Tampilkan postingan dengan label filosofi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label filosofi. Tampilkan semua postingan

Senin, 01 September 2025

Orang-Orang Atas

Sekembalinya dari pertarungan. We, menemukan dirinya dalam keadaan diam tak bergerak. Tetapi ia bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh orang-orang atas, sangat lantang suaranya tetapi tidak memekakakkan telinga. Kain yang membekukan dirinya terasa lebih hangat, setelah beberapa jam lalu ia masih diliputi oleh kesakitan. Darah merembes dari tulang patah. Sejumlah karet keras yang telah dilapisi oleh teknologi canggih, juga sebongkah mesin dan sebentuk perlangkapan pilih tanding telah mengirimkannya kedalam tanah. Saat untuk terakhir kalinya matanya menatap seonggok pesanan yang belum sempat diantarkan. Semuanya berjalan begitu cepat, secepat dulu ia berlari mengindari kejaran mandor tebu yang kehilangan beberapa bilah tebu berkualitas ajib. Tanpa sempat berpamit pada orang-orang terdekat, rupanya seri kehidupannya telah tamat, seperti dalam 'gambaran' sewaktu ia kecil, lengkap dengan ceriat sampai 36 cerita. Orang-orang atas meneriakinya agar ia tetap kuat, tubuhhnya terasa lebih ringan. Ia tak mengira kalau orang-orang atas begitu mencintainya, kupikir mereka hanya memperdulikan diri mereka sendiri, tanpa mau untuk berterus terang."Nak bangun!" begitu teriak seorang Ibu yang kemarin tengah memperlihatkan aksinya dengan gagang sapu berbobot lima ratus gram. Citra Ibu tengah meledak ditingkahi hujan yang semakin sering. Membuat perih luka-luka lecet karena desakan yang tak lagi stabil.

Tubuhku terasa makin ringan ketika sekelompok pemuda yang kuyakini sebagai orang-orang atas tengah menggotongku dengan cekatan dan tenaganya kuat sekali. Aku saja hampir tak pernah membawa beban, kecuali beberapa kilo saja untuk mempertahankan masa otot agar tak menggelambir nanti di usia senja. Kata seorang petarung manusia bumi tak mengalami prima untuk yang kedua kalinya. Setelah itu tinggal masa senja yang tampak melelahkan untuk dijalani. Semuanya perlu dijalani sebagai manusia seutuhnya, orang-orang atas yang sibuk untuk dirinya sendiri (minimal), kini mereka bersatu pada untuk menggunakan logikanya menaruh sebongkah impian untuk negera tercintanya.

Aku tak bisa lagi mememdam luka. Rasa sakit yang kuderita semakin lama semakin mengendur. Pandangan yang semakin gelap seiring nafasku yang terakhir. Setalah pandangan terakhir, pandangan lain muncul, warnanya lebih terang, makin hangat, dan ada banyak pemandangan yang membuatku betah. Meski orang-orang atas mulai menerikku agar lebih lama bertahan dalam luka. Aku tidak memerdulikan teriakan mereka. Aku sudah mantap di sini, melihat dari dekat apa yang pernah diimpikan oleh orang-orang atas, dan diceritakan sangat sering oleh para pemuka agama.

Aku tak lagi bisa menjawab omongan kedua orangtuaku yang sedari tadi terus melelehkan air mata lewat kedua matanya. Ibu tak berbicara setelah tandu itu membuatku lebih gembira. Mungkin telah habis air matanya. Sementara ayah, aku ingin memeluknya tetapi aku sudah berjanji agar tak kembali, pada pemilik-Nya akau sudah melihat yang dijanjikan. Dan ayah kelihatan sangat terpukul, sekali lagi aku ingin memeluknya, tetapi keindahan itu telah menawanku hingga langkahku terus maju.

