"Low Fade bang," kata seorang anak, ayahnya disamping bereaksi. Tetapi buru-buru untuk melihat situasi. Ia tersenyum dengan permintaan dari anaknya. Ia cukup lega.
"Yang dua jari dibawah (Pendek diatas telinga)" kata si abang.
"Ya," jawab anak itu.
Abangnya mempersilakan duduk dan menambah papan untuk menyesuaikan tinggi badannya. Menyelimuti kain khusus dari bawah leher sampai menutupi tubuh bagian bawah. Abangnya mengeluarkan alat cukur elektrik jenis Philips Clipper HC3426, jika tak salah. Dengan elemen dua ketajamanan yang bunyi khas mirip penyedot debu.
"Aku Puas!, Sungguh Puas...!" ucap seorang anak kepada ayahnya yang telah mengantarkan ke tukang pangkas rambut. Anak itu memilih sendiri jenis model yang ia ajukan kepada si tukang cukur rambut. Tukang cukur rambut menyanggupi model rambut yang si anak ajukan. Kongkalikong model rambut terjadi. Karena si anak mengetahui jenis rambutnya dan bagaimana menentukan jenis model yang tepat.
Tiga bulan sebelumnya. Mereka pergi ke tukang cukur di tempat yang berbeda, melakukan sebagaimana seharusnya dilakukan. Memangkas sedikit demi sedikit. Sampai model yang disepekati selesai dituntaskan.
Turun dari kursi cukur. Anak itu nyelonong di depan ayahnya tanpa menatap wajahnya. Terburu-buru keluar dari tempat cukur, sambil bercucuran air mata. Ayahnya membayar ongkos cukur dan menghampiri anaknya yang tiba-tiba menangis.
"Tukang cukur bodoh, aku bilang dia malah potong, ayah juga malah diem-diem aja!"
"Kamu boleh bilang lagi, kalau modelnya jelek!" kata Ayahnya. Membututi anaknya yang sungut-sungut. Lalu pulang naik motor, kepalanya beberapa kali menoleh kebelakang, memastikan anaknya baik-baik saja. Dan mulutnya mengatup menahan marah.
"Kenapa ayah yang bilang, aku kan malu yah!"
"Tidak perlu malu, kan jadi gini, kamu nggak suka hasil potongannya!"
"Dasar tukang cukung bodoh, nggak jelas!"
sampai rumah pun masih sama, anak itu urat lehernya masih kencang, dan terus saja mengeluarkan kata-kata tak suka pada tukang cukur, katanya tukang cukur baru belajar, aku ngomong begini malah nggak nurut, bilang anak itu.
Itu yang terjadi pada tiga bulan yang lalu.
Sekarang ini anak itu bolak balik bercermin. Menyeka potongan rambut, hasil usulan sendiri, tanpa ada unsur campur tangan ayahnya. Yang kemudian lahir senyuman mengembang tak henti setiap selesai bercermin.
Mengusulkan sesuatu lalu lahir ciptaan rasa yang membangun kedekatan dirinya dengan ayahnya. Sesuatu yang jarang dimiliki oleh ayahnya yang sebagian besar waktunya, diluar rumah.
Ayahnya yang di dapur, memasak nasi goreng, terasa lega pada telinganya yang sudah mulai berusia empat dekade. Melongok sejenak pada anaknya yang teriak dengan kencang."Aku puas!, sangat puas!
0 Comments:
Posting Komentar