Ia masuk ke kamar depan tempat si juragan bersama istrinya tidur. Tampaknya lelah sekali si Juragan kelapa. Dengkurannya terdengar sampai seisi rumah.
Langkah kecilnya mulai menyelusuri tempat-tempat yang tersembunyi. juragan kira ia tidak bisa menjangkaunya. Ia menyeringai sambil mulai membuka laci demi laci.
Seekor kucing peliharaan juragan bangun. Mulai menatapnya. Ia pun balik melotot. Si kucing agak mengkerut. Ia kabur kedalam kamar Juragan. Mengeong membangungkan majikannya. Tetapi mimpi indah membuat Juragan tak bergeming, menggeliatpun enggan.
Pelan-pelan kucing belang itu kembali menghampirinya. Mengeong lagi dan lagi. Semakin lama semakin keras bunyinya. Ia tak perduli dengan kehadirannya si kucing belang itu. Sesekali ia memberi wajah seram padanya. Kucing kabur dan kembali lagi.
Bibi terbangun mendengar si Belang terus mengeong. Langkahnya agak limbung. Rupanya kantuk belum benar-benar hilang. Mulutnya menguap beberapa kali. Tanganya berkali-kali mengucek matanya.
“Kenapa Belang, laper?” tanya si Bibi. mendapati si Belang di kantor Juragan terus mengitari laci yang sekarang tertutup. Tubuh si Belang langsung direngkuh dan dibawanya ke kamar. Si belang tak berhenti mengeong, suaranya makin makin mengecil.
Setelah si Belang tak lagi terdengar suaranya. Ia bergerilya dari satu lemari ke lemari yang lain, dari satu kotak ke kotak yang lain. Tetapi tak ditemukan satu lembar pun uang yang biasa ia ambil dengan mudah, tanpa perlu mondar-mandir seperti itu.
Ia menepuk jidatnya, ada satu tempat yang belum ia periksa. Bibirnya mengembang membayangkan tumpukan uang yang bisa ia ambil untuk tuannya. Dan ia akan dapat hadiah yang banyak seperti biasa.
Ia berlari sambil tertawa kencang. Tangan mungilnya pun menyeret loker kecil. Pelan sekali. Wajahnya merengut, ketika yang ditemukan hanya tumpukan ATM dari berbagai jenis Bank. Ia menggelangkan kepala banyak-banyak.
“Mungkin sudah waktunya aku pensiun,” ucapnya lemah. Ia gontai berjalan menembus tembok kamar sambil menangis.
0 Comments:
Posting Komentar