Kamis, 17 Juli 2014

GADIS MERAH SAGA

7


“ Sebaiknya Nara saja yang nentuin tanggalnya.” Aku berkilah sambil memandang lekat-lekat wajah Nara yang bersih itu.

Nara pun menatap wajah Marko untuk beberapa detik dan selanjutnya keduanya terpaku layaknya mendapat instruksi dari juru foto yang ingin mengambil gambar.

“ Lho, malah main lempar begitu, ayo Nara katanya kamu sudah dapat tanggal dan bulan jauh sebelum mereka kemari.” Ledek Ibu Baroroh.

Nara merenung sejenak. “Bagaimana kalau tanggal 10 April.” Usul Nara kepada mereka yang hadir.

“ Ya aku setuju, ide bagus.” Kataku sambil memandang wajah Nara. Disusul dengan nada yang sama oleh Ibu Kinarsih dan Ibu Barorh.

Kompak mereka berkomentar. “Aminnnnnn?” Suasana syahdu itu benar-benar terasa walau tak ada jamuan makan yang mewah.

Selasa, 08 Juli 2014

GADIS MERAH SAGA

6


Nara berjalan pulang sehabis ngaji dengan gadis manis bernama Anismara yang sudah sejak kecil di kenalnya. Keduanya mengaji di Mushola yang letaknya cukup jauh dari rumah. Anis membawa senter untuk menerangi jalan-jalan yang gelap. Anis dari anak orang kaya, tetapi rumah tangganya di ambang kehancuran. Anis sering mengeluhkan hal ini kepada Nara. Cahaya senternya kelihatan seperti lampu sorot pada menara pengawas kapal-kapal besar. Setelah berpisah dari Anis karena rumahnya berlainan. Nara teringat akan janji Ibu Kinarsih yang akan berkunjung ke rumahnya. Tak terasa satu pekan sudah berlalu. Hati Nara dag-dig-dug setiap Ibu Kinarsih berkujung ke rumahnya.

Nara sudah sampai di depan rumah. Langkahnya terhenti sebentar, jantungnya berdebar-debar. Ia tak mengerti kenapa perasaannya begitu tegang dan sikapnya tiba-tiba gugup dan sedikit cemas. “Apakah gara-gara Aku di tuduh mengedarkan uang palsu atau ada hal lain yang lebih mengerikan yang akan terjadi.” Guman Nara akhir-akhir ini.

Ia berfikir sejenak. Berdiri mematung, seperti sedang bersemedi. “Ya Allah.... malam ini kan, Ibu Kinarsih kan mau berkunjung ke rumah. Kenapa saya jadi pikun begini, padahal baru saja memikirkan hal itu. Pertanda apakah ini?” Nara memukul jidatnya sendiri, kode bahwa ia memang di landa sifat pelupa akhir-akhir ini. Nara lupa kalau pekan ini Ibu Kinarsih akan bertamu ke rumahnya.

Passion

7 juli 2014 aku begitu bersemangat karena Net TV dalam acara Indonesia MOrning Show telah menunjukkan bagaimana sebuah passion mengantarkan seorang Roni Gani yang hingga mampu mencapai sebuah kepastian hidupnya.

Kedua mataku tak berkedip ke layar kaca ketika menyaksikan bagaiman seorang Roni berucap" aku tidak akan menjadi apa-apa kalau terus menggeleti bidang ini(arsitek)". Ia tersadar dan menemukan passionnya ketika kuliah hampir selesai.

Net TV dalam acara Indonesia Morning Show berhasil menghadirkan sosok yang terus memupuk semangatku untuk tetap bertahan menjadi seorang penulis novel fiksi, dan itu tidak mudah.

Aku kagum dan salut dengan Roni, ia berani keluar dari zona nyaman dan menemukan passionnya.

Langkah yang diambil Roni membuatku tersadar, Ia juga sempat bekerja menjadi arsitek dan itu hanya bertahan sampai 6 bulan, uniknya di sela-sela kesibukannya menjalani pekerjaannya, ia masih meneruskan hobinya membuat gambar-gambar animasi.

Menurutku bekerja harus dengan passion, bila tidak mungkin hasilnya tidak akan maksimal.

Selamat Roni, Anda telah menemukan passion hidup.

Senin, 07 Juli 2014

Pagi di Purbalingga

BAB 
Lima 


Setelah melewati desa Kembaran (Bleng), Kalikajar, Merden, dan Bancar. Akhirnya jam lima pagi mereka sampai di pasar Purbalingga. Dagangan digelar tepat di bawah pohon chery. Tempat utama sudah penuh dengan para pedagang. Mereka lebih awal datangnya. Sholat Subuh mampu menenangkan mereka dari pertemuannya dengan dua orang maling.  

