Jumat, 12 Desember 2014

Naroto VS Wiro Sableng

Bagian 2


"Guru Kakashi sebenarnya jurus apa yang di gunakan oleh orang berbaju putih itu. Rasanya aku tidak pernah melihat orang dengan kekuatan seperti itu."

" Aku tidak tahu Naruto, di konoha ini rasanya belum ada yang menguasai jurus aneh seperti itu."

" Bahkan nenek Sunade juga tidak bisa!" Naruto Panik

" Aku rasa begitu." Jawab Kakashi

" Andai saja masih ada guru Jiraiya, pasti tidak akan seperti ini." Naruto putus asa

" Ingat Naruto, apa yang kita hadapi bukan dari golongan Ninja, tetapi pendekar tanah jawa yang mumpuni soal pertarungan". sengit Kakashi

" Apa itu tanah jawa." Naruto penasaran.

" Tanah Jawa adalah terletak di antara kepualauan Indonesia, dimana di pulau Jawa banyak di lahirkan pendekar-pendekar tangguh yang tidak takut dengan kematian."

Selasa, 09 Desember 2014

GADIS MERAH SAGA

16


dengan perasaan tak menentu. Apa sebenarnya yang terjadi pada Nara hingga bisa masuk penjara.

Ku kayuh sepeda cepat-cepat seperti sedang di kejar anjing. Aku tak sabar lagi untuk bertemu dengan calon Ibu Mertua. Sekaligus ingin mengetahui apa rencana selanjutnya yang harus di lakukan. Tiky memegang pinggangku erat-erat agar tidak terpental karena aku mengendarai sepedaku seperti kerasukan Iblis setingkat Ifrit. Jin yang paling senior diantara jin-jin yang lain. Sementara cangkul ku sembunyikan di dalam gubuk dan ku samarkan dengan jenis daun tertentu yang mirip dengan kulit ular.

Hampir saja sepeda yang ku kendarai terprosok kesamak-semak berduri kalau saja Tiky tidak berteriak dari belakang. Aku seperti terkena efek dari ledakan mortir ketika mendengar berita penangkapan Nara. Pernikahan yang ku gadang-gadang tinggal 10 hari lagi harus tertunda dalam waktu yang tidak aku ketahui sampai kapan.

GADIS MERAH SAGA

15


Keringat membanjiri tubuhku yang tengah mencangkul kebun milik salah seorang tetanggaku di ujung Desa Kesamen. Kebun yang akan di tanami pohon Singkong letaknya 2 Kilo meter dari rumahku. Setelah tidak ada kabar tentang proyek yang ada di desa Kalimanah, Aku melakukan aktivitas apapun untuk bisa membantu keuangan Ibuku. Tak pernah Aku pilah-pilih dengan pekerjaan yang akan di tanganinya. Bila hasil yang di peroleh berstatus halal dan Thoyib, Aku akan bekerja dengan ke sungguhan hati. Ah, Aku hanya bersyukur karena bisa mengurangi beban Ibuku yang sudah tak bersuami lagi. Dengan pekerjaanku yang sekarang ini aku berharap dapat mengurangi kegelisahan Ibu yang akan melihat putranya melangsungkan pernikahan dengan beban biaya cukup banyak.

Matahari sudah tepat berada di ubun-ubun kepalaku yang berambut tebal. Aku bersyukur di beri kelebihan rambut mirip Jacky Chan sehingga terik matahari yang memanggang kepalaku bisa berkurang rasanya. Walapun aku sudah memakai Topi sebagai pelindung kepala, tetapi panasnya masih terasa di ubun-ubun kepalaku.

Aku membuat Gubuk lebar sebagai tempat berteduh. Di samping sebagai tempat untuk Sholat. Karena jarak Masjid dari kebun termasuk jauh. Kira-kira satu jam pulang pergi.

Siang makin terik. Ku putuskan untuk beristirahat sambil menikmati singkong rebus yang ku bawa dari rumah. Rasanya nikmat sekali. Teh dingin dari teko menambah rasa nikmat sampai ke ubun-ubun.

“ Mas Marko!.” Sebuah teriakan mengagetkanku yang tengah mengamati kebun habis di cangkul. Aku mencari sumber suara yang sangat ku kenal. Letakku termasuk di lembah yang di kelilingi oleh bukit-bukit kecil dengan semak-semak rendah membuatku mendongak ke atas melihat wujud sang pemanggil.

Aku melihat keatas bukit kecil yang di penuhi oleh pohon Pete Cina, Jambu Monyet dan semak-semak setinggi pinggang orang dewasa.

“ Ada apa Tiky!.” Aku berteriak karena hembusan angin dapat mengaburkan panggilanku.

“ Mba Nara Mas!.” Adikku menyebutkan sebuah nama yang sudah sangat ku kenal dalam sudut hatiku.

GADIS MERAH SAGA

14

“ Apakah Marko masih mencintai Nara bila kejadiannya seperti ini.” Ungkap Ibu Baroroh kepada Ibu Kinarsih.

“ Mba yakin kalau Marko bukanlah anak yang mencintai di kala senang saja, dia bukanlah tipe seperti itu.”

“ Sekarang kita temui saja Marko. Dan urusan pernikahan tetap kita harus pertahankan. Kita berusaha menjaga pernikahan anak kita tetap menjadi cita-cita kita bersama.” Bujuk Ibu Kinarsih kepada Baroroh.

Ibu Kinarsih menatap Ibu Baroroh dalam. Berusaha menjangkau pikiran dan hati seorang Ibu Baroroh sahabatnya itu. Ia pun mengangguk setuju.

Ibu Kinarsih merangkul sahabatnya itu untuk naik Delman Kang Dirman menuju ke rumahnya. Beban hati Ibu Baroroh menjadi sedikit lega karena merasa ada teman berbagi dalam permasalahan yang sedang melanda Nara.

“ Kang Dirman, kita pulang?.” Seru Bu Kinar. Kang Dirman langsung bangkit dari rebahan dan berjalan menuju ke Delman untuk melepaskan ikatan tali pada pohon jambu monyet.

Kang Dirman mulai menarik tali kekang Kuda dan memberi perintah lewat tali itu agar berjalan sedang mendekati cepat. Ketiganya mulai terbang dengan pikiran-pikiran sendiri. Kedua mata Bu Kinar dan Bu Bar melihat satu sudut tertentu dan mencoba menebak sendiri tentang masa depan anak-anaknya.

Jalanan terlihat mengepulkan debu-debu kecil sebentar lalu terbang terbawa oleh angin. Sepanjang jalan Kaligondang masih di tumbuhi oleh Pohon-pohon besar, sebagian masih di penuhi oleh hutan bambu yang lebat, Pohon Mahoni ,Sengon dan kebun singkong yang banyak tumbuh di pinggir jalan.

Jumat, 05 Desember 2014

GADIS MERAH SAGA

13


Tangan Kanan Ibu Baroroh melambai ke arah Ibu Kinarsih yang tengah duduk di atas Delman kang Dirman. Ibu Baroroh sudah menunggu cukup lama di pinggir jalan untuk mengatakan hal yang sangat membenani hati dan pikiran sekarang ini. Kendaraan Delman masih menjadi alast transpotasi warga Kaligondang dan sekitarnya untuk menuju ke pasar. Mobil Pikc Up hanya beberapa kali lewat di desa ini.

“ Kang Dirman berhenti dulu sebentar.” Perintah Ibu Kinarsih kepada Kang Dirman. Ibu Kinarsih melihat Ibu Baroroh dalam keadaan pucat dan sakit. Ibu Kinarsih buru-buru turun dari Delman dan mendekati Ibu Baroroh.

“Kang Dirman boleh Istirahat dulu sebentar di gardu pos itu?.” Bu Kinar memberi perintah kepada kang Dirman, karena melihat Ibu Baroroh sudah mendekatinya sambil tersenyum tegar. Sebuah pelukan hangat dapat dirasakan oleh Ibu Kinarsih.

Kang Dirman langsung menuju ke Gardu pos untuk beristirahat sambil rebahan. Delman Ia ikatkan ke pohon Jambu Monyet dan membiarkan kudanya beristirahat juga. Jambu monyet sangat lebat dan dahannya hampir menyentuh ke tanah. Kalau tak jeli melihatnya, delman Kang Dirman hampir-hampir tersembunyi. Pohon Jambu Monyet yang cukup aneh.

“Ada apa Roh?.” Ibu Kinarsih panik karena melihat Ibu Baroroh tampak cemas, pucat dan sakit.