Pada detik-detik terakhir orang-orang atas bergerombol mengantarkanku pada tempat terakhir. Dimana mereka tak ingin ikut masuk kedalam meski mereka kenal dan dekat denganku, itu tidak mengapa. Mereka masih perlu meneruskan misinya, sementara misi telah selesai dan aku sudah mendapatkan apa yang ingin dilihat oleh mereka. Satu persatu orang-orang atas mulai meninggalkan. Aku takut setelah mereka pergi, dan orang terakhir pun telah pergi datang sesosok yang sering diceritakan oleh guru ngaji sebagai mahluk galak lagi bengis. Yang kutakutkan tidaklah terjadi aku justru bisa mengobrol dengan mereka sambil sesekali melihat sungai-sungai yang lagi menawaan. Belum pernah aku melihat pemandangan seperti ini. Kuharap ini surga pembuka sebelum kehidupan surga setelahnya. Sampai detik ini orang-orang atas tak pernah lagi menoleh kebelakang, bahkan salah satu dari orang-orang atas bisa kembali tertawa dan makan dengan lahap, siap untuk menapaki kehidupan berikutnya.

Kamis, 31 Juli 2025

Imajinasi Penderitaan

  • Penderitaan kadang bermula dari imajinasi yang berlebihan. Penderitaan yang dimaksud disini adalah penderitaan hasil dari pikiran liar yang sulit dikendalikan. Ia bisa membayangkan segala jenis penindasan yang belum jadi kenyataan yang membuatnya selalu dalam keadaan cemas. Padahal kecemasan itu datang dirinya sendiri, tanpa pernah belajar berprasangka baik pada orang lain. mungkin niatnya baik, cuma caranya saja yang kurang tepat.

Minggu, 20 Juli 2025

Perjalanan Ini Terasa...

Sangat menyejukkan ketika bersama orang-orang yang mendukung apa-apa yang kita lakukan, tahu betul kapan untuk menegur, kapan untuk tidak setuju, sejatinya kita masih ada di  persimpangan jalan, hanya untuk menakar dan mengukur seberapa jauh sebuah keyakinan untuk setia, pada komitmen yang telah terikat jauh sebelum keberadaan kebersamaan. Ketika orang terdekat sudah memberikan sinyal resmi untuk melambai pada setiap perjuangan, meski mereka tahu, kita sering terjatuh pada tiap kebangkitan.

Sangat memilukan bila orang terdekat, tak mau tahu apa yang menjadi kebutuhan dan kesulitan, mungkin menggendong anak saja menggerutu, bahkan ikut menyalahkan situasi yang tidak sesuai dengan pikiran sendiri, karena trauma masa lalu. Sang ayah sudah mendeklarasikan untuk menyimpan kepedihan masa lalu dan itu diturunkan secara kasat mata pada keluarga yang ia bina dengan sajadah cinta. Mestinya tak perlu sang istri meminta pertolongan pada suami ketika anaknya butuh gendongan, tetapi ini kisah yang tak perlu dilirik, manakala ini membutuhkan penyesuaian yang merilis setiap energi negatif. katakanlah seperti itu.

Sangat menyenangkan bila keduanya mengayun sama-sama dayung yang mereka buat sendiri dari bahan kejujuran dan kesetiaan, cinta yang tumbuh seiring waktu, yang didasari oleh kemampuan saling mengisi satu sama lain. Wilayah itu seringkali bertumbuk pada seberapa besar ikhtiar yang dilakukan. Sejuta 'masalah' pada sisi lain ada sejuta 'solusi', keduanya hanya terbentang pada luruskan niat dan sempurnakan ikhtiar. 

