sesuatu, dan menghargai sesuatu. Untuk mengubah orang lain, mungkin kita sendiri yang perlu mengubah pola-pola pikir kita.
0 Comments:
Posting Komentar