“Baru kali ini Baroroh menghadang perjalanan pulangnya dari berdagang di pasar. Kalau tidak ada hal yang pelik yang ingin di sampaikan oleh mana mungkin dia berdiri sedari pagi menunguku di pinggir jalan.” Guman Ibu Kinarsih.

Ibu Baroroh belum menjawab. Malah pelukannya makin erat.

“ Nara, Mba Kinarsih.” Jawab Ibu Baroroh singkat. Sambil tersenyum gemetar, tegar, dan di paksakan.

GADIS MERAH SAGA

12

“ Walau Para lelaki seumuran kamu melamar bergantian, cintaku hanya untukmu. Hati ini akan setia sampai detik-detik kematian saya.” Ibu Baroroh kembali berkata sendirian sambil menitikkan air mata. “ Walau Para lelaki seumuran kamu melamar bergantian, cintaku hanya untukmu. Hati ini akan setia sampai detik-detik kematian saya.” Ibu Baroroh kembali berkata sendirian sambil menitikkan air mata.

Sejak kematian Rohman, suaminya. Ibu Baroroh kerap sekali bercermin. Seakan cermin itu adalah sosok dirinya sendiri yang telah hidup jauh sebelum dirinya hidup di dunia ini.

Ibu Baroroh keluar dari kamar dan memperhatikan kamar Gina yang sepi senyap tak ada kehidupan. Ia masuk sebentar dan memandangi isi ruangan kamar Nara yang sederhana tapi tertata rapi. Lampu teplok yang di pasang di dinding ruangan di biarkan menyinari kamar Nara yang hampa.

Ibu Baroroh menutup pintu kamar Nara pelan-pelan, seperti ada yang tercerabut dari hatinya. Diantara ketiga anaknya, Naralah yang paling di sayang olehnya. Perasaan kuat begitu melihat Nara tumbuh dewasa menjadi gadis Ayu yang menjadi incaran kumbang di desanya. Sama kuatnya ketika membayangkan wajah Nara yang ketakutan di bawah sergapan dingin dan kesendirian. Kedua anaknya yang lain, seakan tak mengerti kesedihan Ibunya serta terseok-seok menjalani hidupnya sehari-sehari. Walau bagai manapun hati kecil Ibu Baroroh tetap merindukan kedua anaknya yang merantau di negri orang.

Sebagai pelipur lara dan kesedihan, kedua tangannya sudah sibuk meracik kopi pahit sebagai teman di kala sendirian. Bau khas biji kopi yang di oleh secara tradisional membuat pikiran Ibu Baroroh sedikit terobati. Bau khas kopi yang baru di seduh seakan mempunyai daya magis tersendiri bagi pecinta kopi pahit.

GADIS MERAH SAGA

11


Suara Burung Hantu di dekat rumah Ibu Kinarsih terasa lebih menakutkan dari biasanya. Sepertinya burung Hantu tengah kehilangan pasangan hidupnya untuk selama-lamanya. Para pemburu telah membuat Burung itu menjadi Janda sendirian dengan dua orang anak yang masih kecil-kecil. Entah alasan apa yang membuat para pemburu itu tega menghabisi salah satu burung terunik di dunia, kabarnya untuk obat pereda sakit kepala. Salah satu alasan yang begitu klise dan terkesan di buat-buat.

Induk betina Burung Hantu itu terus menerus mengeluarkan suara. Terdengar suara makin memelas dan menahan kesedihan yang mendalam. Kesedihan itu juga melanda Hati Ibu Baroroh, betapa tidak anak gadis bungsunya tengah berada di balik tahanan yang dingin mencekam sendirian tanpa seorang teman. Ibu mana yang tidak merasakan kesedihan dan ketakutan bila mendapati anak gadis ternyata sedang mendekam di bawah tatapan mata polisi yang bringas.

Ibu Baroroh makin cemas dan takut bila sesuatu yang buruk akan menimpa Nara, putri bungsunya. Firasat seorang Ibu kepada anaknya biasnya tepat dan jujur. Kedua kelopak matanya sudah mulai bengkak akibat tangisan dari hati yang menyayat. Ibu Baroroh mengetahui kabar putrinya yang sedang mendekam di penjara dari seorang polisi baik hati bernama Saryo yang datang setelah Mahgrib dengan salah seorang temannya. Polisi Saryo dengan jelas menceritakan awal penangkapannya itu kepada Ibu Baroroh dengan pembawaan seorang polisi pada umumnya.

Ibu Baroroh sama sekali tak percaya kalau putrinya telah menjadi pengedar uang palsu. “Selama ini Nara hanya memegang uang pecahan lima ratusan dan ribuan, aku tak menjumpai satu lembar uang lembar dua apalagi lima puluh ribu. Apakah dia menyembunyikannya dariku.” Ibu Baroroh berucapa dalam hati.

GADIS MERAH SAGA

10

Laki-laki provokator itu meninggalkan keramaian sambil menyalakkan rokok Bentul Biru dengan penuh kemenangan. Dari wajah dan gaya bicaranya laki-laki itu bukan penduduk asli Purbalingga, ataupun wilayah Banyumas sekitarnya. Ada bekas cacar di wajahnya. Garis keras di wajahnya seakan menyiratkan perilaku yang menghalalkan segala cara demi segepok uang dan nafsu binatang sesaat.

Mobil Pick Up langsung membawa Nara menuju ke Kantor Polisi Purbalingga. Perasaan sedih jelas tergambar di wajahnya. Ia tak bisa membayangkan bagaiaman hancurnya perasaan Marko dan keluarganya. Satu yang lebih menyakitkan adalah kejadiaan penangakapan ini akan membawa dampak yang tidak baik bagi Desanya. Sementara Ibunya akan menanggung rasa malu yang tidak terkira kalau ternyata putrinya yang di banggakannya itu seorang pengedar uang palsu. Bayangan seperti itu terus berputar-putar dalam benak Nara.

Di dalam mobil Pick Up ia di kawal oleh Polisi Marno yang berwajah dingin dan kaku. Sementara Polisi Saryo terus mengawasinya. Reputasi jelek yang si sandang oleh Polisi Mano sudah di ketahuinya tetapi kenapa masih saja di tugaskan di kesatuannya. Rupanya Polisi Saryo sudah mengamati bertahun-tahun rekan kerjanya yang sudah melenceng dari etika kepolisian. Nara teringat dengan perkataan Guru Ngajinya di Musholla: “Kalau kalian sedang dalam kesulitan dan tekanan maka sebutlah nama Allah dan mohon pertolongan kepada-Nya dengan ikhlas dan tulus, niscaya akan ada kemudahan di sana.”

Nara mencoba menenangkan dirinya dengan berdoa dalam hati. Walaupun begitu sebagai seorang manusai rasa takut tetap terasa di dalam jiwa raganya. Nara mulai berdzkir untuk mengatasi kekalutan yang sedang melanda. Dan mengisi hatinya dengan Doa-doa mohon pertolongan kepada Allah Swt, penguasa langit dan bumi, penguasa yang telah menolong Pasukan Badar dari tekanan Quraisy yang penuh kebencian dan kedengkian tiada tara.

GADIS MERAH SAGA

9

Bakul berisi sisa dagangan segera di gendong di belakang punggungnya. Bakul tersebut di ikat dengan selendang batik berwarna coklat muda. Lalu membuat simpul diantara keduanya. Kemudian bergegas meninggalkan tempat dimana Ia berdagang.

Baru melangkah beberapa kaki, dua orang berseragam polisi mencegat dirinya. Wajah Nara langsung pucat pasi, lututnya gemetaran. Ia berusaha mengendalikan diri agar terbebas dari tuduhan apapun.

“ Anda yang bernama Nara Wina, saya mendapat laporan bulan lalu dari salah seorang pedagang kalau Mba pernah belanja dengan uang palsu. Apakah itu benar!.” Salah seorang polisi itu bertanya, sedang yang satunya mulai mengamati gerak-gerik Nara dengan teliti.

“ Ya, benar Pak. Tapi saya dapatkan juga dari seorang pembeli Pak?.” Nara menjawab pertanyaan polisi dengan gemeteran.

“Bohong kamu!, kalau Mba tidak jujur maka urusannnya bisa penjara. Katakan dimana Bos kamu hah!.” Gertak Polisi itu.

“ Benar Pak saya tidak tahu menahu tentang uang palsu itu.?.” Air mata Nara mulai meleleh, ia tak mengira kalau firasatnya benar-benar terjadi.

Seorang Polisi mulai menggeledah barang bawaan termasuk dompetnya. Jantungnya terasa mau copot, seluruh tubuhnya terasa lemas. Bayangan akan pesta pernikahan yang indah sirna begitu saja seiring dengan ketakutan yang mencengkram dirinya.

