GP AMERIKA' Kisruh jelang balapan, pontang-panting kayak lomba 17 an panjat pinang. Semuanya cepat-cepat mengkondisikan motornya agar nggak nyungsep di arena balap.
Balapan tahun ini rada ngebosenin, ane berharap pembalap lain bisa ngimbangin kalau bisa saling take over satu sama lain, agar lebih meriah dan kompetitif. Apalagi yang namanya DUCATI sekarang lagi jadi raja balap di lintasan, semua pembalap Ducati sedang dalam puncak balapnya, termasuk yang satelit-satelitnya. Mereka kerap di depan terus kaga ade yang berani nyalip apalagi beradu cepet, ane sih berharap Quartararo bisa tuh mengembalikan suasana balap yang mulai monoton.
Kadang Aye ngrasa lebih seru nonton Moto2, pada garang-garang nggak jaim, saling salib adu skill antara sama lain. Nah, sobat MotoGp pekan ini pembalap merah putih (Indonesia) berhasil masuk 10 besar dan semoga perkembangannya terus membaik dari tahun ke tahun, berikutnya bisa bergabung kelas tertinggi (Motogp).
Balapan pun dimulai. Sontak saja si 93 langsung melesat ngacir kayak roket, sulit banget dikejar, sama di sirkuit pekan lampau (Argentina). Ora bisa nengok-nengok ke belakang, soalnya takut THR nya nggak kebagian. Diambil sama PECO hihihi (bercanda). adik kandungnya sendiri Alex pun kesulitan mengejar abangnya, sementara Peco masih terus mengejar Alex.
Di garis belakang balapan lebih ramai seru saling salip terjadi. Akademi 46 bertengger di posisi 4 dan 5 sampai akhir balapan. Ini cukup menyenangkan, siapa sih yang nggak kenal dunia balap motogp (Vale) 46 lengkap dengan kesaktian di dunia tikungan.
Luca Marini, Johan Zarco, Vinales, Fabio, tak ketinggalan untuk disorot kamera canggih. Karena kamera banyak menyoroti DUCATI saja,tetapi juga ada Aprilia, Honda, Yamaha, dll. Semoga Kawasaki bisa bergabung lagi suatu saat nanti.
Lagi agak bengong pantengin TV, tiba-tiba Marc tersungkur di lap 9, lalu bangun lagi balapan lagi, meski jaketnya berubah kucel bin sobek. Pada lap-lap berikutnya si 93 mutusin untuk balik ke PIT mengingat ia membalap tanpa rem belakang. Widih ngeri ini memang pembalap. Akhirnya Peco bisa menggantikan posisi Marc sampai finis. Rekan setimnya tersungkur ia pun bisa naik panggung, begitulah balapan deritanya tiada yang tahu. Meski ada komentar miring dari rekan seperguruan, katanya, Peco itu kemampuannya biasa saja, kalau nggak ditopang sampai motor DUCATI, tapi sudahlah, Peco menang, itu harus diakui, sebuah fakta yang nggak bisa dibantah.
0 Comments:
Posting Komentar