Sabtu, 02 Maret 2019

Topeng

BAB 
Dua Puluh Tujuh


Esok pagi aku sudah menyambangi temanku yang kena sabetan golok bersama dengan teman-teman. Aku melihat Narman sendirian sedang menikmati secangkir kopi hangat di warung. Aku mengira dia sedang mabuk dan sejak kapan dia mulia menggilai kebiasaan tak sehat itu.

“Apa Kabar Man?.”

“ Baik.” Cuek dan tanpa melihatku.

“ Mar aku kasihan sama kamu, tahu nggak?, gadis yang kamu bela mati-matian mungkin saja sedang bermesraan dengan lelaki lain sesama penghuni penjara, sudahlah... lupakan Nara. Hadapilah kenyataan yang ada.” Aku terkejut. Narman mengatakan hal yang menyakitkan itu. walau bagaimanapun aku tetap bersabar menghadapinya. Mungkin di hadapannya aku terlihat seperti laki-laki bodoh yang mudah di permainkan. “ Aku percaya Man pada Nara, Ia tak mungkin melakukan apa yang engkau tuduhkan itu.”

“ Kamu disini sudah seperti orang gila yang di mabuk cinta, padahal disana Nara yang kamu puja-puja itu sedang bercinta dengan lelaki lain di dalam sel.” Narman mengejek sekali lagi, temanku yang lain semua menatap wajah Narman seolah-olah tak percaya apa yang baru saja di ucapkannya. Kata-katanya tak lagi menampar pipiku, tetapi sudah mencoba meruntuhkan harkat dan martabatku.


“ Cukup Narman!, kamu ini kerasukan setan apa hah! Mulutmu perlu di sumpel pakai bogem hah!.”

“ Saya sudah muak dengan mu Mar.” Sengit Narman.

Aku cepat menerkam tubuh Narman dan mencengkram kedua bahunya kuat-kuat. Tetapi Narman malah terkekeh melihat emosiku yang terpancing. Ia begitu menikmati amarahku yang meluap-luap. Tentu saja ekperesi Narman membuat kalang kabut. Segera saja ku layangkan bogem keras ke wajahnya. Ia tidak mengaduh karena sakit, tetapi malah menangtanku untuk memukulnya kembali.

“ Ayo pukul lagi Mar, pukulanmu tadi kaya gigitan semut. Sama sekali ngga sakit.”

Teman-temanku yang lain mencoba melepaskan cengkramanku. Aku mengendurkan cengkramanku dan membiarkan tubuh Narman terlentang di tanah sambil terus terkekeh. Narman lalu bangkit dan menghampiriku.

“ Gadis pujaanmu itu sekarang sedang bercinta dengan lelaki lain di dalam sel.” Anehnya kali ini Narman berkata tanpa ekspresi. Emosiku kembali terusik dan ingin sekali lagi melayangkan bogem ke wajah Narman. Sebuah teriakan yang sangat ku kenal menghentikan niatku. Wiro datang dengan tergesa-gesa dengan adik bungusku Tiky. Akupun terdiam dan menghampiri kedua adikku.

Persahabatan aku dan Narman sudah di ambang kehancuran. Kali ini aku berjanji ajan menjaga jarak dengannya. Ku lihat teman-temanku masih berdiri tegang memperhatikan kejadian yang tentunya membuat mereka Shok. Bayangkan aku dan Narman sudah berteman lama tetapi tiba-tiba berubah menjadi saling berkelahi satu sama lain.

“ Adikmu cantik juga ya?.” Ledek Narman kepada Marko. Kali ini yang sewot adalah Wiro, karena baru kali ini ada orang yang berani-beraninya merayu Adiknya itu. Wiro ingin melabraknya tetapi isyarat dari ku membuat Wiro menghentikan niatnya.

Narman segera berlalu dari Pos Ronda. Aku begitu Shock dan keget ketika melihat sebuah botol bergambar Topi Miring terselip di saku belakang celananya. Bukankan botol itu adalah minuman yang memabukkan.

“ Marko apa tadi Narman habis minum ya. Jadi bicaranya ngacau kaya gitu.” Tanya salah seorang teman kepadaku.

“ Bisa jadi. Aku memang sudah lama tak mengikuti sepak terjangnya.”

Aku pamit pada teman-teman untuk pulang.

Aku berharap kejadian ini tak membuat mereka trauma, terutama bagi Tiky yang sudah cukup dekat dengan Narman. Kalau Wiro aku yakin dapat meredam suasana yang tidak bersahabat ini.

Di tengan perjalananan pulang Wiro menceritakan kalau besok akan berencana berkunjung menjenguk Nara di penjara., aku mendengarkan sambil berpikir jenis setan apa yang sudah merasuki jiwanya. Aku berharap cemas mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa. Apakah dunia sekarang sudah terbalik-balik dan terasa susah sekali menemukan kiblat untuk Sholat Wajib. Narman yang kukenal terasa ada yang ganjil dengan kepribadiannya, aku jadi punya firasat buruk tentang sikapnya yang berubah menjadi orang asing saja. Aku juga heran kenapa dunia berani merayu Tiky dengan lirikan mata penuh nafsu.

Pikiran-pikiran buruk tentang Narman bercokol dalam pikiranku. Sepanjang perjalananku menuju ke rumah pkiran-pikiran buruk tentang Narman berkelebat dalam pikiranku seperti hantu. Setelah kejadian ini, aku tak pernah lagi berjumpa dengan Narman. Dia bagai di telan lautan pasir yang tersembunyi di pinggiran hutan perigi. Topeng apa yang sedang di pakai oleh Narman. Dia sama sekali tak kunali sekarang ini.

0 Comments:

Posting Komentar