“ Ini Apa!,” gertak Polisi. Di tangan polisi itu ada segenggam duit baru yang kelihatan asli tetapi palsu.

GADIS MERAH SAGA

BAB 6

Memasuki bulan April 1972, hujan mulai sering turun memutus kemarau panjang. Suasana Pubalingga masih lengang di selimuti kabut pagi. Di samping itu langkanya barang BBM menjadikan mobil Pick Up jarang beroperasi, apalagi sampai masuk ke pedesaaan. Kalaupun ada hanya satu dua yang beroperasi dengan biaya sewa yang cukup mahal saat itu. Para pedagang tradisional seperti, pedagang sayuran, barang kelontong, dinding pagar anyaman bambu, kursi panjang dari bahan bambu, kayu bakar, kue putu, es mambo, dan pedagang lainnya lebih memilih jalan kaki ke Pasar untuk menghemat biaya perjalanan.

Suasana pasar pagi Purbalingga terlihat ramai, para pedagang masih setia untuk menunggu para pelanggan yang belum menghampirinya sampai lelah yang akan menghentikan aktivitas sementara mereka. Kondisi pasar tak sebecek bila kondisi cuaca sedang bagus, para pedagang berlindung di bawah pohon-pohon yang rindah sambil menggelar barang dagangannya. Sebagian bertempat di lapak-lapak yang di sediakan oleh Pemda setempat dengan iuran tetap bulanan.

Pukul 05:05 Wib. Di bawah pohon Cery yang sejuk, Nara Wina sedang menunggu para pelanggan yang ingin membeli barang dagangannya. Kali ini Ia berdagang sendirian, tak di temani oleh Bu Kinar.

Hatinya sedang berbunga-bunga pernikahan dengan Marko tinggal menghitung hari. Tepatnya 10 hari lagi peristiwa penting akan menjadi saksi kehidupannya bersama Marko. Segala sesuatu sudah di persiapkan dengan terencana walau sederhana.

Seorang laki-laki berjaket hitam menghampiri Nara yang sedang duduk di atas bangku kecil beralaskan plastik.

Ksatria Bintang

Lahir dari lingkungan tak berada
Memacu semangat yang tak henti-hentinya. Manyanyikan lagu kewaspadaan terhadap keputusasaan, kegetiran dan hinaan para tetangga
Suatu haru ia pergi menempuh jarak yang jauh. jauh dari peradaban yang merontokkan semangat, melucuti kepercayaan diri dan segepok kebencian yang tak mendasar

Perjalanan waktu terus merambat tak berhenti walau hanya untuk bergosip
Seorang pemuda yang tegar penuh perhatian dan persoalan yang selalu meninabobokan segenap perhatian
seharusnya tetangga tak berkata apa-apa terhadap kakakku yang melanjutkan sekolah

Ia pun menangis untuk menangisi nasib yang telah merenggut masa depannya
Rengkungan orang tua menjadikan ia tegar laksana gunung galunggun dan sekokoh tembok pertahanan
Ksatria lari dan melompat untuk menghadapi tantangan di Jakarta yang keras dan "barbar"

Di hatinya selalu ada bintang semangat dan meteor yang siap menerjang keputusasaan
Sujud di dalam malam-malam ke arah barat yang mengarah ke mekkah
seorang pemuda akan lahir dalam wujud yang lebih nyata dan menakjubkan

Kamis, 04 Desember 2014

Parameter

Sunyi adalah lambang keperkasaan bagi orang yang sedang di landa kegelisahan jiwa
Ia akan larut dalam noktah pekat dan gelap
Menjawab dunia adalah tantangan penuh kesiapan
Dunia adalah tempat berkarya untuk kegelapan yang tiada tara atau nyaman seperti surga
Lukisan cinta tak sebanding dengan nikmatnya aroma surga
Lihat bagaimana para pecinta surga menjalankan kehidupan
Tak ada kelicikan, menelikung dari belakang dan berbagai bentuk penghianatan

Para pecinta surga menikmati hidup seperti menghirup aroma surga
Cara, sikap, tutur kata, dan kerja-kerjanya adalah pecinta surga
Sifat manusiawi adalah menghuni surga
Tetapi kita perlu parameter
Cocok atau tidak itu adalah urusan Allah

Rabu, 03 Desember 2014

Perjalanan

Teriakan Ayah pada suatu hari mengagetkan sekaligus bersyukur, ia telah mengalami kemajuan pesat dalam hal berkomunikasi.

Ngambek adalah senjata utama baginya, sedikit saja melakukan kesalahan dianggap sebagai penyebab kegagalan yang berkepanjangan.

Semestinya berbuat adalah tindakan yang paling Absolut bagi perkembangan mental dan spiritul, dan ternyata semua individu yang bernyawa.

Aku tak mengerti semua ini harus terjadi, semuanya mungkin adalah bagian dari sebuah perjalan takdir manusia.

Perjalanan manusia akan tertawan bila tak mau keluar dari zona nyaman.
Keluarlah dari zona nyaman dengan berbagai cara.

Mendapat gaji perbulan lalu menganggap sebuah final adalah hal yang patut di curigai.
Peradaban membutuhkan perjalan yang tidak mudah.

Senin, 01 Desember 2014

Akkalon

Seragam Terpampang Keren di depan cermin
Menunggu siap untuk berangkat jalan
Sarapan mengganjang perut
Kerupuk dan ampas kelapa campur garam
siap merobek takdir yang memilukan

Senjataku adalah semangat untuk memulai
Cerita anak negeri yang haus perubahan
Merangkai nasib pada setiap helaian nafas
Melucuti setiap gelombang kemiskinan
Hingga kemiskinan menyerah dan bertekuk lutut tak bernyawa

Jendela adalah lambang harapan
Menerawang jauh menatap masa depan
Cerah, Semu, Jingga, Keruh, Putih, Merah adalah bagian dari perjalanan
Pada dasarnya muara bertumpu pada kemantapan hati
Seseorang telah membunuh karakterku yang paling polos lugu dan tak berwibawa

Dari desa ke kota
Aku melompat menerjang badai dan bah tsunami Jakarta
Aku memutus langkah keputusasaan
Menebar bintang dalam setiap tatapan
Aku AKKALON
AKKALON
Anak Kaligondang Kulon

(Sebuah Puisi Lepas)

Selasa, 16 September 2014

Gadis Pendiam

Mataku panas
Keringatku mulai bercucuran
Setidaknya untuk kali ini aku dapat menahan rasa malu
Mataku mulai rabun
Ternyata Matematiku untuk otakku tidak semudah meminum air
Aku diam sejenak lalu diam hanya memandang papan tulis berwarna hitam
Tanganku mulai berkeringat memegang kapur tulis
Aku hanya memandangi angka yang tidak pernah berubah
Melebar pupil mataku
Sejenak aku bernafas, tetapi aku seperti tidak bernafas

Guru yang berkata demikian
Husss
Bisa mengerjakan tidak...
Aku diam...
Mukaku terasa panas
Lututku sedingin es
Aku tak berani menatap kebelakang
Aku tak berani menatap teman-temanku di belakang

Duduk!!!
Aku kaget
Kapur tulis di tanganku nyaris terjatuh
Gadis pendiam itu
Menggantikanku
Aku malu teramat malu, runtuh sudah mental hidupku
Aku laki-laku yang tak pandai matematika
Gadis pendiam itu
Gadis yang sangat kharismatik
Aku pun Respek
Atau ada perasaan lain


(Sebuah Puisi Lepas )

Rabu, 10 September 2014

Dialog Kecil

Kambing dan Halikopter siang itu lapangan yang di kelilingi oleh pohon bambu terasa nyaman. Diun seorang penggembala kambing tengah gundah karena akan berpisah dengan kambing peliharaannya. Somplang, Edi, dan Slamet tengah tekun mendengarkan ceritanya. " Met gimana nasib kambing saya." " udah relain aja, kambing bandot aja." " Tapi aku masih sayang banget sama ni kambing." " Kamu lebih sayang mana kambing atau kakak kamu yang ingin pergi ke Batam." Edi menambahkan. sementara Somplang melihat dan mendengar. Anak kecil itu terlalu kecil untuk bisa menilai apakah yang di maksud dengan rasa kehilangan. " Lang kenapa diam saja." " Kamu lapar." Edi pura-pura nanya. " Andai saja saya punya pesawat." Diun lemah berkata " Buat apa." Slamet bertanya. " Saya pasti akan bawa pakai pesawat ke suatu tempat. 

