Minggu, 03 Maret 2019

Saksi Kunci

BAB 
Tiga Puluh Satu

Pagi ini aku tengah berada di kantor Polisi untuk memastikan kalau Bondan benar-benar dalam kurungan. Setelah mendapatkan pengakuan darinya tentang bagaimana ia menjadi provokator hingga membuat Nara mendekam dalam penjara, Bonda pun meringkuk dalam sel sempit.

Kabar tentang penyerahan Bondan ke kantor Polisi telah sampai juga kepada Polisi Saryo. Informasi penyerahan Bondan begitu cepat hingga Polisi Saryo siang ini sudah berkunjung ke Polsek Kaligondang. Ku lihat dia tidak berseragam hanya membawa kartu tanda pengenal sebagai identitas. Polisi Saryo memakai sepatu olahraga, celana panjang bersaku banyak, dan sebuah sweater berwarna hitam menempel di tubuhnya. Tak ketinggalan sebuah pistol berada di atas pinggangnya lengkap dengan sarungnya.

Setelah mendapatkan alamat dari Bu Bar. Beberapa kali aku berkunjung ke rumahnya. Hingga aku tak begitu asing dengannya. Aku bertegur sapa seperti biasa. Ini mungkin sebagai kode etik para pelindung rakyat. Terjadi dialog sebentar sebelum kami berdua masuk ke dalam ruangan tempat dimana Bondan sekarang mendekam dalam ruang tahanan. Bondan masih berpakaian sama ketika dia menyerahkan diri ke kantor polisi. Beberapa orang Polisi tengah memeriksa keadaan dan mencatat semua yang di ucapkan oleh Bondan. Wajah Bondan masih menyisakkan bekas luka pukulan beberapa hari yang lalu. Ruangan itu tersekat oleh Kaca besar sehingga aku hanya bisa melihat gerak bibir para pengintrograsi dengan anggukan dan sesekali matanya melotot-ekpresi keget.


Tak ada adegan penyiksaan seperti yang di lakukan polisi kepada para tahanan. Itu karena Bondan mau bekerjasama dengan baik dan berkata jujur tentang kegiatannya selama ini. Kedua polisi itu lalu mengajak Polisi Saryo ke sebuah ruangan privasi yang hanya boleh di tempati oleh orang-orang tertentu saja. Polisi Saryo keluar dari ruangan dengan wajah cerah, aku berharap ini adalah kabar baik yang akan ku terima. Aku di ajak oleh Polisi Saryo menuju ke sebuah ruangan yang nyaman untuk berbicara secara empat mata.

“ Marko kita harus menjaga Bondan seketat mungkin, jangan sampai Ia berubah pikiran lalau mencoba kabur dari kantor polisi ini.” Polisi Saryo memulai obrolan.

“ Bolehku tahu kenapa Pak.” Marko penasaran.

“ Dia adalah saksi kunci yang bisa mengeluarkan Nara dari penjara. tetapi ada kabar yang akan membuatmu kaget.”

“ Apa itu Pak.”

“ Dalang di balik awan hitam semua ini adalah seorang yang kamu kenal.”

“ Siapa Pak.”

Polisi Saryo memegang bahu ku dengan tangan kanan seakan menabahkan hatiku yang memang belakangan ini mudah terbakar.

“ Semua kejadiana ini adalah ulah tangan dingin Farah Amalia. Seorang yang kemunculannya sangat di cari.” Tutur Polisi Marno.

Aku tersentak kaget, jantungku berdebar-debar, kepala terasa pening untuk sesaat membayangkan kalau Farah ada di balik semua ini. Tapi untuk apa dia melakukan kehajatan.

“ Farah Pak,” Aku mengingat-ingat saat kunjungan Farah kerumah 1 tahun yang lalu, sebuah kunjungan yang membuat Ibuku menangis terpukul hatinya.