Kamis, 26 Juni 2025

Satu Masalah Dua Solusi

Ketika Tuhan menurunkan masalah sebagai bekal untuk membentuk kepribadian, disana ada paket solusi. Hal ini sering luput tuk jadi perhatian. Tuhan tak pernah memberikan sesuatu tanpa sesuatu yang lain, ini membuktikan kalau Allah punya caranya sendiri untuk mendidik hambanya sampai pada tahap-tak lagi memedulikan untuk menggerut kepada Allah. Maka masalah itu hadir sebagai jalan didik agar hamba melangkah lebih ringan lebih kuat untuk melerai semua jenis episode kehidupan. Allah tidak menurunkan masalah tanpa ada obat penyelesainnya. Satu masalah akan diselesaikan dengan dua solusi sekaligus.

wilayah antara masalah dengan solusi, disebut dengan Ihtiar (usaha), usaha ini yang akan dinilai oleh Allah sebagai argo yang akan terus berjalan. Orang ramai dengan deep learning, Allah sudah mengenalkan sejak dari Nabi Adam, untuk itulah keberadaan ihtiar menjadi wilayah yang akan terus dialumulasikan pahalanya, jiak ikhlas ada keberkahan yang tak terhingga. Allah sendirilah yang akan menentukan timbangan. Manusia berada dalam kondisi: Luruskan Niat dan Sempurnakan ihtiar.

Kamis, 15 Mei 2025

Menunggu Itu Indah Jika...

Setiap hembusan bernilai karena ia berasal dari kejernihan menganggap sesuatu memang sudah ada jalannya. Tidak berlepas tangan lalu bertekuk lutut di bawah pedang-pedang kemalasan bertumpuk-tumpuk. Ia menjadi kerat pembersih dosa-dosa berkerak yang memerlukan peluntur dari jenis tertentu, sebutlah kafarat. Yang dimaksudkan untuk mencuci sebersih-bersihnya kotoran, suatu saat nantinya.

Menjadi perhatian yang tidak berkala, jika yang keluar adalah penilaian seimbang antara penantian yang jelas, dan bisa melepaskan dari yang samar. Layaknya pedati yang berjalan untuk bertemu para pembeli, dan tersenyum lebar manakala barang-barang pesanannya utuh tak tergores sedikitpun.

Lebih sedapnya, perpaduan antara membaui kauh mi yang dimasak seorang ayah di rumah setelah pulang kantor, anak-anaknya menunggu gemas, tak sabar merasakan menu dari tangan 'panas' seorang ayah. Istrinya senyum-senyum sendiri sambil meninabobokan putranya yang ke empat. Mungkin menyadari kalau soal masak, suaminya boleh juga.

OBAT RETAK

Menjadi pengobat retak suatu hubungan di masa persimpangan.Entah sebagai persoalan atau perjuangan. Ia diantara titik penjadwalan dinamika. Ia sendiri yang mesti mengoreksi persoalan menjalar diantara bukit pertanyaan.

Seorang filsuf berambut gondrong, sedikit medok, menjadi soko guru di kemudian hari, tanpa pernah mengeluh untuk mendengar. Ujaran sekalgus petatah petitih penjernih akal. Supaya nanti berolah sumber, mesti pula di saring berapa kali.

Lewat jam istirahat, headset menempel kuat, diskusi telah menyedot waktu menjadi lebih tertib. Bukan menggulir layar dari atas ke bawah, lalu menghembuskan nafas penyesalan tak berguna.

Beroleh kedok wajah baru. Kadang untuk menemukan kedok, hepeng melayang, terasa mahal, tapi sepadan. Orang filsuf sering mewanti-wanti bahwa watak seseorang bisa terlihat perawakan tubuhnya. Bahkan bau tubuhnya. Bau dalam artian tidak ditutupi oleh hembusan minyak wangi bertubi-tubi.

Sampai saat ini jumlah obat terus dicetak, sementara manusia terus lahir. Sepadankah? mungkin bukan obat luar yang bisa menyembuhkan, tetapi obat dalam mesti dikuatkan. Seperti filsuf katakan. Ia bernama Suginta.

Kamis, 08 Mei 2025

Aku dan Dia

Setelah motogp Qatar perutku terasa lapar, terasa sangat lapar, ngelih. Mulai pusing kepala. Bau mulut semakin menyengat. Berharap nanti bakal terisi. Air minum dalam kemasan telah ludes sebelum menjelang gajian. Gaji dari privat seminggu lagi bara dapat.