Dialog kecil diatas adalah potret tentang kegamangan dalam mengahadapi hidup, antara menurunkan ego untuk mengalah atau mengumbar harapan yang menyempitkan akal. Hadapai kenyataan dan kreatiflah dalam memaknai hidup yang terlalu "simple."

Selasa, 09 September 2014

Lomba

Nafasku terengah-engah
Walau Lomba belum mulai
Di sana ada gundukan batu yang harus aku pindahkan ke sisi lainnya
Jika aku dapat memindahkan dengan catatan waktu terbaik, maka aku bisa bertanding pada pertandingan berikutnya

aku sempat kaget
Sebelum memungut batu, seluruh baju di buka hanya tinggal kaos dalam, ini berlaku untuk semua pesaing di sampingku
beberapa saat kemudian

Priiiiiit

Aku berlari seperti angin
mencoba sekuat tenaga untuk bisa sampai ke gundukan batu lebih awal
Nafasku makin memburu, aku bisa memastikan lebih unggul beberapa detik dari kawanku di belakang
Ya semua peserta adalah kawanku
Hanya kali ini siapa yang paling cepat

tanganku dengan cekatan mengambil batu satu persatu lalu lari dengan kecepatan tinggi
Hanya tepukan dari kawanku yang baik, beberapa mungkin sinis melihatnya
Si Chu Eng ternyata bisa lari dengan cepat
Seluruh gundukan batu berhasil ku pindahkan dengan catatan tercepat
Nafasku mulai mereda saat aku berhasil menjadi kandidat pemenang
Di sana wajah-wajah kecewa tergambar jelas
Sejenak aku beristirahat
Aku mengguyur kepalaku dengan air untuk mendinginkan ketegangan
aku masuk kelas dan dan melihat siapa saja yang lolos ke babak berikutnya

Tidak ada papan nama yang mencatat namaku di sana
Yang Jelas guru kelas lain mencatat dalam kertasnya
Aku penasaran siapa selanjutnya lawanku

Tiga gadis berteriak semangat
Ketika wajahku terlihat dari balik jendela kelas
Chu Eng!!!
senyumnya manis juga ya...


(Sebuah Puisi Lepas)

Jumat, 29 Agustus 2014

Harapan

Harapan itu kapas yang lembut dan air yang jernih, ia akan hadir pada tepat waktunya. Manusia senantiasa berharap sesuai dengan keinginan. Tetapi ada tangan Allah yang selalu menggoreskan takdirnya.

Menanti-nanti penantian yang tidak pastipun kadang manusia masih saja berharap, bila belahan jiwa entah dimana, padahal berita di TV menyebutkan belahan jiwanya menjadi salah satu korban jatuhnya pesawat.

Tetapi mereka tidak menyerah, meraka terus saja menanti harapan akan kehidupan setelah belahan jiwa meninggal, cahaya harapan akan terus menyinari langkah-langkah mereka yang tegap dengan kepala tegak.

Harapan itu akan terus mengalir dengan rasa yang sejuk dan damai.

Penantian yang akan menjadikan mereka kuat laksana gunung yang kokoh.

Aku ingin membasuh luka hatimu yang tengah menganga, agar tertutup kembali.

Aku ingin manjadi sesuatu yang bercahaya agar luka hatimu cepat mengering.

Cepat sembuh dan berjalan, karena harapan itu masih ada.

Berjuanglah saudaraku agar cintamu seluas samudera

Kamis, 17 Juli 2014

GADIS MERAH SAGA

7


“ Sebaiknya Nara saja yang nentuin tanggalnya.” Aku berkilah sambil memandang lekat-lekat wajah Nara yang bersih itu.

Nara pun menatap wajah Marko untuk beberapa detik dan selanjutnya keduanya terpaku layaknya mendapat instruksi dari juru foto yang ingin mengambil gambar.

“ Lho, malah main lempar begitu, ayo Nara katanya kamu sudah dapat tanggal dan bulan jauh sebelum mereka kemari.” Ledek Ibu Baroroh.

Nara merenung sejenak. “Bagaimana kalau tanggal 10 April.” Usul Nara kepada mereka yang hadir.

“ Ya aku setuju, ide bagus.” Kataku sambil memandang wajah Nara. Disusul dengan nada yang sama oleh Ibu Kinarsih dan Ibu Barorh.

Kompak mereka berkomentar. “Aminnnnnn?” Suasana syahdu itu benar-benar terasa walau tak ada jamuan makan yang mewah.

Selasa, 08 Juli 2014

GADIS MERAH SAGA

6


Nara berjalan pulang sehabis ngaji dengan gadis manis bernama Anismara yang sudah sejak kecil di kenalnya. Keduanya mengaji di Mushola yang letaknya cukup jauh dari rumah. Anis membawa senter untuk menerangi jalan-jalan yang gelap. Anis dari anak orang kaya, tetapi rumah tangganya di ambang kehancuran. Anis sering mengeluhkan hal ini kepada Nara. Cahaya senternya kelihatan seperti lampu sorot pada menara pengawas kapal-kapal besar. Setelah berpisah dari Anis karena rumahnya berlainan. Nara teringat akan janji Ibu Kinarsih yang akan berkunjung ke rumahnya. Tak terasa satu pekan sudah berlalu. Hati Nara dag-dig-dug setiap Ibu Kinarsih berkujung ke rumahnya.

Nara sudah sampai di depan rumah. Langkahnya terhenti sebentar, jantungnya berdebar-debar. Ia tak mengerti kenapa perasaannya begitu tegang dan sikapnya tiba-tiba gugup dan sedikit cemas. “Apakah gara-gara Aku di tuduh mengedarkan uang palsu atau ada hal lain yang lebih mengerikan yang akan terjadi.” Guman Nara akhir-akhir ini.

Ia berfikir sejenak. Berdiri mematung, seperti sedang bersemedi. “Ya Allah.... malam ini kan, Ibu Kinarsih kan mau berkunjung ke rumah. Kenapa saya jadi pikun begini, padahal baru saja memikirkan hal itu. Pertanda apakah ini?” Nara memukul jidatnya sendiri, kode bahwa ia memang di landa sifat pelupa akhir-akhir ini. Nara lupa kalau pekan ini Ibu Kinarsih akan bertamu ke rumahnya.

Passion

7 juli 2014 aku begitu bersemangat karena Net TV dalam acara Indonesia MOrning Show telah menunjukkan bagaimana sebuah passion mengantarkan seorang Roni Gani yang hingga mampu mencapai sebuah kepastian hidupnya.

Kedua mataku tak berkedip ke layar kaca ketika menyaksikan bagaiman seorang Roni berucap" aku tidak akan menjadi apa-apa kalau terus menggeleti bidang ini(arsitek)". Ia tersadar dan menemukan passionnya ketika kuliah hampir selesai.

Net TV dalam acara Indonesia Morning Show berhasil menghadirkan sosok yang terus memupuk semangatku untuk tetap bertahan menjadi seorang penulis novel fiksi, dan itu tidak mudah.

Aku kagum dan salut dengan Roni, ia berani keluar dari zona nyaman dan menemukan passionnya.

Langkah yang diambil Roni membuatku tersadar, Ia juga sempat bekerja menjadi arsitek dan itu hanya bertahan sampai 6 bulan, uniknya di sela-sela kesibukannya menjalani pekerjaannya, ia masih meneruskan hobinya membuat gambar-gambar animasi.

Menurutku bekerja harus dengan passion, bila tidak mungkin hasilnya tidak akan maksimal.

Selamat Roni, Anda telah menemukan passion hidup.

Senin, 07 Juli 2014

Pagi di Purbalingga

BAB 
Lima 


Setelah melewati desa Kembaran (Bleng), Kalikajar, Merden, dan Bancar. Akhirnya jam lima pagi mereka sampai di pasar Purbalingga. Dagangan digelar tepat di bawah pohon chery. Tempat utama sudah penuh dengan para pedagang. Mereka lebih awal datangnya. Sholat Subuh mampu menenangkan mereka dari pertemuannya dengan dua orang maling.  

“Mbak Nara pesen tape dan tempe bongkreknya  sepuluh." Laki-laki berseragam mirip tentara memesan.”

" Baik Pak." 

Nara memasukan pesanan bapak berupa tape dan bongkrek ke dalam keranjang bambu. Bapak itu menerima dan membayarnya, lalu pergi dari hadapan Nara. 

