Pikiran Terbuka
Benturan argumentasi suatu saat akan terjadi. Jika yang dihidupkan adalah pikiran terbuka. Satu sama lain saling menyimpan sekaligus menyampaikan gagasan dengan seelegan mungkin. Yang terjadi kemudian dialektika yang terus tumbuh subur dalam setiap perbincangan didasari oleh kewaspadaan terhadap perubahan-perubahan yang semakin mendadak terjadi. Arus besar berupa informasi yang keluar dari orang-orang kepercayaan seringkali merubah kendaraan ke arah yang berbeda. Hal ini menyebabkan peta akan dibuka kembali, di garis kembali, agar nantinya orang-orang di sekitarnya tak membelalak kaget, bahwa kok mudah sekali mengeluarkan kebijakan tanpa memandang kesuluruhan dari mana informasi pengubah itu muncul, dan siapa yang menandainya.
Perubahan seringkali menandai permulaan yang sama sekali baru. Kadang tak tersentuh oleh orang-orang terdekat, meski telah kasih informasi berita yang akurat, bahkan head to head, tetap saja pengampu kebijakan seringkali memiliki sudut pandang yang berbeda, bukan karena miskinnya argumentasi terhadap penyampai beritu itu. Lebih dari itu, mereka orang-orang yang isi kepalanya penuh keterbukaan. Hingga hal-hal yang seharusnya dijaga informasi maha penting agar nantinya bisa diinvestigasi lebih mendalam dan menghasilkan kesimpulan terukur. Tidak gebyah uyah, genaratif, apalagi mengeluarkan keputusan hasil respon spontan yang bisa jadi data masih mentah.
Dari hal ini orang-orang disekitar pengampu kebijakan mulai menyadari sedikit saja, bahwa saking terbukanya pikiran mereka. Hal-hal yang sifatnya bisa diendapkan terlabih dahulu bisa menjadi bumerang bagi siapa saja. Termasuk para pengampu kebijakan. Tentunya sangat menyedihkan orang-orang yang penuh dedikasi, ihlas, dan segala turunannya untuk menerima 'tendangan' ini. Apalagi akar masalahnya hanya bagaimana menarik murid sebanyak mungkin ke sekolah dimana para pengampu kebijakan itu menjadi pendirinya. Sebagai pemilik pikiran terbuka tak terlalu buru-buru untuk memberi framing.
Niat baik saja belum tentu bisa dimaknai benar. Bila perjalanannya terlalu banyak memakan korban penilaian terhadap banyak persoalan. Hingga yang rigid sama sekali tak tersentuh. Mengamini setiap kejadian lalu memberikan setiap peristiwa itu dengan kebijakan sungguh memerlukan kebijakan lain. Pada tahap berikutnya orang-orang yang dengki pada area sekitar tak sempat melakukan perlawanan, untuk membalasnya mereka tak sempat. Karena kebijakan itu meski mendadak lahir dari kesadaran maksimal disertai pikiran terbuka. Tunggu dan lihat saja, bagaimana pengampu kebijakan itu melakukan hal-hal diluar nalar kalian. Jika itu masih selaras dengan hakikat seorang guru, layaknya kalian terima dengan sadar. Lalu lakukan hal-hal baik, misalnya pendampingan anak yang mumpuni. Tidak perhitungan dan di alasi oleh kerja ikhlas lagi cerdas.
Tekad seorang guru meski tak terlihat dalam tataran kebijakan,tetapi masih bisa dirasakan betul efeknya pada tiap siswa yang didampinginya adalah cara terbaik untuk menuntun api agar terus berkobar menerangi setiap perjalanan mereka ke jenjang berikutnya, bahkan sampai mereka sudah semakin menua. Sementara para pendamping sudah semakin sepuh, beberapa sudah terbaring di liang lahat, tenang di sana beserta cahaya yang terus menyala sampai waktu yang ditentukan.
Ini bukan soal siapa yang nantinya menang dalam pertarungan argumentasi, apakah pengampu kebijakan, orang terdekat-jembatan, atau para guru sebagai pendamping. Pemenang sesungguhnya ada pada kelapangan dada, siapa yang paling lapang dadanya, mereka akan memperoleh tempat tersendiri di dalam kancah adu argumen. Mengalah bukan berarti kalah, ia hanya merunduk sebentar untuk kemudian memaknai setiap perjalanan itu ada terminal yang bisa disinggahi kapan saja, hasilnya kalian bisa mendoakan mereka pada tiap ujung gelap malam. Yang jadi pemenang pun tetap rendah hati, karena mereka bisa mengeluarkan kebijakan atas dasar rahmat tuhan, kejelian, kecermatan, kemampuan membaca situasi, adalah penopang lain yang dilatari oleh keyakinan mereka yang kuat untuk menjaga api guru tetap menyala meski dalam pelita.
Kenapa mereka begitu solid, karena lahir dari pikiran terbuka yang membentangkan tangannya pada semua perubahan yang ada. Meski menentang diawal, tetapi begitu setia ketika sudah mengetahui corak pikir mereka. Mereka orang-orang yang tak menumpuk kekayaan meski hanya serupiah. Telos mereka begitu suci, yaitu tiba pada masanya untuk menyunggingkan senyum abadi, yang nantinya bakal diingat oleh murid-muridnya.
Sekali lagi bila terjadi perselisihan mereka kembali kepada pikiran yang terbuka, mengembalikan pada titah asasi. Asal muasal yang nantinya bisa gampang kalian maknai dengan cara apapun, pada akhkhirnya lahir gaya yang berkualitas dan siap menerima perubahan.
0 Comments:
Posting Komentar