Kuambil mangkuk dari bawah meja. Mangkuk hadir dari mini market. Memakai sweter dan mengunci pintu. Berjalan menuju jalan depan. Sepanjang tepi jalan terdapat serumpun bambu yang tumbuh lebat. Gelap, lampi di tengah kedap-kedip, hanya butuh 10 menit keluar dari jalan berimbun bambu, jika tak lapar, aku malas keluar, ini masuk pukul 00.30, orang-orang sudah berkemul mimpi dan bertelekan tangan menyeduh harapan.

Rimbun hanya sekumpulan saja. yang lain sudah tak ada. Ini selalu menjadi cerita, aku harap tak memiliki cerita itu, karena aku malas bertemu dengan dia, selalu ada masalah dengannya, padahal aku tak pernah bermasalah dengan dia.

Abang penjual mi memasukan semia mi racikan ke dalam mangkuk. Aku membayarnya lalu menyebrang jalan sunyi. Masuk kembali ke dalam gang. Mendekati rimbun bambu, ada keengganan untuk melewatinya, ini jalan tercepat menuju kos. Burung hantu menjerit keras, dan burung lain ikut menyahut, sebuah benda jatuh dari atas, menerobos daun bambu,berbunyi radio rusak, seketika hening, burung buek dan konconya berhenti berteriak. Menyisakan mahluk itu, mahluk yang sering di sebut, berdiri membelakangi, wajahnya tertutupi rambut panjang, kuamati tak melihat kakinya. kuambil satu butir batu dan ingin melemparnyan kuat-kuat. Mahluk itu cepat sekali berpaling. Mangkuk berisi teras lebih panas. Aku ingin menikamti kudapan malam tanpa harus dibayangi rasa bersalah karena telah melempar dia, 'penunggu' hutan bambu.

Rabu, 07 Mei 2025

Sebelum Matahari Terbit

DUA
Seorang anak terbangun dan mendapati ayahnya sedang menonton TV. "Ayah nggak tidur," tanya anaknya, matanya masih merem melek. "Ayah tidur tadi, kamu tidur lagi aja, masih jam 2, nanti ayah bangunin saat azan subuh.

Anak itu kembali ke kamar. Ayahnya mulai tenang, misinya adalah menonton pertandingan bola antra Intermilan Vs Barcelona, jarang-jarang ia bisa melihat pertandingan itu. Ayah terlihat semangat, es madu sudah habis dua gelas, sebagai cara untuk mengusir rasa kantuknya. Ia pun terlihat ingin begadang sampai subuh, putra sulungnya besok ingin study ke Trans Studio, sebagai kegiatan rutin dari sekolahnya.

"Ayah...!" teriak putranya.

Sang Ayah bergegas menghampirinya. Memeluknya erat.

"Ada apa!"

"Ada suara perempuan dari bawah kamar,"

"Mana!"

"Itu tadi di bawah, hemmh, hehhhh, hemmm, gitu yah."

"Heh!,pergi!, jangan ganggu!"

"Takut yah."

"Jangan takut, nggak ada, coba kita cek,"

Ayah dan putranya mengecek bawah kasur, banyak barang-barang, hanya ada karpet dibawahnya, ia pun mengambil sapu, dan mulai memukul-mukulkan, ini reflek pribadi atau seperti apa. Yang jelas sang ayah ingin memastikan kalau suara yang dimaksud anaknya itu tidak berasa dari bawah kasur, mungkin suara lain. Meski begitu, tangan ayah mengusap tengkuk beberapa kali, seperti merasakan apa yang dirasakan oleh anaknya, tetapi ia tidak ingin terlihat takut di depan anaknya.

Setelah di rasa aman dan tidak ada yang menakutkan. Bunda yang ikut terbangun mendengar teriakan ayahnya, ikut memberikan arahan agar menyapu kasur bawah dan atas dengan sapu lidi. Ayahnya melakukan dengan cekatan. Lalu kembali tidur dengan memasang ayat suci alquran pengusir setan selama tiga jam. Ayah memeluknya untuk memastikan detak jantung anaknya makin teratur, dan tidak tidur dalam pelukan ketakutan.

