Jumat, 12 Desember 2014

Naroto VS Wiro Sableng

Bagian 2


"Guru Kakashi sebenarnya jurus apa yang di gunakan oleh orang berbaju putih itu. Rasanya aku tidak pernah melihat orang dengan kekuatan seperti itu."

" Aku tidak tahu Naruto, di konoha ini rasanya belum ada yang menguasai jurus aneh seperti itu."

" Bahkan nenek Sunade juga tidak bisa!" Naruto Panik

" Aku rasa begitu." Jawab Kakashi

" Andai saja masih ada guru Jiraiya, pasti tidak akan seperti ini." Naruto putus asa

" Ingat Naruto, apa yang kita hadapi bukan dari golongan Ninja, tetapi pendekar tanah jawa yang mumpuni soal pertarungan". sengit Kakashi

" Apa itu tanah jawa." Naruto penasaran.

" Tanah Jawa adalah terletak di antara kepualauan Indonesia, dimana di pulau Jawa banyak di lahirkan pendekar-pendekar tangguh yang tidak takut dengan kematian."

Selasa, 09 Desember 2014

GADIS MERAH SAGA

16


dengan perasaan tak menentu. Apa sebenarnya yang terjadi pada Nara hingga bisa masuk penjara.

Ku kayuh sepeda cepat-cepat seperti sedang di kejar anjing. Aku tak sabar lagi untuk bertemu dengan calon Ibu Mertua. Sekaligus ingin mengetahui apa rencana selanjutnya yang harus di lakukan. Tiky memegang pinggangku erat-erat agar tidak terpental karena aku mengendarai sepedaku seperti kerasukan Iblis setingkat Ifrit. Jin yang paling senior diantara jin-jin yang lain. Sementara cangkul ku sembunyikan di dalam gubuk dan ku samarkan dengan jenis daun tertentu yang mirip dengan kulit ular.

Hampir saja sepeda yang ku kendarai terprosok kesamak-semak berduri kalau saja Tiky tidak berteriak dari belakang. Aku seperti terkena efek dari ledakan mortir ketika mendengar berita penangkapan Nara. Pernikahan yang ku gadang-gadang tinggal 10 hari lagi harus tertunda dalam waktu yang tidak aku ketahui sampai kapan.

GADIS MERAH SAGA

15


Keringat membanjiri tubuhku yang tengah mencangkul kebun milik salah seorang tetanggaku di ujung Desa Kesamen. Kebun yang akan di tanami pohon Singkong letaknya 2 Kilo meter dari rumahku. Setelah tidak ada kabar tentang proyek yang ada di desa Kalimanah, Aku melakukan aktivitas apapun untuk bisa membantu keuangan Ibuku. Tak pernah Aku pilah-pilih dengan pekerjaan yang akan di tanganinya. Bila hasil yang di peroleh berstatus halal dan Thoyib, Aku akan bekerja dengan ke sungguhan hati. Ah, Aku hanya bersyukur karena bisa mengurangi beban Ibuku yang sudah tak bersuami lagi. Dengan pekerjaanku yang sekarang ini aku berharap dapat mengurangi kegelisahan Ibu yang akan melihat putranya melangsungkan pernikahan dengan beban biaya cukup banyak.

Matahari sudah tepat berada di ubun-ubun kepalaku yang berambut tebal. Aku bersyukur di beri kelebihan rambut mirip Jacky Chan sehingga terik matahari yang memanggang kepalaku bisa berkurang rasanya. Walapun aku sudah memakai Topi sebagai pelindung kepala, tetapi panasnya masih terasa di ubun-ubun kepalaku.

Aku membuat Gubuk lebar sebagai tempat berteduh. Di samping sebagai tempat untuk Sholat. Karena jarak Masjid dari kebun termasuk jauh. Kira-kira satu jam pulang pergi.

Siang makin terik. Ku putuskan untuk beristirahat sambil menikmati singkong rebus yang ku bawa dari rumah. Rasanya nikmat sekali. Teh dingin dari teko menambah rasa nikmat sampai ke ubun-ubun.