“ Dari laporan Bondan, kalau Farah pernah bercerita kalau dirinya merasa tidak terima dengan penolakanmu. Rupanya Farah menaruh dendang kepadamu dan orang-orang yang kamu cintai. Cara yang di lakukan Farah memang tergolong klasik, tetapi tekadnya benar-benar mengerikan. Farah sekarang menjadi buronan Polisi karena telah mengorganisir banyak orang untuk melakukan kejahatan. Apa benar kalau kamu menolak cintanya.”

“ Iya benar Pak, tetapi kejadian itu sudah sangat lama.”

“ Mungkin Farah sakit hati dan dia berniat membalas rasa sakit hatiya dengan melakukan fitnah yang disusun dengan baik. Satu lagi Marko, Farah tidak bekerja sendirian Ia bersama Arkon seorang pembunuh sekaligus pelaku mutilasi dan di dukung oleh banyak anak buah.”

“ Arkon, siapa lagi itu Pak.” Selidikku.

“ Identitasnya belum saya tahu persis, tapi yang jelas dia membantu aksi-aski Farah menjadi sukses.”

“ O ya Marko, apakah orang tuanya sudah tahu kalau Farah sekarang sudah menjadi penjahat.”

“ Sepertinya belum. Kabar terakhir yang ku dengan. Farah di isukan merantau ke Malasyia menjadi TKW. Soal benar atau tidak isu tersebut. Aku tidak banyak tahu tentangnya.”

“ Begitu ya. Benar-benar licik dia. Aku khwatir dia akan berbuat nekat dan bertindak lebih jauh lagi. Selama ini kegiatannya merampok dan mencuri rumah-rumah warga. Aku khawatir aksinya di tunggangi oleh okum lain yang berkepentingan.”

Aku diam mendengarkan Polisi Saryo menjelaskan latar belakang penyebab Nara di penjara. Rasanya aku perlu belajar banyak tentang dunia kejahatan tanpa harus terjun langsung. Informasi dari Polisi Saryo sangat membantuku yang minim pengetahuan tentang Farah dan aksi kejahatannya.

“ Oh ya Marko, satu lagi. Kita harus menjaga Bondan karena anak buah Farah dan Arkon punya kenekatan luar biasa. Jadi kamu harus berhati-hati.”

“ Matursuwun Pak.” Kataku.

Aku memutuskan untuk pulang kerumah. Ku kayuh sepeda menuju rumah. Ada kelegaan di hatiku dan tak sabar untuk melangsungkan akad nikah yang sempat tertunda. Ada harapan untuk mewujudkan mimpiku bersama Nara di pelaminan. Walau harapan itu kecil, aku tetap percaya kalau rencana Allah tak ada yang tahu. Aku berharap mimpi akhir malam yang mengerikan itu bukan sebuah isyarat buruk. Karena sebuah mimpi lain menghampiriku di sudut malam, di mana mimpi itu menggambarkan aku dan Nara berjalan berduan meyibak kabut tipis di pematang sawah. Lalu aku dan Nara mendongak kearas ada awan hitam yang tengah bertarung dengan cahaya bulan. Lalu diantara awan itu ada sketsa pelaminan yang indah. Ku harap mimpi ini mimpi yang sempurna.

Sepeda meluncur di jalan. Aku teringat guru ngaji: “Kalau kita tuh harus siap dengan kondisi yang sesuai dengan keinginan kita dan yang tidak sesuai dengan keinginan kita.” Aku menakar semua yang ku lalui dalam hidup ini: saat ini adalah aku berada dalam kondisi yang tidak sesuai dengan keinginanku. Allah telah memilihku untuk kondisi yang tidak enak, aku percaya tempaan Allah tidak akan keliru. Keyakinanku adalah ada titik cerah yang akan menghiasi setiap bangun di awal pagi.

Penulis : San Marta
Ditulis : 2013
Tujuan : Merekam jejak tulisan agar pembaca tahu progres sebuah tulisan dari waktu ke waktu
Tempat : Deplu Tengah-Bintaro-Jaksel

0 Comments:

Posting Komentar