Selasa, 06 Mei 2025

Sebelum Matahari Terbit

SATU
Sebagai pembukaan, marilah sejenak untuk melapangkan dada masing-masing, dan minumlah barang seteguk dua teguk madu, jika tak ada air putih juga tak apa. Simak dengan lega, singkirkan kedengkian agar kalimat-kalimat menjadi lebih bermanfaat, jika tak ada isinya, sementara abaikan dan kembalilah esok hari, dengan kesiapan prima. 

Seperti itulah yang sepatutnya  dilakukan oleh semua mahluk di bumi yang sama-sama memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri satu sama lain. Jika satu malam, satu dari kita terlanjur untuk bertengkar, setelah argumen tak cukup untuk meredam situasi. Adu emosi saling menyalahkan biasanya menjadi salah dua cara untuk membreakdownkan masalah rumit menjadi lebih komplek.

Pasangan misalnya, adalah dua orang dengan alas berbeda, berangkat dari sudut pandang yang berlainan, lalu dikumpulkan dalam rumah yang intensitas pertemuan tiap detik. 'Berantem', lalu berangkat ke tempat tidur masing menyimpan kekecewaan mendalam atas sikap satu sama lain. 

Lalu ketika bangun sebelum terbit cobalah sekuat tenaga untuk melunturkan semua ego atas nama pribadi. Dalam pelukan maaf berlimpah. Hingga nantinya satu sama lain menelan nasi uduk seperti menikmati tonseng nikmat berlimpah sate. Tak ada manusia yang dilahirkan memiliki perkakas sempurna mengatasi semua masalah. Justru manusia dipasangkan, agar perkakas itu bisa lengkapi satu sama tanpa pernah merasa lebih satu sama lain. Semuanya bisa jadi punya alas sama, peran yang sama, dengan kategori tanggung jawab yang terlihat berbeda tetapi dengan inti yang sama.

Suami atau istri belum memberanikan diri menyelesaikan masalah satu lain, lalu berangkat kerja dengan perasaan marah, dan isi kepalanya dipenuhi oleh syak wasangka, lalu takdir tuhan memberikan musibah, dan belum sempat akur. Oh Alangkah naifnya, sebelum terlambat, satu sama lain perlu untuk membenahi. Tak ada kata untuk terlambat, sebelum Allah menjemput.

Sabtu, 03 Mei 2025

Agar Api Tak Membakar Kepala

Api yang membakar kayu, seperti itulah yang sedang diperlihatkan seorang pendengki. Ia tidak menghendaki siapapun memiliki kekuatan untuk 'menundukkan' orang-orang dalam cengkraman nya. 

Tampak berseri manakala datang seseorang dalam rumah orang tuanya, bukan rumahnya sendiri. Ia selayaknya sudah pisah dari rumah orang tuanya. Agar otak terus tumbuh, tidak makin kerdil layaknya bocil. Tetapi setelah 'tamu' itu pulang, mulailah otak reptilnya bekerja secara jor-joran. Membentak-bentak ibunya sendiri karena telah memberikan barang (makanan) untuk dimakan putrinya sendiri yang sekarang sudah punya rumah sendiri di Bogor. 

Perkara apa yang membuat isi kepalanya betul-betul reptil, mungkin otak monyet adalah jawaban untuk membungkam perkataan yang sering menyakitkan ibunya sendiri. Seorang Ibu yang menangis adalah puncak dari ketidakberdayaan menghadapi anaknya berkepala 40 tahun itu. 

Mereka para pendengki tidur, berak, mandi, makan, numpang dengan orang tua. Sudah punya anak punya istri, tetapi sikapnya seolah ia penguasa dirumahnya, ia hanya numpang kawan, sekali lagi numpang, tetapi wataknya kayak pemilik rumah. Orang tuanya kasihan melihatnya ngontrak, tetapi sendirinya nggak ngotak. Otak-otak lebih enak, lebih mentul, jadi daging, sikap kalian yang nggak lebih dari otak-otak, tumpul, idiot, autism, mereka orang-orang yang telah mengkerut otaknya, jadinya seperti itulah keadaannya. 