“ Mas Marko!.” Sebuah teriakan mengagetkanku yang tengah mengamati kebun habis di cangkul. Aku mencari sumber suara yang sangat ku kenal. Letakku termasuk di lembah yang di kelilingi oleh bukit-bukit kecil dengan semak-semak rendah membuatku mendongak ke atas melihat wujud sang pemanggil.

Aku melihat keatas bukit kecil yang di penuhi oleh pohon Pete Cina, Jambu Monyet dan semak-semak setinggi pinggang orang dewasa.

“ Ada apa Tiky!.” Aku berteriak karena hembusan angin dapat mengaburkan panggilanku.

“ Mba Nara Mas!.” Adikku menyebutkan sebuah nama yang sudah sangat ku kenal dalam sudut hatiku.

GADIS MERAH SAGA

14

“ Apakah Marko masih mencintai Nara bila kejadiannya seperti ini.” Ungkap Ibu Baroroh kepada Ibu Kinarsih.

“ Mba yakin kalau Marko bukanlah anak yang mencintai di kala senang saja, dia bukanlah tipe seperti itu.”

“ Sekarang kita temui saja Marko. Dan urusan pernikahan tetap kita harus pertahankan. Kita berusaha menjaga pernikahan anak kita tetap menjadi cita-cita kita bersama.” Bujuk Ibu Kinarsih kepada Baroroh.

Ibu Kinarsih menatap Ibu Baroroh dalam. Berusaha menjangkau pikiran dan hati seorang Ibu Baroroh sahabatnya itu. Ia pun mengangguk setuju.

Ibu Kinarsih merangkul sahabatnya itu untuk naik Delman Kang Dirman menuju ke rumahnya. Beban hati Ibu Baroroh menjadi sedikit lega karena merasa ada teman berbagi dalam permasalahan yang sedang melanda Nara.

“ Kang Dirman, kita pulang?.” Seru Bu Kinar. Kang Dirman langsung bangkit dari rebahan dan berjalan menuju ke Delman untuk melepaskan ikatan tali pada pohon jambu monyet.

Kang Dirman mulai menarik tali kekang Kuda dan memberi perintah lewat tali itu agar berjalan sedang mendekati cepat. Ketiganya mulai terbang dengan pikiran-pikiran sendiri. Kedua mata Bu Kinar dan Bu Bar melihat satu sudut tertentu dan mencoba menebak sendiri tentang masa depan anak-anaknya.

Jalanan terlihat mengepulkan debu-debu kecil sebentar lalu terbang terbawa oleh angin. Sepanjang jalan Kaligondang masih di tumbuhi oleh Pohon-pohon besar, sebagian masih di penuhi oleh hutan bambu yang lebat, Pohon Mahoni ,Sengon dan kebun singkong yang banyak tumbuh di pinggir jalan.

Jumat, 05 Desember 2014

GADIS MERAH SAGA

13


Tangan Kanan Ibu Baroroh melambai ke arah Ibu Kinarsih yang tengah duduk di atas Delman kang Dirman. Ibu Baroroh sudah menunggu cukup lama di pinggir jalan untuk mengatakan hal yang sangat membenani hati dan pikiran sekarang ini. Kendaraan Delman masih menjadi alast transpotasi warga Kaligondang dan sekitarnya untuk menuju ke pasar. Mobil Pikc Up hanya beberapa kali lewat di desa ini.

“ Kang Dirman berhenti dulu sebentar.” Perintah Ibu Kinarsih kepada Kang Dirman. Ibu Kinarsih melihat Ibu Baroroh dalam keadaan pucat dan sakit. Ibu Kinarsih buru-buru turun dari Delman dan mendekati Ibu Baroroh.

“Kang Dirman boleh Istirahat dulu sebentar di gardu pos itu?.” Bu Kinar memberi perintah kepada kang Dirman, karena melihat Ibu Baroroh sudah mendekatinya sambil tersenyum tegar. Sebuah pelukan hangat dapat dirasakan oleh Ibu Kinarsih.