Tempe bongkrek adalah makanan yang berasal dari ampas kelapa.  Memiliki warna hijau tua dan rasa yang gurih. Tempe ini dapat dikonsumsi dengan cara digoreng atau ditumis dengan teri-teri kecil ditambah  puluhan cabe merah yang dipotong kasar. Sedang Tape Singkong adalah makanan dari singkong yang telah difermentasi dengan bantuan ragi. 

Pagi di Purbalingga

BAB
Empat


Kaligondang 1972

Pukul tiga pagi wib. Nara, gadis muda asal desa Kaligondang tengah duduk di pos ronda di tepi jalan. Amat ganjil. Kebiasaan tak lazim. Nara berharap tak bertemu dengan para maling yang tergopoh-gopoh menanggul barang curian. Dulu ia pernah berkelahi dengan seorang maling. Dari perkelahiannya Nara mendapat luka sobek di daerah betis.

Nara menunggu Ibu Kinarsih, Ibunya Marko. Sahabat seperjuangan dan calon mertua. seorang sahabat juga calon Ibu mertuanya. Ibu Kinarsih berusia 50 tahunan. Dari desa Kaligondang keduanya akan menempuh perjalanan menuju pasar Purbalingga selama satu jam.

Sebuah rinjing berisi dagangan tergolek di sampingnya. Suara kentongan bernada doro muluk terdengar saling bersahutan memecah keheningan. Nara merasa lega. Sandi kentongan menunjukkan kalau keadaannya aman. 

Nara mendongak ke atas. Ribuan bintang menempel di langit. Rembulan sempurna bertengger di langit sana.

Sebuah bayangan muncul dari arah lain. Ibu Kinarsih berjalan sambil memanggul rinjing besar. Sampai di pos ronda, keringat bercucuran. Nara membantu Ibu Kinarsih menurunkan rinjing besar berisi barang dagangan dan beristirahat sejenak.

Jumat, 04 Juli 2014

Pagi di Purbalingga

BAB
Tiga


Sebulan ini Marko bekerja begitu semangat. Energinya berlipat ganda manakala bayangan pernikahan tinggal menunggu hari. Nara menjadi motivasi kuat pada diri Marko.

Marko pamit kepada mandor dan beberapa temannya. Narman dan Marko pulang satu arah, dan tetangga rumah. Tetapi, soal prinsip hidup sangat berbeda dengan Marko. Marko akan di beri kabar ketika proyek kembali ada proyek Langsung Mandor datang ke rumah atau kabar dari salah seorang teman.

Marko memasuki Alun-Alun Purbalingga bersamaan dengan azan asar berkumandang. Sepeda yang dikendarai Marko tampak oleng. Ternyata bannya bocor. Tepat di gerbang penjara Purbalingga. Marko menuntun sepedanya ke bengkel terdekat. Rezekinya tukang tambal ban. Pikir Marko. Gondok memang. Tetapi, semuanya sudah terjadi.Rumusnya: siap dengan hal yang kita sukai, dan siap dengan hal yang tidak kita sukai.

Penjara itu tampak misterius. Temboknya yang menjulang tinggi keatas. Sebuah mitos mengatakan kalau di dalam penjara ada kastil besar. Selain itu kerap terdengar suara aneh yang muncul dari dalam tanah. Apakah Jin Iprit yang sedang mengatur pasukan atau transaksi ilegal sedang terjadi.

Pemilik bengkel sepede itu seorang lelaki tua sekitar 50 tahun. Tubuhnya kekar. Sorot matanya tajam, dan gerak geriknya terlatih.

“ Ban sepeda saya kempes, bisa di tambal Pak?.” Kata Marko ringkas.

Pak tua mengangguk. Sorot matanya menakutkan. Aneh, Pak tua itu menambal ban sepedanya dengan tergesa-gesa. Marko agak ragu dengan pekerjaannya.

20 menit kemudian Pak tua selesai menambal ban sepeda. Di usianya yang tak muda lagi, lengannya masih berotot. Tanpa bantuan kacamata. Kedua kakinya memakai sepatu cats terawat. Sebuah Tato burung gagak terlihat pada pergelengan tangan ketika menyerahkan sepedanya kepada Marko. Marko ucapkan terimakasih dan pergi cepat-cepat pergi. Pak Tua itu, Tak begitu senang ketika Marko menatap terus tato Pak tua itu. Sementara Narman telah lama mendahuluinya, Farah yang ingin di tujunya setelah sampai di rumah. Hingga Ia menolak ajakan Marko untuk istirahat di bengkel Pak tua sejenak. 

Pukul sembilan malam Marko sampai di desa Kesamen. Setelah melintasi hutan bambu dan menuntun sepedanya di atas jembatan bambu.Marko seperti koboi kemalaman. Tubuhnya basah kuyup oleh keringat. Sepeda wangkring menyusuri jalanan setapak yang diapit oleh pohon singkong dan umbi-umbian. Nyanyian hewan malam terdengar jelas.

Sampai di halaman rumah, terlihat cahaya dari lampu teplok keluar dari celah-celah pagar bambu. Marko menarik nafas dalam-dalam setiap ingin mengetuk pintu. Kedua adiknya yang membukakan pintu di dampingi seorang Ibu yang tersenyum. Marko mengulurkan kantung plastik berisi jagung bakar yang dibelinya ketika memasuki desa Kesamen. Tiky dan Wiro langsung membuka dan makan dengan lahap. Selama Marko bekerja di Desa Kalimanah, Wiro menggantikan posisi sebagai kepala rumah tangga. Marko mencium punggung Ibunya, lalu beralih kepada kedua adiknya yang heboh dari tadi. Mereka adalah warna pada kehidupan Marko yang terus memberinya semangat.

Pagi di Purbalingga

Kalimanah 1972
Bab Dua

Kota Purbalingga masih terjebak musim kemarau panjang. Awal pagi udara masih dingin menusuk tulang. Sebagian penduduk masih mendengkur di peraduan dengan sejuta alasan.

Marko sudah bangun sebelum azan subuh. Penyakit malas bangun pagi menyergap sebagian penghuni bedeng. Para kuli masih mendengkur di balik selimut sekedarnya. Marko keluar dari bedeng untuk menyambut suasana pagi. Marko duduk di kursi rotan. Azan subuh berkumandang. 

Pukul enam pagi Marko sarapan dengan tempe mendoan. Salah satu makanan khas tradisoal masyarakat Purbalingga. Selesai sarapan Marko istrirahat sejenak. Setelah itu perjungan di mulai mendorong drum berisi minyak goreng dari jalan raya ke sebuah toko. Marko teringat teman-temannya yang berangkat menuju sekolah. Ada rasa iri melihat anak-anak berseragam putih biru hilir mudik bersepeda membelah kabut tipis di awal pagi. 

Marko tak bisa melanjutkan SMP. Kenyataan hidup harus dijalani dengan wajar. Hidup itu membutuhkan keseimbangan. Nasib itu hanya perlu waktu dan keberanian untuk merubahnya. Itulah prinsip hidup Marko.

Kamis, 03 Juli 2014

Pagi di Purbalingga

BAB 
Satu 

Marko duduk di bawah pohon Chery setelah menghabiskan sarapan pagi. Desas-desus tentang mahluk bawah tanah masih ramai dibicarakan. Warga Purbalingga selalu gelisah bila mendengar suara bising di bawah tanah. Mereka takut untuk menyelidikinya.

Tiga bulan yang lalu Marko melamar Nara. Tinggal menunggu hari pernikahan itu akan dilangsungkan dengan sederhana. Mereka berdua sudah sepakat. Tak ada hingar bingar musik yang memekakkan telinga. 

Farah merasa sakit hati ketika mendengar Marko ingin menikah. Beberapa kali ia ditolak cintanya  oleh Marko. Dendam kesumat merayapi seluruh jiwanya. Hal-hal burukpun terlintas dalam benaknya.

Marko lahir di desa Kesamen. Sebuah desa kecil setelah desa Kaligondang yang masih di bawah Kabupaten Purbalingga. Sebagian penduduk Kesamen berprofesi menjadi petani, Indrustri rumahaan seperti Tahu, Tempe, Tembikar, barang Gerabah,  dan sebagian menjadi guru. Kulitnya cokelat sawo, hidung besar, rambut bergelombang, berwajah keras, mata sayu agak sipit, dan tinggi 165 cm.