Maaf kawan, hari ini hari yang aneh, kalian bayangkan saja, ada anak sudah menikah, numpang sama orang tua, tetapi lagaknya seperti raja. Tetapi mereka bukan raja, mereka orang 'goblok' yang pernah kami jumpai. 

Selain kepada Tuhan sebagai tempat mengadu, jurnal (blog) inilah yang membuatku tetap waras, wajar, normal, dan tak terbesit untuk bertindak kriminal, untuk apa mereka hanya pantas disejajarkan dengan penghuni ragunan, oh maaf, penghuni Ragunan saja lebih mulia, mereka mahluk yang tidak punya dendam, hanya naluri untuk bertahan. 

Api yang membakar kepala, pendinginnya adalah memuntahkan pada blog ini, pada jurnal ini, jika bermanfaat ambilah, jika tidak, buanglah di 'tempat sampah.'

Salam Peace and Love, seperti salam para petinju yang hatinya seputih kapas. Raganya panas, tetapi kepala tetap dingin, agar isi kepala tidak mendidih, dan mata segar, semuanya dimaksudkan agar Api Tak Membakar Kepala. 


Jumat, 04 April 2025

HAKIKAT KESUKSESAN

KESUKSESAN BUKAN SEBUAH MIMPI TANPA AKSI. IA ADALAH KUMPULAN DARI SEBUAH TEKAD MEMBARA, USAHA YANG TERUS MENERUS TAK KENAL LELAH, DOA YANG TAK PERNAH PADAM, AZZAM YANG KUAT, DAN CITA-CITA YANG MULIA. ORANG YANG SUKSES ADALAH ORANG-ORANG YANG BISA MENGHADIRKAN CARA-CARA HIDUP YANG BERKUALITAS, KETAATAN KEPADA ALLAH DENGAN SEBENAR-BENARNYA TANPA ADA KEMUNAFIKAN, KEFASIKAN DAN KEMAKSIATAN.

ORANG-ORANG YANG SUKSES SEJATI SELALU ORIENTASINYA KEPADA ALLAH, SEGALA SESUATU YANG IA LAKUKAN HANYA UNTUK MEMPERSEMBAHKAN YANG TERBAIK BAGI ALLAH DAN RASULNYA. IA TAK MAU MENGECEWAKAN-NYA, MENGHIANATI-NYA, DAN MENDURHAKAI-NYA.

DALAM BENAKNYA HANYA ALLAH YANG TERSIMPAN DI DALAM QOLBUNYA, NAMA-NYA SELALU DISEBUT. IA SELALU MEMPERBAHARUI, MENJAGA, MEMPERBAIKI HUBUNGANNYA DENGAN ALLAH SERTA HUBUNGANNYA DENGAN MANUSIA. SEKALIPUN DUNIA MENGECEWAKANNYA IA TAK MENGHIRAUKAN, ASAL IA TAK MENGECEWAKAN ALLAH. IA MENJADI SESUATU APAPUN KARENA INGIN MEMBUAT ALLAH TERSENYUM, TAK INGIN MEMBUAT ALLAH MALU DAN BERPALING TAK MENGHIRAUKAN KEADAAN DIRINYA. INILAH KESUKSESAN YANG KUPAHAMI. DAN KITA HARUS 'KERAS' PADA DIRI SENDIRI DAN TEGAS PADA ORANG LAIN. AKTIVITAS YANG TIDAK TERLALU PENTING DI BUANG ATAU DI TUNDA DULU. KEMBALILAH PADA ALLAH DENGAN SUKARELA. 

