Jumat, 29 Maret 2019

SVETLANA ALEXIEVICH

Memberi Nafas Sejarah Komunal
" Kau harus melawan gagasan, bukan manusia. Bunuh gagasan yang membuat dunia kita begitu menakutkan dan jahat, tetapi jangan kau ganggu manusianya".

Kalimat itu tertulis di bagian terakhir novel ketiga Svetlana Alexievich (67) yang berjudul "The Boy Of Zinc". Novel berbahasa Rusia yang terbit pada 1991 itu bercerita tentang sepuluh tahun berlangsungnya perang Soviet melawan Afganistan.

Alexievich mengatakan, hingga kini, kisah tersebut masih relevan karena di dunia masih terjadi peperangan yang kejam dan tanpa pengharapan. Akan tetapi, manusia masih berusaha bertahan hidup dan berjuang agar tidak melupakan kemanusiaan mereka.

Alasan itu pula yang membuat Alexievich dinobatkan menjadi pemenang Nobel Sastra 2015, Kamis (8/10). Tulisan-tulisan karyanya dianggap bersifat poliponik, di satu sisi menghadirkan derita orang-orang yang mengalami kehidupan di masa konflik, tetapi di saat bersamaan tetap memberi semangat hidup dan harapan akan masa depan.

" Saya akan menelepon Svetlana untuk memberi tahu bahwa ia memenangi Nobel Sastra. Jawabannya hanya satu kata 'fantastik'," tutur Sketaris Permanen Akademi Swedia Sara Danius setelah mengumumkan bahwaa Alexievich mengalahkan Haruki Murakami (Jepang), Laszlo Krasznahorkai (Hongaria), Ko Un (Korea Selatan), Ngugi wa Thionglo (Kenya), serta Philip Roth dan Joyce Carol (Amerika Serikat). Para pengamat sastra menganggap bahwa Alexievich memang pantas mendapatkan Nobel Sastra setelah setahun lalu ia dikalahkan oleh Novelis Perancis, Patrick Modiano.

Penulis: Laraswati Ariadne Anwar
Sumber : Kompas, selasa, 13 Oktober 2015
Part : 1

0 Comments:

Posting Komentar