"Kenapa?" selidik ayahnya.
"Bunda kalau ngajarin galak banget seperti harimau," kata si anak.
Ayahnya tersenyum mendengar ungkapan anaknya yang mulai mengerti letak kenyamanan. Tentang kesiapan memilih dengan siapa ia akan belajar.
"Kasih tahu donk yah, jangan galak-galak kau ngajarin," tambahnya.
Ayahnya mengangguk pelan. "Ya, nanti akan ayah kasih tahu." Ungkap si ayah.
Malam itu sang ayah rupanya banyak belajar tentang ungkapan jujur dari sang anak yang mulai memahami tentang perasaannya sendiri.
Untuk mengungkapkan sebuah perasaan, orang dewasa saja mungkin butuh kesiapan mental agar tak salah ungkap.
Ayahnya menyadari betapa daya ungkap seperti membalik gunung yang begitu kuat. Membutuhkan daya ledak agar semua rasa sedih dan senang bisa dirasakan pada orang-orang yang dekat.
Mari rengkuh dan peluk mereka ketika menjelang tidur. Jika kalian punya sedikit tenaga untuk berbagi kisah dengan si anak, maka lakukanlah.
Mungkin sedikit ciuman pada pipi si anak membuatnya terlelap dan terbawa sampai mimpi. Mungkin saja bisa bertahan atau mengalahkan ketika ia sedang mimpi buruk sekalipun.
Anak-anak semakin tumbuh besar, dan kita besar dengan mereka. Mungkin sang ayah belum layak menjadi kandidat ayah terbaik, setidaknya bisa mengurai tenaga menjadi waktu-waktu yang kalian butuhkan.
Semoga.
0 Comments:
Posting Komentar