1 MEI 2009 11:09:54 WIB

Sabtu, 05 Maret 2022

Indonesia Hari-Hari ini

Hari-hari ini dimana seorang guru, "harus" meminta maaf pada muridnya karena ia terlambat membeli gas. Si murid mengakali bagaimana menjadi guru yang menjadi pesanan hatinya. Ini sangat lucu, kau tahu orang-orang "besar" lahir dari kesabaran menuntut ilmu. Ia memaknai semboyan murid yang menunggu guru. Bukan Guru yang terlambat sedikit laru muridnya kasak kusuk seperti kucing yang ketahuan mencuri lauk pauk kelurga pelit.

Hari-hari ini dimana candaan adalah slogan terbaik untuk membunuh karakter, maksudnya seorang pemimpin bisa menjadi monster karena candaannya lebih kuat dari kepemimpinannya sendiri. Mulutnya lebih kejam dari pada sepakterjang kebijakannya. Jika kebijakannya terasa lemah maka ia akan memborbardir dengan candaan yang sama sekali tak lucu.

Maka ia menjadi slogan yang tak pernah menjadi kekuatan mental, yang bisa melumpuhkan lawan tanpa perlu peperangan. Peperangan hanya akan mengakibatkan kerugian dan dendam yang tak berkesudahan.

Hari-hari ini kebenaran hanya muncul dari segelintir orang yang menamakan diri egosentris yang berlebihan, bahwa diam adalah kekalahan yang mutlah, padahal ia senjata yang mematikan dan solusi yang kadang tak perlu tenaga ekstra untuk memulainya, setelahnya semuanya berkesudahan.

Adalah hari-hari ini, di mana kekuatan kadang tak pernah dianggap pada lingkungan yang menelanjangi seluruh kekuatannya, bahwa dengannya orang merasa bisa mengukur kekuatan sang teman, padahal ia hanya bersikap sebagai hakim yang tak ingin menyakiti siapapun dengan kata-katanya. Ia lebih memilih dengan senyuman yang memikat, berharap sang pembuli berhenti untuk mengejeknya terus menerus, akibat ia tak ikut arus langkah-langkah kebanyakan. Ia memilih untuk memenuhi kebutuhan dari menyesuaikan diri selalu pada keinginan. Mereka adalah orang-orang yang terus berlari dan beralih dari kesenangan satu pada kesenangan yang lain.

Hari-hari ini adalah dimana kepekaan menjadi barang yang hampir tak tersentuh, apalagi sekedar menempel di kepala dan menjadi tindakan yang membuat tawa sebagian orang, lalu mereka mendoakan sang pemberi bahagia pada jalan yang benar-benar gembira.

Dan seterusnya.

Kamis, 18 Juli 2019

Lima

Lima, kekurangan yang ditimbulkan oleh ketidakadilan seseorang adalah cara terbaik untuk memulai kemandirian.

Lima, kita tidak bisa untuk membungkam perkataan orang, tentang perilaku kita.

Lima, lima kejadian,sebelum datangnya lima kejadian.

Lima, yang menjadi persoalan bukan berat atau ringan, tetapi seringkali meremehkan untung rugi.

Lima, kesiapan seseorang untuk menghadapi masa depan seringkali membuat kecenderungan untuk khawatir saat ini.

Rabu, 17 Juli 2019

Empat

Empat, tantangan yang paling berat menatap pasangan kita adalah bertemunya dua karakter yang saling berlawanan.

Empat, persaingan yang terlalu ketat seringkali melunturkan keakraban kian parah.

Empat, hitam tak selamanya adalah gelap, karena putih kadang menjadi lawan yang ekstrim, lalu gelap karena uang yang tak kekal.

Empat, perjalanan akan mengakibatkan kelesuan jika terlalu lama memikirkan kekurang pada tiap langkah.

Empat, kelakuan para hewan yang polos seringkali membuat geli dan perangainya berubah jadi galak tapi menyenangkan.

Tiga

Tiga, caranya menyapa dengan senyum dan salam, adalah permulaan yang baik.

Tiga, koper yang terbuka seringkali terlena untuk memasukkan semua barang-barang sepuasnya.

Tiga, monyet yang kelaparan seringkali lebih arogan dan bersiap untuk menancapkan permusuhan di awal pertemuan.