Kang Dirman langsung menuju ke Gardu pos untuk beristirahat sambil rebahan. Delman Ia ikatkan ke pohon Jambu Monyet dan membiarkan kudanya beristirahat juga. Jambu monyet sangat lebat dan dahannya hampir menyentuh ke tanah. Kalau tak jeli melihatnya, delman Kang Dirman hampir-hampir tersembunyi. Pohon Jambu Monyet yang cukup aneh.

“Ada apa Roh?.” Ibu Kinarsih panik karena melihat Ibu Baroroh tampak cemas, pucat dan sakit.

“Baru kali ini Baroroh menghadang perjalanan pulangnya dari berdagang di pasar. Kalau tidak ada hal yang pelik yang ingin di sampaikan oleh mana mungkin dia berdiri sedari pagi menunguku di pinggir jalan.” Guman Ibu Kinarsih.

Ibu Baroroh belum menjawab. Malah pelukannya makin erat.

“ Nara, Mba Kinarsih.” Jawab Ibu Baroroh singkat. Sambil tersenyum gemetar, tegar, dan di paksakan.

GADIS MERAH SAGA

12

“ Walau Para lelaki seumuran kamu melamar bergantian, cintaku hanya untukmu. Hati ini akan setia sampai detik-detik kematian saya.” Ibu Baroroh kembali berkata sendirian sambil menitikkan air mata. “ Walau Para lelaki seumuran kamu melamar bergantian, cintaku hanya untukmu. Hati ini akan setia sampai detik-detik kematian saya.” Ibu Baroroh kembali berkata sendirian sambil menitikkan air mata.

Sejak kematian Rohman, suaminya. Ibu Baroroh kerap sekali bercermin. Seakan cermin itu adalah sosok dirinya sendiri yang telah hidup jauh sebelum dirinya hidup di dunia ini.

Ibu Baroroh keluar dari kamar dan memperhatikan kamar Gina yang sepi senyap tak ada kehidupan. Ia masuk sebentar dan memandangi isi ruangan kamar Nara yang sederhana tapi tertata rapi. Lampu teplok yang di pasang di dinding ruangan di biarkan menyinari kamar Nara yang hampa.

Ibu Baroroh menutup pintu kamar Nara pelan-pelan, seperti ada yang tercerabut dari hatinya. Diantara ketiga anaknya, Naralah yang paling di sayang olehnya. Perasaan kuat begitu melihat Nara tumbuh dewasa menjadi gadis Ayu yang menjadi incaran kumbang di desanya. Sama kuatnya ketika membayangkan wajah Nara yang ketakutan di bawah sergapan dingin dan kesendirian. Kedua anaknya yang lain, seakan tak mengerti kesedihan Ibunya serta terseok-seok menjalani hidupnya sehari-sehari. Walau bagai manapun hati kecil Ibu Baroroh tetap merindukan kedua anaknya yang merantau di negri orang.

Sebagai pelipur lara dan kesedihan, kedua tangannya sudah sibuk meracik kopi pahit sebagai teman di kala sendirian. Bau khas biji kopi yang di oleh secara tradisional membuat pikiran Ibu Baroroh sedikit terobati. Bau khas kopi yang baru di seduh seakan mempunyai daya magis tersendiri bagi pecinta kopi pahit.

GADIS MERAH SAGA

11


Suara Burung Hantu di dekat rumah Ibu Kinarsih terasa lebih menakutkan dari biasanya. Sepertinya burung Hantu tengah kehilangan pasangan hidupnya untuk selama-lamanya. Para pemburu telah membuat Burung itu menjadi Janda sendirian dengan dua orang anak yang masih kecil-kecil. Entah alasan apa yang membuat para pemburu itu tega menghabisi salah satu burung terunik di dunia, kabarnya untuk obat pereda sakit kepala. Salah satu alasan yang begitu klise dan terkesan di buat-buat.

