Jumat, 01 Maret 2019

GELAP

Gelap adalah persepsi terang yang sudah termakan sampai ke dasar akar hingga sulit membedakan antara siluet dengan cahaya. Meski matahari sudah menyengat pelupuk mata, tapi justru yang terlihat hanya pekat karena tak mampu menahan terangnya cahaya. Maka jika kita terbiasa dengan warna terang, sulit sekali untuk beralih ke warna gelap. Tak selamanya gelap, adalah pahit, semu, dan buntu. Dan tak selamanya terang adalah ceria, gembira, dan asik. Semuanya punya sisi sudut pandang. 

Berjalan di bawah nyala obor hanya menerangi sebagian langkah, langkah-langkah yang terbuang di belakang menyisakan jejak gelap yang tak terhitung jumlahnya. Ruang-ruang gelap akan terasa terang bila lilin kepercayaan terus bergema sampai ruang gelap tergerus arus cahaya. Muncul ke permukaan sebagai tongkat estafeta intuisi yang terus memupuk paradigma.

Waktu terus mendefinisikan kalau pekat sama dengan hitam, manampakkkan sisi gelap dari warna kegelapan. Yang terus abadi, mungkin sudut pandang yang bisa mengubah pola tertentu agar lebih berwarna. Hidup adalah perpaduan warna, agar warna gelap tak lagi menjadi kegelapan. Dan terang tak selamanya menyilaukan dan menenggelamkan kilauan perbendaharaan kata tentang gelap.

0 Comments:

Posting Komentar