Tiga, persiapan matang saja seringkali mengakibatakan kekecewaan, karena meremehkan lawan.

Dua

Dua, yang terlewat adalah masa lalu menutup diri dari keterbukaan yang sering meninabobokan.

Dua, percepatan seringkali menidurkan kepala kita dari kelambanan memaknai setiap kejadian.

Dua, roda yang lepas kemudian memercikan bunga api yang membuat jalanan malam menjadi terang.

Dua, ikatan yang lepas seringkali malas untuk meng eratkan kembali, padahal hanya untuk sesaat saja.

Dua, perbedaan yang muncul kerap menjauhkan dari keintiman persahaban yang mengakar.

Jumat, 28 Juni 2019

Biarlah

Biarlah ketidaknyamanan menghampiri kita
Meski itu sulit untuk dilakukan
Agar hati kalian siap ketika lapang
Kadang hal yang menyakitkan itu perlu menjebak kita
Hidup itu mau tak mau harus berjalan
Hingga kalian menyaksikan sepenuh mulut kalian tentang menjaga lisan
Masyarakat lisan telah memperkosa banyak ketenangan
Karena tak sigap mengulum lidah
Lidah dibiarkan berbusa

Tertawa sepenuh kerongkongan
Makan sepenuh mulut
Tidur sepenuh matahari
Berjalan sekehendak hati
Memandang sepenuh kolam
Menangis semenjak buaian

Biarlah...
Mereka...
Mencari hiburan dengan enteng
Tak peka menjaga...
Tak ingat rasa...
Sakit yang terperi
Sakit tak berdara-darah

Biarlah...
Kita terpojok dalam keluguan
Kepolosan seorang ayah
Karena jernihnya pandangan
Aneh...
Hati ini tak tergores
Hati ini tak terluka
Atau terlalu luas samudra kesabaran
Samudra ketenangan
Samudra kenaifan

Biarlah...
Waktu seperti ikatan
Ikatan yang akan menguatkan
Biarlah...
Waktu seperti janji
Janji membayar hutang
Nanti kalian akan merasakan
Begitu mudah waktu membalasnya
Membalas sampai tuntas

Kemana Kalian Pergi

Seperti membungkus malam yang tak mungkin terhindar dari pengurangan jam yang makin menipis dari menit-menit

Sejarah mencatat tentang orang-orang yang lahir dari raja kemudian mati ditenggelamkan waktu.

Menerabas percobaan yang tengah melang-lang buana mengikuti arus waktu yang semakin tipis dimakan zaman.

Peperangan yang terus menerus dilakukan oleh waktu yang semakin sempit. Tak sempat negosiasi dengan pelajaran yang sering bolos.

Logika Terbalik

Dunia dan seisinya butuh pengakuan atas nama logika, tetapi tak semua orang menggunakan logika terbalik sebagai suatu penjelasan.

Logika terbalik melatih kepekaan di luar kelaziman, dan mencoba menguak rahasia tersembunyi dari semua peristiwa

Logika terbalik membiasakan diri untuk selalu mencari hikmah tersembunyi di balik segala hal. (Tarbawi)

Kamis, 27 Juni 2019

Arah

Yang perasaan jadi menentu
Yang tak tentu jadi menantu
Yang lemah jadi kuat
Yang sedih melangkah senang

Yang sama belum tentu sama
Yang berbeda belum tentu beda
Yang tinggi belum tentu tinggi
Yang pendek belum tentu pendek

Yang rapuh belum tentu lemah
Yang kuat belum tentu kuat
Yang ingin belum tentu mau
Yang jadi belum tentu ya

Arah yang membuat galau
Arah yang membuat berubah
Arah yang memadukan kuat dan lemah
Arah yang membuat kesedihan jadi senyum

Arah menjadi berbeda, tinggi, pendek, rapuh, kuat, ingin, jadi, adalah karena arah

Ku harap hidupku tak salah arah
Tapi jadi serba terarah
Jadi penuhilah arah
Agar arah sesuai tujuan