Rabu, 15 Januari 2025

The Recruitment

Barkah berdiri tegang. Jalan raya sepi. Di sampingnya seorang ketua geng motor tengah memberi arahan. Barkah anggota baru yang baru bergabung dalam club yang dipimpinnya. Barkah menoleh ke arah ketua.

“Sekarang saatnya kau buktikan kalau kau benar-benar bagian dari kami, geng motor landak ireng!” ujar sang ketua. Asap rokok mengepul tepat di wajah Barkah. Ia terbatuk-batuk. Sang ketua menyeringai, dan bola matanya seperti ingin loncat. Barkah menjadi gugup, keringat dingin tiba-tiba saja merembes di area tengkuknya dan menjalar keseluruh tubuh.

“Apa tak ada cara lain bang, selain membunuh?” tanya Barkah. Lututnya tiba-tiba gemetar setelah mengatakan yang menurutnya tak perlu disampaikan.

“Tak ada, hanya itu satu-satunya, kalau kau mundur, kepalamu yang akan aku penggal!” ucap ketua geng yang membuat Barkah tak bisa mundur.

Barkah melihat jam tangan hadiah dari ayahnya. Sekarang pukul 2 pagi lewat 17 menit. Ia rindu pada bantal guling yang selalu dipeluknya erat-erat.

“Bang Baron mau kemana?”

“Kencing, awas!, jangan kabur kau?”

Barkah melirik jam yang ada di tangan kanannya. Waktu pembuktian tinggal tiga menit lagi. Tepat di pukul 02.20 Barkah harus menghunus pedang dan mencari mangsa pertama. Apapun yang terjadi aku harus menemukan mangsa dan tanpa ragu, aku akan tebas batang lehernya, urusan penjara nanti saja. Ucapnya pelan.

Seorang pengendara lewat, sorot lampunya terang dari jauh. Kecepatannya sedang. Barkah membuka sarung klewang yang panjang menyeramkan. “Pokoknya aku harus masuk geng ini,” bisiknya.

Pengendara motor agak oleng ketika Barkah tiba-tiba menghadangnya. Barkah mengayunkan klewangnya, tetapi pengendara motor berhasil menghindar, kepalanya selamat dari klewang itu, tetapi lengannya terkena sabetan, darah segera mengucur merembes melewati bajunya.

Barkah mendekati motor itu ingin menuntaskan tugas sebagi ujian masuk geng. Matanya membelalak, lututnya gemeter, ketika pengendara motor itu membuka kaca helemnya.

“Ampun Pak, ampun...saya masih punya anak di rumah?”ucapnya memelas.

“Ayah...” bisiknya. Barkah melempar klewang jauh ke semak-semak dan lari meninggalkan pengendera motor yang juga gugup tergesa-gesa mengendari motor meninggalkan tempat mengerikan itu.

0 Comments:

Posting Komentar