Induk betina Burung Hantu itu terus menerus mengeluarkan suara. Terdengar suara makin memelas dan menahan kesedihan yang mendalam. Kesedihan itu juga melanda Hati Ibu Baroroh, betapa tidak anak gadis bungsunya tengah berada di balik tahanan yang dingin mencekam sendirian tanpa seorang teman. Ibu mana yang tidak merasakan kesedihan dan ketakutan bila mendapati anak gadis ternyata sedang mendekam di bawah tatapan mata polisi yang bringas.

Ibu Baroroh makin cemas dan takut bila sesuatu yang buruk akan menimpa Nara, putri bungsunya. Firasat seorang Ibu kepada anaknya biasnya tepat dan jujur. Kedua kelopak matanya sudah mulai bengkak akibat tangisan dari hati yang menyayat. Ibu Baroroh mengetahui kabar putrinya yang sedang mendekam di penjara dari seorang polisi baik hati bernama Saryo yang datang setelah Mahgrib dengan salah seorang temannya. Polisi Saryo dengan jelas menceritakan awal penangkapannya itu kepada Ibu Baroroh dengan pembawaan seorang polisi pada umumnya.

Ibu Baroroh sama sekali tak percaya kalau putrinya telah menjadi pengedar uang palsu. “Selama ini Nara hanya memegang uang pecahan lima ratusan dan ribuan, aku tak menjumpai satu lembar uang lembar dua apalagi lima puluh ribu. Apakah dia menyembunyikannya dariku.” Ibu Baroroh berucapa dalam hati.

GADIS MERAH SAGA

10

Laki-laki provokator itu meninggalkan keramaian sambil menyalakkan rokok Bentul Biru dengan penuh kemenangan. Dari wajah dan gaya bicaranya laki-laki itu bukan penduduk asli Purbalingga, ataupun wilayah Banyumas sekitarnya. Ada bekas cacar di wajahnya. Garis keras di wajahnya seakan menyiratkan perilaku yang menghalalkan segala cara demi segepok uang dan nafsu binatang sesaat.

Mobil Pick Up langsung membawa Nara menuju ke Kantor Polisi Purbalingga. Perasaan sedih jelas tergambar di wajahnya. Ia tak bisa membayangkan bagaiaman hancurnya perasaan Marko dan keluarganya. Satu yang lebih menyakitkan adalah kejadiaan penangakapan ini akan membawa dampak yang tidak baik bagi Desanya. Sementara Ibunya akan menanggung rasa malu yang tidak terkira kalau ternyata putrinya yang di banggakannya itu seorang pengedar uang palsu. Bayangan seperti itu terus berputar-putar dalam benak Nara.

Di dalam mobil Pick Up ia di kawal oleh Polisi Marno yang berwajah dingin dan kaku. Sementara Polisi Saryo terus mengawasinya. Reputasi jelek yang si sandang oleh Polisi Mano sudah di ketahuinya tetapi kenapa masih saja di tugaskan di kesatuannya. Rupanya Polisi Saryo sudah mengamati bertahun-tahun rekan kerjanya yang sudah melenceng dari etika kepolisian. Nara teringat dengan perkataan Guru Ngajinya di Musholla: “Kalau kalian sedang dalam kesulitan dan tekanan maka sebutlah nama Allah dan mohon pertolongan kepada-Nya dengan ikhlas dan tulus, niscaya akan ada kemudahan di sana.”

Nara mencoba menenangkan dirinya dengan berdoa dalam hati. Walaupun begitu sebagai seorang manusai rasa takut tetap terasa di dalam jiwa raganya. Nara mulai berdzkir untuk mengatasi kekalutan yang sedang melanda. Dan mengisi hatinya dengan Doa-doa mohon pertolongan kepada Allah Swt, penguasa langit dan bumi, penguasa yang telah menolong Pasukan Badar dari tekanan Quraisy yang penuh kebencian dan kedengkian tiada tara.

