Minggu, 02 Februari 2025

SUJUDMU KUNANTI

Semenjak kutinggalkan rumah sore itu, kau gendong cucu pertama sambil melambai tangan 
Sewaktu rambutmu yang masih hitam tergerai setelah lolos dari ikatan 
Sementara ayah tersenyum lepas sepulang kerja menuntun sepeda 
Lalu waktu menggilas roda putar hingga masa lekas sekali senja 

Anakmu telah melepas lelah di bangku kuliah, tak seiris tanah milikmu yang dimakan tuan tanah 
Kukira lelah itu menjadi ladang yang barokah berlimpah-limpah 
Sejak saat senyum itu mulai berubah tuntutan mengurai kepercayaan diri 
Pada jejak kata semasa adu mulut pertahankan kalimat pada dosen ingin menang sendiri 

Kututup lembaran-lembaran, pada kata ibu penyelamat hidup anak lelakinya 
Lalu mengubah perasaan luka menjadi harap penantian mulia 
Melihat keningmu sujud penuh cita di depan ka’bah yang dijaga 
Oleh langit dan bumi, juga doa-doa ikhlas dari mulut-mulut yang lapang dadanya 

Pada umur yang singkat ada harap panjang agar sujud panjangmu tak goyah 
Hinggap bertahun juga tak apa, asal bersih modal serta jalan berisi rido 
Pada doa berjalin taut berlipat-lipat, agar lengkap menurunkan jumawa 
Air mata tumpah pada sujud-sujud panjang yang lama dinanti, pada ka’bah yang jauh

0 Comments:

Posting Komentar