Setiap pagi Kano menangis ketika bundanya pulang ke rumah. Bundanya kukira kerja atau semacamnya. Rupanya ia dirumah, beribadah dirumah (prasangka baik saya), entah itu menyetrika, berbenah, menyapu, mengepel, atau ikut kelas motivasi yang diisi oleh pembicara yang tetangganya sendiri.
Ketika itu terjadi dan anak sudah ada di sekolah dan memiliki keberanian untuk hadir dan menatap guru-gurunya yang mungkin menyebalkan, tetap saja diapresiasi. Kesediaan mereka adalah di atas segalanya. Bahwa orang dewasa pun kadang masih mengeluh tentang kesediaan untuk belajar padahal mereka hanya menyediakan sedikit tenaga dan berani berkorban.
Soal nanti Kano akan merajuk, menangis, diam mematung, kontak fisik, itu sisi yang lain yang nantinya jadi bekal buat para guru untuk menantang dirinya agar bisa beradaptasi atau bisa membuat jalinan perasaan yang kuat dengannya kelak di kemudian hari.
Membangun kesepakatan itu penting karena akan membangun alam bawah sadar, bahwa kotak itu penting untuk di tempati tetapi tidak untuk dimiliki, agar nantinya sang guru kelas, pendamping, atau siapapun yang mendampingi punya kesamaan dalam hal pendampingan (penanganan). Seperti obat menemukan penyakitnya, atau sebaliknya.
Guru itu dokter yang tak berlisensi dalam hal penanganan yang lebih rumit, tetapi ia adalah seorang psikolog yang mengambil sudut pandang pada tiap-tiap kejadian. Hingga ia berjuang mematahkan mitos, bahwa si A itu gini lho, si B gitu lho. Tetapi ia mampu menerjemahkan setiap situasi kedalam perlakuan-perlakuan yang berbeda dari hari ke hari. Ia menyediakan banyak waktu untuk mendoakan mereka dalam setiap kesempatan.
Keasikan mengabdi pada perasaan anak-anak, saat kedatangan, kegiatan kelas, bermain, dan seterusnya adalah hal yang tak bisa mereka dapatkan lagi ketika mereka dewasa. Perasaannya nanti tumbuh seiring waktu. Jika mereka memang tumbuh, jika tidak ada hal terlewat pada masa pertumbuhan. Tetapi, tetap saja mereka akan merecalling sebagian masa kecilnya yang cukup berpengaruh kepada pertumbuhan dewasanya.
Maka, sampai disini kesepakatan terhadap hal-hal yang tak bisa dihindari adalah hal yang paling wajar sebagai perasaan yang tak di tebak meski dengan orang tuanya. Ada wilayah yang mungkin sebagai orang tua tak bisa menyentuh sisi terdalam, yang hanya bisa ditembus sekatnya oleh guru. Meski selazimnya orang tuanya lah yang paling punya legacy terhadap dunia anak nanti, apapun perannya.
Selanjutnya biarkanlah sejenak menghela tubuh agar tidak lelah menatap mata si kecil yang membutuhkan peluk dan dekap ayah bunda. Sekolah itu menjadi semacam gerbang, dunia sesungguhnya ada pada wahana yang mereka akan mainkan dan perankan.
Wilayah-wilayah sunyi adalah wilayah anak yang sulit untuk menentukan apa pilihan mereka. Ketika sedih apa yang harus mereka lakukan, pilihan terburuk adalah beberapa dari mereka mengambil jalan bunuh diri. Karena kesepakatan dalam dirinya telah diambil alih oleh pandangan buruk tentang dirinya sendiri dan orang lain, tak ada yang mencintai dirinya sendiri. Bahkan orang tua memberikan citra negatif kerap kali ia melakukan kesalahan. Maka bunuh diri jalan terbaik menurutnya, bahkan ini petaka dalam dunia pendidikan yang selayaknya diperhatikan tidak dalam wacana saja tetapi dalam pendampingan terus menerus.
0 Comments:
Posting Komentar