GADIS MERAH SAGA

9

Bakul berisi sisa dagangan segera di gendong di belakang punggungnya. Bakul tersebut di ikat dengan selendang batik berwarna coklat muda. Lalu membuat simpul diantara keduanya. Kemudian bergegas meninggalkan tempat dimana Ia berdagang.

Baru melangkah beberapa kaki, dua orang berseragam polisi mencegat dirinya. Wajah Nara langsung pucat pasi, lututnya gemetaran. Ia berusaha mengendalikan diri agar terbebas dari tuduhan apapun.

“ Anda yang bernama Nara Wina, saya mendapat laporan bulan lalu dari salah seorang pedagang kalau Mba pernah belanja dengan uang palsu. Apakah itu benar!.” Salah seorang polisi itu bertanya, sedang yang satunya mulai mengamati gerak-gerik Nara dengan teliti.

“ Ya, benar Pak. Tapi saya dapatkan juga dari seorang pembeli Pak?.” Nara menjawab pertanyaan polisi dengan gemeteran.

“Bohong kamu!, kalau Mba tidak jujur maka urusannnya bisa penjara. Katakan dimana Bos kamu hah!.” Gertak Polisi itu.

“ Benar Pak saya tidak tahu menahu tentang uang palsu itu.?.” Air mata Nara mulai meleleh, ia tak mengira kalau firasatnya benar-benar terjadi.

Seorang Polisi mulai menggeledah barang bawaan termasuk dompetnya. Jantungnya terasa mau copot, seluruh tubuhnya terasa lemas. Bayangan akan pesta pernikahan yang indah sirna begitu saja seiring dengan ketakutan yang mencengkram dirinya.

“ Ini Apa!,” gertak Polisi. Di tangan polisi itu ada segenggam duit baru yang kelihatan asli tetapi palsu.

GADIS MERAH SAGA

BAB 6

Memasuki bulan April 1972, hujan mulai sering turun memutus kemarau panjang. Suasana Pubalingga masih lengang di selimuti kabut pagi. Di samping itu langkanya barang BBM menjadikan mobil Pick Up jarang beroperasi, apalagi sampai masuk ke pedesaaan. Kalaupun ada hanya satu dua yang beroperasi dengan biaya sewa yang cukup mahal saat itu. Para pedagang tradisional seperti, pedagang sayuran, barang kelontong, dinding pagar anyaman bambu, kursi panjang dari bahan bambu, kayu bakar, kue putu, es mambo, dan pedagang lainnya lebih memilih jalan kaki ke Pasar untuk menghemat biaya perjalanan.

Suasana pasar pagi Purbalingga terlihat ramai, para pedagang masih setia untuk menunggu para pelanggan yang belum menghampirinya sampai lelah yang akan menghentikan aktivitas sementara mereka. Kondisi pasar tak sebecek bila kondisi cuaca sedang bagus, para pedagang berlindung di bawah pohon-pohon yang rindah sambil menggelar barang dagangannya. Sebagian bertempat di lapak-lapak yang di sediakan oleh Pemda setempat dengan iuran tetap bulanan.

Pukul 05:05 Wib. Di bawah pohon Cery yang sejuk, Nara Wina sedang menunggu para pelanggan yang ingin membeli barang dagangannya. Kali ini Ia berdagang sendirian, tak di temani oleh Bu Kinar.

Hatinya sedang berbunga-bunga pernikahan dengan Marko tinggal menghitung hari. Tepatnya 10 hari lagi peristiwa penting akan menjadi saksi kehidupannya bersama Marko. Segala sesuatu sudah di persiapkan dengan terencana walau sederhana.

Seorang laki-laki berjaket hitam menghampiri Nara yang sedang duduk di atas bangku kecil beralaskan plastik.