“Mbak Nara pesen tape dan tempe bongkreknya  sepuluh." Laki-laki berseragam mirip tentara memesan.”

" Baik Pak." 

Nara memasukan pesanan bapak berupa tape dan bongkrek ke dalam keranjang bambu. Bapak itu menerima dan membayarnya, lalu pergi dari hadapan Nara. 

Tempe bongkrek adalah makanan yang berasal dari ampas kelapa.  Memiliki warna hijau tua dan rasa yang gurih. Tempe ini dapat dikonsumsi dengan cara digoreng atau ditumis dengan teri-teri kecil ditambah  puluhan cabe merah yang dipotong kasar. Sedang Tape Singkong adalah makanan dari singkong yang telah difermentasi dengan bantuan ragi. 

Pagi di Purbalingga

BAB
Empat


Kaligondang 1972

Pukul tiga pagi wib. Nara, gadis muda asal desa Kaligondang tengah duduk di pos ronda di tepi jalan. Amat ganjil. Kebiasaan tak lazim. Nara berharap tak bertemu dengan para maling yang tergopoh-gopoh menanggul barang curian. Dulu ia pernah berkelahi dengan seorang maling. Dari perkelahiannya Nara mendapat luka sobek di daerah betis.

Nara menunggu Ibu Kinarsih, Ibunya Marko. Sahabat seperjuangan dan calon mertua. seorang sahabat juga calon Ibu mertuanya. Ibu Kinarsih berusia 50 tahunan. Dari desa Kaligondang keduanya akan menempuh perjalanan menuju pasar Purbalingga selama satu jam.

Sebuah rinjing berisi dagangan tergolek di sampingnya. Suara kentongan bernada doro muluk terdengar saling bersahutan memecah keheningan. Nara merasa lega. Sandi kentongan menunjukkan kalau keadaannya aman. 

Nara mendongak ke atas. Ribuan bintang menempel di langit. Rembulan sempurna bertengger di langit sana.

Sebuah bayangan muncul dari arah lain. Ibu Kinarsih berjalan sambil memanggul rinjing besar. Sampai di pos ronda, keringat bercucuran. Nara membantu Ibu Kinarsih menurunkan rinjing besar berisi barang dagangan dan beristirahat sejenak.

Jumat, 04 Juli 2014

Pagi di Purbalingga

BAB
Tiga


Sebulan ini Marko bekerja begitu semangat. Energinya berlipat ganda manakala bayangan pernikahan tinggal menunggu hari. Nara menjadi motivasi kuat pada diri Marko.

Marko pamit kepada mandor dan beberapa temannya. Narman dan Marko pulang satu arah, dan tetangga rumah. Tetapi, soal prinsip hidup sangat berbeda dengan Marko. Marko akan di beri kabar ketika proyek kembali ada proyek Langsung Mandor datang ke rumah atau kabar dari salah seorang teman.

Marko memasuki Alun-Alun Purbalingga bersamaan dengan azan asar berkumandang. Sepeda yang dikendarai Marko tampak oleng. Ternyata bannya bocor. Tepat di gerbang penjara Purbalingga. Marko menuntun sepedanya ke bengkel terdekat. Rezekinya tukang tambal ban. Pikir Marko. Gondok memang. Tetapi, semuanya sudah terjadi.Rumusnya: siap dengan hal yang kita sukai, dan siap dengan hal yang tidak kita sukai.

Penjara itu tampak misterius. Temboknya yang menjulang tinggi keatas. Sebuah mitos mengatakan kalau di dalam penjara ada kastil besar. Selain itu kerap terdengar suara aneh yang muncul dari dalam tanah. Apakah Jin Iprit yang sedang mengatur pasukan atau transaksi ilegal sedang terjadi.

Pemilik bengkel sepede itu seorang lelaki tua sekitar 50 tahun. Tubuhnya kekar. Sorot matanya tajam, dan gerak geriknya terlatih.

“ Ban sepeda saya kempes, bisa di tambal Pak?.” Kata Marko ringkas.

Pak tua mengangguk. Sorot matanya menakutkan. Aneh, Pak tua itu menambal ban sepedanya dengan tergesa-gesa. Marko agak ragu dengan pekerjaannya.