Jumat, 13 Juni 2014

Hening

Saat hidup ini kita tidak punya cara untuk membagi perasaan yang sedang membuncah, entah itu perasaan sedih atau senang

Yang jelas di dalam hening kita akan menemukan sesuatu yang indah dan menyenangkan

Hening juga akan membatasi antara sesuatu yang tidak kasat mata dengan yang dapat dilihat oleh mata
Rumah adalah salah satu tempat hening untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat

Aku dan kamu adalah pernah bersemayam dalam rahim yang hening
Entahlah,,,padahal hidup ini hanya sementara
Jelaskan pada dunia, ada keheningan yang akan mengantarkan kita pada corak pandang yang jelas-jelas dapat di mengerti oleh semua orang


Hening dapat mengantarkan sesuatu yang buruk yang mungkin bisa terjadi kapan dan di mana saja

Hening adalah mahluk Tuhan yang akan terus hidup sampai keheningan memecah keheningan

Selasa, 10 Juni 2014

I Have Dream

Aku berani bermimpi karena aku tahu di ujung sana ada cahaya yang lebih hebat dari cahaya matahari dan bulan

Lebih hebat dari cahaya dari tukang las yang seharian berpeluh keringat dan bau besi yang tajam

Mimpi itu membuatku menjadi lebih percaya diri ketika kelesuan menerpa pikiran dan catatan buruk setiap prilaku yang menerpa diriku

Mimpi itu terus menombak dari jarak dekat kearah passion yang telah mendidih, lalu memanah otakku yang telah dipenuhi dengan ide-ide liar tentang dunia Novel fiksi

Mimpi akan membuat penduduk langit dan bumi bertasbih karena tulisan yang akan ku buat nantinya

Mimpiku akan menerangi tahta Hollywood dengan cahaya yang lebih indah

Mimpiku akan terus hidup dan bercokol dalam alam bawah sadarku

Akan ku penuhi setiap toko buku dengan Novel-novel yang bukan remeh temeh

Semoga... Allah bersama denganku

Jumat, 23 Mei 2014

Hidup Itu...

Berpikir membuat pikiran kita menjadi lebih sehat dan teruji
Sehat berpikir adalah akal yang tajam dan penuh ketelitian
Ketelitian adalah hasil jatuh bangun yang bertubi-tubi
Adakalanya orang yang sangat teliti bisa terjatuh pada lubang yang sama, padahal dia tipe orang yang sangat teliti
Orang yang ceroboh bisa menjadi sangat teliti manakala halangan dan rintangan semakin mudah untuk diatasi

Orang menjadi kuat karena kekuatan atau kelembutan
Abu Bakar ra, bisa menjadi sangat murka padahal sahabat nabi ini punya perangai yang lembut bagai kapas
Umar Bin Khattab ra bisa sangat lembut manakala kebenaran menghampirinya, padahal beliau tipikal orang yang sangat tegas dan kokoh pendirian
Menilai orang juga harus proposional
Tidak gampang menuduh juga tidak gampah terpedaya

Hasil pengalaman hidup menjadi kita semakin sehat untuk menilai dan mengukur seseorang
Jaminan kekuatan hidup adalah mengukur diri pada tingkat yang sadar sesadar-sadarnya
Tidak menaruh kejelekan pada diri kita sendiri
Tidak juga jumawa merendahkan orang lain
Hidup itu ada dua kekuatan
Kekuatan Allah
Kekuatan Manusia
Kekuatan pencipta
Kekuatan yang di ciptakan

Selasa, 20 Mei 2014

Langkah

Ketika berjalan adalah keputusan untuk sebuah perubahan
Langkah yang selalu berujung pada taruhan harga diri yang terlibas oleh ketololan perasaan
Lalu kemana langkah yang selalu gagah menerjang apa saja yang lewat tanpa perasaan bersalah
Aku sendiri selalu merasa di persimpangan jalan yang ternnyata menghantarkanku pada klimaks yang tidak menyenangkan

Berbaur adalah cara yang mudah untuk merasakan penderitaan setiap langkah yang berujung pada penciptaan perasaan yang baru
Lingkungan adalah langkah yang menjadikan perasaan mudah untuk di cerna
Selanjutnya adalah bagaimana mencerna apakah langkah berujung pada jarak tembak yang tepat

Langkah adalah derajat bagi orang-orang yang selalu berpikir untuk masa depan yang lebih baik
Langkah juga adalah jejak rekam hidup yang akan terasa sampai ke anak cucu
Sampai kaki kita melepuh karena perjalanan yang terlalu lama dan menjemukan
Langkah untuk menyatakan diri sebagai penyabab semua hal yang berbau pada ambisi dan target pribadi

Untuk melawan kodrat manusia adalah dengan cara melangkah sejauh mungkin sekuat mungkin
Cita-cita adalah langkah awal untuk menerobos pertahanan yang rapuh
Passion adalah kekuatan dahsyat yang tak terbendung oleh udara, air, tanah dan api
Langkah adalah passion itu sendiri
Passion tanpa langkah adalah hal yang semu yang akan menggerus perjalanan yang sudah terlampau jauh
Passion juga yang akan menuntun untuk terus berbuat dan berbakti pada kebaikan dan keutuhan rasa

Hidup adalah Passion

Hidup kadang menyebalkan seperti baju bersih yang jatuh kedalam lumpur yang kotor
Ia senantiasa memompa rasa tak menyenangkan untuk setiap detiknya

Kadang Hidup seperti bola kristal yang memberitakan tentang keajaiban-keajaiban
Atau Perjalanan pulang kampung yang sangat mendebarkan hati para penikmat mudik yang bekelana mencari penyambung nyawa

Hidup tanpa passion seringkali mendoktrin kita secara tidak sadar untuk melakukan aktivitas yang kita sendiri tidak menyenangi secara psikologis

Hidup adalah anugerah yang harus kita nikmati walau terasa sangat membosankan dan menyebalkan bagi orang yang tidak tahu passion mereka kemana

Selama ini ternyata aku memenuhi kegiatanku dengan tanpa perasaan yang menyenangkan
Bahkan kadang-kadang aku melalui dengan loncatan yang tidak terlalu bagus lalu kemudian aku vermak seolah menjadi sesuatu yang besar dan prestisius

Kadang juga aku berlindung di balik jubah image yang seolah-oleh melekat padaku, padahal aku sama sekali jauh dari image yang orang bayangkan

Menjadikan hidup yang menyenangkan dengan bekerja tanpa perasaan tertekan adalah cita-cita setiap orang yang menginginkan hidup bahagia tanpa merasa ada yang mengusiknya sesaat
Adalah kewajiban setiap orang untuk mencarinya dengan cara yang baik dan terbaik

Hidup kadangkala mengecewakan bagi perasaan yang telah dirundung kecemasan pada tiap tarikan nafasnya
Sejatinya ada di sana kehidupan yang tak kalah menyenangkan bila passion selalu hadir pada tiap lini kehidupan

Senin, 19 Mei 2014

Tanpa Passion

Aku berangkat dari himpitan yang tak berkesudahan
selalu hadir yang tak pernah ku duga sekalipun
Aku tak pernah menyangka pada usiaku yang menginjak ke tiga puluh
menemukan sebuah kenyataan yang mencengangkan pikiran masa depan

Sering kali yang ku temukan adalah warna lain yang menyesakkan dada
Kebaradaanku mengagetkan nurani yang telah membantu
Aku hidup dan beraktivitas tanpa nyawa yang ku genggam
Aku melangkah seringkali tak terbingaki semangat yang menggelora
Aku hanya memenuhi hidup yang membosankan

Aku bekerja tanpa Passion yang menyala
AKu seringakali menemukan kejenuhan pada setiap yang kulalukan
Menghantarkan kupada kemalasan yang tak berkesudahan
Membolos adalah kata yang tepat untukku yang bekerja tanpa passion
Kini hari-hariku sangat menjemukan
Setiap nafas adalah bete yang tak berkesudahan

Perangai Cinta

Orang macam-macam jenis karakter hinggap pada lingkungan sekitar
Menjadi pribadi yang selalu menyenangkan karakter buruk adalah kebusukan yang nyata
Hutan bukan juga solusi yang tepat untuk meloloskan diri dari sergapan lingkungan yang bobrok sekalipun atu melarikan diri dari kenyataan yang sedang terjadi

Pindah adalah kenyataan yang memang menyakitkan untuk dirasa pada tiap awal permulaan Tapi cinta adalah kekuatan yang mengharuskan untuk berbuat sesuatu untuk kebaikan di masa yang akan datang
kekuatan cinta tak kan pernah memisahkan tekad yang sudah bulat seperti adukan semen yang keras
Inilah perangai cinta yang selalu di agungkan oleh para pejuang yang tak gentar oleh kematian yang seringkali menciutkan nyali

Padahal cinta adalah sempurna untuk meninabobokan asmara yang meledak-ledak oleh lahar yang panas
kekuatan cinta selalu menebarkan aroma pada jejak yang palsu sekalipun
Indahnya memandang cinta sebagai bagian dari perjuangan yang tak pernah melelahakan raga dan jiwa
Perangai cinta akan selalu mempesona dan menyihir pada detik yang menegangkan

Rabu, 14 Mei 2014

Dua Kekuatan Hidup

Hidup Itu ternyata tidak segarang yang kita bayangkan.