Ksatria Bintang

Lahir dari lingkungan tak berada
Memacu semangat yang tak henti-hentinya. Manyanyikan lagu kewaspadaan terhadap keputusasaan, kegetiran dan hinaan para tetangga
Suatu haru ia pergi menempuh jarak yang jauh. jauh dari peradaban yang merontokkan semangat, melucuti kepercayaan diri dan segepok kebencian yang tak mendasar

Perjalanan waktu terus merambat tak berhenti walau hanya untuk bergosip
Seorang pemuda yang tegar penuh perhatian dan persoalan yang selalu meninabobokan segenap perhatian
seharusnya tetangga tak berkata apa-apa terhadap kakakku yang melanjutkan sekolah

Ia pun menangis untuk menangisi nasib yang telah merenggut masa depannya
Rengkungan orang tua menjadikan ia tegar laksana gunung galunggun dan sekokoh tembok pertahanan
Ksatria lari dan melompat untuk menghadapi tantangan di Jakarta yang keras dan "barbar"

Di hatinya selalu ada bintang semangat dan meteor yang siap menerjang keputusasaan
Sujud di dalam malam-malam ke arah barat yang mengarah ke mekkah
seorang pemuda akan lahir dalam wujud yang lebih nyata dan menakjubkan

Kamis, 04 Desember 2014

Parameter

Sunyi adalah lambang keperkasaan bagi orang yang sedang di landa kegelisahan jiwa
Ia akan larut dalam noktah pekat dan gelap
Menjawab dunia adalah tantangan penuh kesiapan
Dunia adalah tempat berkarya untuk kegelapan yang tiada tara atau nyaman seperti surga
Lukisan cinta tak sebanding dengan nikmatnya aroma surga
Lihat bagaimana para pecinta surga menjalankan kehidupan
Tak ada kelicikan, menelikung dari belakang dan berbagai bentuk penghianatan

Para pecinta surga menikmati hidup seperti menghirup aroma surga
Cara, sikap, tutur kata, dan kerja-kerjanya adalah pecinta surga
Sifat manusiawi adalah menghuni surga
Tetapi kita perlu parameter
Cocok atau tidak itu adalah urusan Allah

Rabu, 03 Desember 2014

Perjalanan

Teriakan Ayah pada suatu hari mengagetkan sekaligus bersyukur, ia telah mengalami kemajuan pesat dalam hal berkomunikasi.

Ngambek adalah senjata utama baginya, sedikit saja melakukan kesalahan dianggap sebagai penyebab kegagalan yang berkepanjangan.

Semestinya berbuat adalah tindakan yang paling Absolut bagi perkembangan mental dan spiritul, dan ternyata semua individu yang bernyawa.

Aku tak mengerti semua ini harus terjadi, semuanya mungkin adalah bagian dari sebuah perjalan takdir manusia.

Perjalanan manusia akan tertawan bila tak mau keluar dari zona nyaman.
Keluarlah dari zona nyaman dengan berbagai cara.

Mendapat gaji perbulan lalu menganggap sebuah final adalah hal yang patut di curigai.
Peradaban membutuhkan perjalan yang tidak mudah.

Senin, 01 Desember 2014

Akkalon

Seragam Terpampang Keren di depan cermin
Menunggu siap untuk berangkat jalan
Sarapan mengganjang perut
Kerupuk dan ampas kelapa campur garam
siap merobek takdir yang memilukan

Senjataku adalah semangat untuk memulai
Cerita anak negeri yang haus perubahan
Merangkai nasib pada setiap helaian nafas
Melucuti setiap gelombang kemiskinan
Hingga kemiskinan menyerah dan bertekuk lutut tak bernyawa

Jendela adalah lambang harapan
Menerawang jauh menatap masa depan
Cerah, Semu, Jingga, Keruh, Putih, Merah adalah bagian dari perjalanan
Pada dasarnya muara bertumpu pada kemantapan hati
Seseorang telah membunuh karakterku yang paling polos lugu dan tak berwibawa

Dari desa ke kota
Aku melompat menerjang badai dan bah tsunami Jakarta
Aku memutus langkah keputusasaan
Menebar bintang dalam setiap tatapan
Aku AKKALON
AKKALON
Anak Kaligondang Kulon

(Sebuah Puisi Lepas)