20 menit kemudian Pak tua selesai menambal ban sepeda. Di usianya yang tak muda lagi, lengannya masih berotot. Tanpa bantuan kacamata. Kedua kakinya memakai sepatu cats terawat. Sebuah Tato burung gagak terlihat pada pergelengan tangan ketika menyerahkan sepedanya kepada Marko. Marko ucapkan terimakasih dan pergi cepat-cepat pergi. Pak Tua itu, Tak begitu senang ketika Marko menatap terus tato Pak tua itu. Sementara Narman telah lama mendahuluinya, Farah yang ingin di tujunya setelah sampai di rumah. Hingga Ia menolak ajakan Marko untuk istirahat di bengkel Pak tua sejenak. 

Pukul sembilan malam Marko sampai di desa Kesamen. Setelah melintasi hutan bambu dan menuntun sepedanya di atas jembatan bambu.Marko seperti koboi kemalaman. Tubuhnya basah kuyup oleh keringat. Sepeda wangkring menyusuri jalanan setapak yang diapit oleh pohon singkong dan umbi-umbian. Nyanyian hewan malam terdengar jelas.

Sampai di halaman rumah, terlihat cahaya dari lampu teplok keluar dari celah-celah pagar bambu. Marko menarik nafas dalam-dalam setiap ingin mengetuk pintu. Kedua adiknya yang membukakan pintu di dampingi seorang Ibu yang tersenyum. Marko mengulurkan kantung plastik berisi jagung bakar yang dibelinya ketika memasuki desa Kesamen. Tiky dan Wiro langsung membuka dan makan dengan lahap. Selama Marko bekerja di Desa Kalimanah, Wiro menggantikan posisi sebagai kepala rumah tangga. Marko mencium punggung Ibunya, lalu beralih kepada kedua adiknya yang heboh dari tadi. Mereka adalah warna pada kehidupan Marko yang terus memberinya semangat.

Pagi di Purbalingga

Kalimanah 1972
Bab Dua

Kota Purbalingga masih terjebak musim kemarau panjang. Awal pagi udara masih dingin menusuk tulang. Sebagian penduduk masih mendengkur di peraduan dengan sejuta alasan.

Marko sudah bangun sebelum azan subuh. Penyakit malas bangun pagi menyergap sebagian penghuni bedeng. Para kuli masih mendengkur di balik selimut sekedarnya. Marko keluar dari bedeng untuk menyambut suasana pagi. Marko duduk di kursi rotan. Azan subuh berkumandang. 

Pukul enam pagi Marko sarapan dengan tempe mendoan. Salah satu makanan khas tradisoal masyarakat Purbalingga. Selesai sarapan Marko istrirahat sejenak. Setelah itu perjungan di mulai mendorong drum berisi minyak goreng dari jalan raya ke sebuah toko. Marko teringat teman-temannya yang berangkat menuju sekolah. Ada rasa iri melihat anak-anak berseragam putih biru hilir mudik bersepeda membelah kabut tipis di awal pagi. 

Marko tak bisa melanjutkan SMP. Kenyataan hidup harus dijalani dengan wajar. Hidup itu membutuhkan keseimbangan. Nasib itu hanya perlu waktu dan keberanian untuk merubahnya. Itulah prinsip hidup Marko.

Kamis, 03 Juli 2014

Pagi di Purbalingga

BAB 
Satu 

Marko duduk di bawah pohon Chery setelah menghabiskan sarapan pagi. Desas-desus tentang mahluk bawah tanah masih ramai dibicarakan. Warga Purbalingga selalu gelisah bila mendengar suara bising di bawah tanah. Mereka takut untuk menyelidikinya.

Tiga bulan yang lalu Marko melamar Nara. Tinggal menunggu hari pernikahan itu akan dilangsungkan dengan sederhana. Mereka berdua sudah sepakat. Tak ada hingar bingar musik yang memekakkan telinga. 

Farah merasa sakit hati ketika mendengar Marko ingin menikah. Beberapa kali ia ditolak cintanya  oleh Marko. Dendam kesumat merayapi seluruh jiwanya. Hal-hal burukpun terlintas dalam benaknya.

Marko lahir di desa Kesamen. Sebuah desa kecil setelah desa Kaligondang yang masih di bawah Kabupaten Purbalingga. Sebagian penduduk Kesamen berprofesi menjadi petani, Indrustri rumahaan seperti Tahu, Tempe, Tembikar, barang Gerabah,  dan sebagian menjadi guru. Kulitnya cokelat sawo, hidung besar, rambut bergelombang, berwajah keras, mata sayu agak sipit, dan tinggi 165 cm.