Hidup itu menyenangkan dan mengenyangkan. Setidaknya ada dua kekuatan yang membuat kita bisa menghadapi segala macam resiko dan goncangan hidup.

Kekuatan pertama adalah, tidak semua orang suka dan menyukai apa yang kita putuskan, dan yang kita lakukan. Posisi di mana kita berada adalah yang paling menentukan seberapa besar jarak tembak bagi musuh untuk selalu menebar desas-desus tentang kepribadian kita.

Jawaban dari permasalahan untuk masalah tersebut adalah: Siapakan kondisi mental dan fikiran agar tidak terjebak dalam pikiran untuk stag dalam perjalanan kehidupan.Kedua, adalah lakukan yang paling mudah untuk bisa membuat standar dengan permasalahan yang langsung bermuara pada sang Pencipta.

Kekuatan kedua adalah, Gunakan senjata yang paling ampuh untuk membungkam semua permasalahan yang ada adalah dengan membuktikan bukti seterang-terangnya agar kita bisa melampuai seberat apapun masalah yang kita hadapi.

Show Must Go On adalah cara terbaik sebagai peluru untuk terus berbuat dan memberikan pencerahan setidaknya bagi pribadi kita, agar mampu melompat lebih tinggi dan menunjukkan karya yang nyata buah hasil dari Passion yang benar-benar berkobar.

Rabu, 23 April 2014

Ayah

Ayah, aku ingin memelukmu

Pagi buta pergi ke sawah yang bukan miliknya sendiri,menggunakan sepeda jengky hijau yang di beli dua kali mencicil pada sebuah toko di purbalingga
Menggunakan caping yang cokelat lusuh terbakar matahari, mengayuh sepeda melintasi jalanan yang hening. Ku tatap punggungnya yang masih kekar dan berotot
Tangan Ayah mulai bergelut dengan lumpur menyaingi rumput yang liar dan tak pernah lelah mengenal waktu untuk tumbuh sepanjang desahan angin dan embun yang terus menetes sampai ke akar
Matahari mulai membakar dengan kelenturan yang terjaga, sehingga mampu menghidupkan apa saja yang perlu tumbuh dan berkembang hingga menjalar sampai ke bintang
Ayah tak kenal usia untuk terus tumbuh dan menjaga semangat agar anak-anaknya terus tumbuh dan berkembang
Ayah kunantikan segenap jiwa untuk terus menatap dengan jiwa dan cinta membara
Agar semuanya tak pernah lekang walau tatapan kelak redup di makan zaman dan takdir

Ayah mengapa tak pernah ku lihat engkau menangis, apakah engkau sekuat Umar bin Khattab dalam memaknai kehidupan. Sahabat umar saja bisa menangis bila mengingat masa jahiliyahnya
Peluh sering ku lihat melepuh melewati alis yang tebal dan hitam. Alis itu akan berirama manakala bingung tengah melanda isi pikiranmu
Ayah aku ingin memelukmu dalam balutan baju putih ihram dan melepas engkau masuk ke dalam burung besi yang gagah itu
Kesempatan itu akan indah bila engkau tersenyum dalam balutan baju ihram yang elegan itu
Ayah... Ayah...aku ingin melihatmu tesenyum tenang dan damai, setelah "pertempuran" yang melelahkan

Kamis, 17 April 2014

Mahluk dari Hujan

Bagian 
Keempat 

Babeng dan seorang prajurit berlari ke arah pemukiman penduduk yang berada di tengah lembah. sekeliling lembah dipenuhi oleh hutan pinus yang lebat. jeritan dan ketakutan warga tampak jelas. Babeng meloncat dari atas bukit, lalu menerjang punggung kerbau jantang yang sedang mengamuk. sontak saja suasan makin tegang, semua mata tertuju pada Babeng yang bertubuh jangkung. ketika Babeng ingin mengeluarkan tombak pendek dari belakang punggungnya, kerbau jantan itu melenguh keras dengan mengangkat kedua kaki depannya keatas. spontan tubuh Babeng terlempar ke belakang. reflek tubuh Babeng langsung menggunakan teknik jatuhan yang bagus, dengan menggunakan kedua lengan kanannya secara tepat menempel ke tanah.

" Hati-hati beng, kerbau itu ternyata sudah gila, ia sudah sejam lalu berlari kesana kemari." teriakan ketua desa sambil memegang tongkat.

Babeng mengangguk.

" Ayo Babeng kamu bisa menaklukkan Kerbau ini, kamu juga pernah membunuh singa dengan sekali tebasan pedang." Babeng menyemangati diri sendiri.

Babeng mengeluarkan sebuah selendang berwarna merah, aneh warna merah biasanya untuk mengendalikan Banteng yang sedang mengamuk menuju matador. para warga yang menyaksikan adegan itu makin tegang. peluh dan keringat menetes pada sebagia wajah penonton. anak kecil menangis melihat adegan mengerikan itu. selendang merah itu ternyata ia ikatkan pada tombak pendek. kerbau jantan makin menggila.

Angin dan debu bertebangan. ujung ikat kepala berkibar tertiup angin. suara gaduh dan histeris ketakutan terjadi lagi, Kerbau jantan mendengus dan berlari ke arah Babeng dengan suara berat kaki yang di pukulkan oleh buku-buku jarinya. semua mata tertuju pada Babeng.

"Hup" suara babeng terdengar. Ia memperagakan lompat harimau yang indah sambil melempar tombak pendek kearah leher. "Blep" dan suara kerbau melenguh dengan keras. Dengan cekatan Babeng mengeluarkan pedang, lalu dengan gerakan yang terlatih ia menebaskan pedangnya pada leher kerbau itu. darah segar lalu muncrat dari pembuluh nadinya. semua warga langsung bertepuk tangan. senang karena gangguan telah berkurang dan bisa menyantap daging kerbau jantan itu secara gratis. biasanya warga harus berburu dan harus berbagi hewan buruannya dengan singa, Cheetah, dan Haina.

Babeng membersihkan darah yang sebagian menempel pada wajah dan lengannya. ketua suku langsung mendekatinnya. ia membisikkan sesuatu pada telinga Babeng. wajah Babeng langsung merah dan tegang.

"Ada jejak langkah manusia yang sangat besar, dan ini mungin jejak mahluk dari hujan."

Mata babeng langsung mengarah kepegunungan yang melingkari desa Rintik. Ia bergegas dan berlari 
menuju kuda belangnya. Aneh, babeng menggunakan kuda zebra sebagai tunggangannya.


Rabu, 16 April 2014

Novel Mahluk dari Hujan

Bagian 
Ketiga 

Bukit desa rintik tampak hijau dan menyegarkan. setelah di tunjuk menjadi pengawal bagi desa Rintik, kehidupan Babeng terasa sangat terarah. Setelah lama mendekam dalam penjara oleh kerajaan Somplang yang menajadi pusat pemerintahan di beberapa desa, termasuk desa Rintik. Pihak kerajaan Somplang menjatuhkan hukuman 10 tahun penjara kepada Babeng karena "terbukti" memperdagangkan adik dan beberapa penduduk desa Rintik kepada kerajaan Boman yang mayoritas para prajurit di dominasi oleh tentara-tentara yang mahir memanah dan ahli dalam Parkour.

Penjara membuat Babeng merasa tak putus asa karena masih percaya pada hukum Tuhan yang akan menghakiminya suatu saat. siang ini Babeng sedang berdiri di kaki bukit mengawasi rumah yang ada di lembah. sebuah suara mengacaukan konsentrasinya.

"Beng". seorang prajurit berteriak

" Ya"

" Di panggil ketua desa"

" Ada berita Apa"

" Seekor kerbau sedang mengamuk dan sudah mencederai pemilinya."

"Ayo kita kesana."

Babeng merasa kepercayaan dirinya meningkat tajam, penjara tak membuat masyarakat mengucilkannya, tetapi itu terjadi pada desa rintik. desa-desa lain sama sekali tak menganggapnya sebagai pahlawan jangkung 200 cm.

Kamis, 27 Maret 2014

Berbagi Cinta

Semua orang pernah merasakan betapa dahsyatnya kekuatan cinta yang bergelombang tinggi
Mampu menghempaskan nurani dan ideologi catatan kemanusiaan
Cinta kadang kala mampu menghipnotis raga hingga menjadi kekuatan yang bernyawa
Sekalipun cinta bermuara durjana atau bidadari bermata jeli
Seakan cinta sebuah misteri yang datang tak di undang pulang pun tak di antar

Helaian parodi zaman mulai menggerogoti naluri dan kepribadian
Anak muda mulai melanggar tatanan dan norma ketimuran
Pemuda mana yang tak tergiur oleh aroma jalang yang tak kenal batas etika
Seni adalah alibi yang mampu menembakkan ribuan selongsong peluru
Pada prinsip hidup dan ajaran para guru dan pendidik lainnya
Hakikatnya adalah semuanya bermuara pada ada dan tidaknya cerita bermakna pada semua sisi

Natural adalah seni yang abadi
Bila pengguna tak mewarani dengan ganja dan narkotika
Seni bercinta adalah mutlak untuk melawan kejenuhan
Berbagi cinta dengan pendamping hidup yang halal adalah sebuah keniscyaan
Melawan kodrat kadangkala dibenarkan
Bila semua ada tujuan yang dibenarkan

Benarkah cinta mampu merubah
Merubah tatanan nilai yang sembrono tanpa aturan
Ada Tuhan yang mengusai seluruh jagat raya
Mengetahui di mana manusia berbohong dan berdusa
Tuhan adalah tempat paling jujur untuk berbagi cinta
Karena Tuhan tak pernah mengurangi sedikitpun rasa cinta kepada manusia

Jumat, 14 Maret 2014

Posisi Rakyat

Merayap senja seperti gerilyawan perang hutan
Sejenis gangguan pernapasan yang mengakibatkan pada macetnya laras panjang
tak bisa di kokang ataupun di hentakkan menyembur peluru-peluru perkasa
penyelasan adalah lambang keperkasaan dari perasaan yang telah tertusuk permasalahan akut
seperti para hakim yang memberikan putusan tanpa delik hukum yang jelas
perkara benar atau salah adalah urusan belakangan
manakala brangkas-brangkas pengecut siap menampung alteleri yang bermandikan darah dan tetesan para kaum sudra
sengaja menafikan rotasi yang terlalu senjang pada jarak pukul yang selalu ada pada tiap pukulan jarak pendek

Gulma adakala berubah menjadi manisan yang siap saji
Hakim menelan gulma yang basi dan berbau najis
kita semua adalah hakim bagi manusia dan kemanusiaan
kita adalah pemimpin yang punya beban di pundak masing-masing
terletak di mana hakim putih yang mawas diri dari todongan gemerlapan mobil Lamborghini
menderung pada jejak hutan yang masih perawan
sampai mana nafas mereka dapat bertahan
gugusan emas dan perak menjulang bak cendawan gunung sinabung
atau lelehan emas yang selalu membawa derita kanker yang jorok pada gumpalan kemunafikan

Manis dan pahit adalah sama rasa
Ia adalah efek dari lidah yang selalu bertaburan saliva yang enak dan mengenyangkan
lalu tidur bagai singa yang memakan satu ekor kuda zebra yang tengah memakan sarapan
atau rasa pahit karena lidah rakyat jelata selalu pada tataran tempe dan tumpukan plastik sebagai alas tidur
lalu esok paginya di bawa ke pengepul untuk di tukar nyawa kehidupan

Sabtu, 08 Maret 2014

STIGMA

Jalan Panjang memadai untuk beberapa helaian nafas
Pada jarak yang selalu bersamaan dengan paradigma
Selalu membuat getaran pada cara pandang yang menyesakkan penglihatan dan pendengaran
Akan ada aroma kejahatan yang di tiup melalui ubun-ubun yang licin
Kepala tak berisi oleh cairan intelektual yang bertumpu pada kecersdasan spiritual
Melainkan hanya pada goresan pena dan tutur kata, padahal bicara hanya sekedar lipstik memungkinkan untuk memunculkan alibi ratusan juta Kejutan

Drama menurut sebagaia cerita berujung pada kekalahan atau kemenangan
Sejatinya semua itu bermula pada arogansi yang di anggap enteng niat dan kehendaknya
Selalu saja bermuara pada keabadian materi dan rasa humor yang garing karena ketololan panca indera
Pada akhirnya orang akan beranggapan dan memberi STIGMA kalau malam akan selalu bernuansa gelap dan pekat
Padahal Malam adakalanya berpayung bintang dan rembulan yang kaya keindahan dan nuansa bening

Jumat, 07 Maret 2014

Hari-Hari Tak Lagi Sama

Hari-hari tak lagi sama. Semua orang ketika bangun memikirkan sesuatu yang akan membuatnya tetap nyaman atau malah menggerutu tiap bangun. Aku seperti di bulan kelahiran anakku yang pertama, malam dan siang selalu berwarna ketika mendengar wajah dan gesture bayi yang sederhana tetapi sangat lucu dan meneduhkan. Aku dan kemarin waktu adalah dua hal yang selalu tak punya cerita yang sama.

Hari-hari tak lagi sama. Aku tidak ingin terjebak pada rutinitas yang selalu orang jalankan pada tiap pagi dengan sepeda motor berangkat ke tempat kerja masing-masing. Pola hidup yang terus menerus begitu membuatku berpikir kalau sebaiknya aku memulai sesuatu yang akan mengubah ku pada 10 tahun kedepan. Aku memulai memetakan tentang hidup dan kehidupan agar usiaku tak lagi sia-sia.

Hari-hari tak lagi sama. Tiap masuk ke Toko Buku apa saja, Aku selalu berusaha mengatakan pada pikiran alam bawah sadar kalau suatu saat novelku akan terpajang disana dan di seluruh penjuru dunia. Novelku akan mengubah peradaban setidaknya dapat menggetarkan penduduknya hingga mengingat dan kembali kepada nurani kebenaran. Dulu hariku biasa saja tanpa ada visi dan peta hidup yang jelas.

Hari-Hari tak lagi sama. Aku merasa tiap kita punya lompatan seperti para atlet pelompat. Kini aku merasa setiap apa yang ku lakukan membawa tuntutan dan reaksi yang akan berakibat pada kehidupan di masa yang akan datang.

Hari-hari tak lagi sama. Dulu aku masih membawa tas butut bergambar Batman yang kedua pengaitnya sudah terkelupas warnanya. Lalu Waktu merenda tak terbatas, berseragam putih biru dan putih abu-abu. Aku seolah berada dalam mimpi bisa menuntut ilmu di Universitas dengan tuntutan bahasa Indonesia yang baik dan tak terlalu kaku.

Hari-hari tak lagi sama. Tiap pulang kerja aku selalu siap melihat senyum Qaiser Faeyza Aprian.

Selasa, 18 Februari 2014

EKSPEKTASI

Ekpektasi terkadang menguras emosi sekaligus menggerus pola pikir. kalau tidak segera di deteksi, maka paradigma hidup akan salah mengartikan tentang harapan. seperti yang di alami oleh San Mukyi yang punya harapan ayahnya bisa merenovasi rumah mungilnya di daerah Bogor. Tetapi skenario dan takdir harus berkendak lain. Ayahnya jatuh sakit dan di vonis oleh dokter terkena penyakit Prostat. San Mukyi akan membayar ayah sesuai dengan tukang yang sudah profesional. Hidup itu memang misteri. San Mukyi memilih untuk tidak patah semangat. Ia ingat dengan Aa Gym yang menelurkan konsep pilihan tentang harapan. "Kita harus siap dengan kondisi yang kita inginkan dan siap juga dengan kondisi yang tidak sesuai dengan keinginan."
Pesan Kyai itu melekat betul di alam bawah sadarnya. San Mukyi memilih untuk siap dengan kondisi yang tidak di inginkannya. Ia pun berpikir kalau moment inilah yang sedang Allah skenariokan padannya tanpa melampaui batasnya. San Mukyi memilih untuk tidak mendramatisir masalah yang ada. Ia memilih untuk mencari tukang yang menurutnya profesional.
Harapan yang tidak kita inginkan memang menyakitkan tetapi kalau kita benar-benar serius untuk mencari dan merenung titik permasalahan sekaligus solusi. Maka harapan yang sesuai dengan kita inginkan atau tidak akan menjadi lompatan kedewasaan kita semua.
Kita bisa belajar kedewasaan pada sosok San Mukyi yang memilih untuk Move On dari pada berjalan di tempat yang sama.