Senin, 07 April 2025

Peniru Ulung

BABAK 29
"Silahkan kamu keluar, hitung sampai tiga. Satu, dua, tiga, keluar!" kata sang anak menerikun intruksi sang ayah bila sedang marah. Nadanya persis sama, dengan jari telunjuk yang menunjuk ke atas.

Ayah terdiam, tepatnya terpukul KO (Knock Out) beberapa detik melebur mencerna kata-kata putranya yang baru saja terucap persis seperti yang ia semburkan jika menemukan hal-hal yang tidak tepat menurut pikirannya. Ia baru menyadari bahwa anaknya sekarang menjadi peniru ulung tanpa sangka.

Suasana tegang menjadi cair, mendengar ungkapan anaknya yang tepat sekali memilih diksi sama yang sering ia gunakan. Ayah beserta kedua anaknya tertawa keras (ngakak besar). Kejujuran anaknya telah mengubah beberap hal yang sering ia anggap benar.

Ayah beranjak dari tempat tidur lalu menuju ke kantor pribadinya. Merenung barang sejenak, mungkin ia akan lebih berhati-hati ketika sedang marah. Anaknya bukan lagi bayi yang tak bisa melawan ucapannya. Ia sedang dalam masa "pemberontakan" hingga sering merepotkannya.

Mungkin juga sang ayah menganggap kebenaran hanya milik orang-orang dewasa. Tanpa memberikan ruang cukup bagi anak tujuh tahun untuk mengekpresikan kekuatan ucapannya. Berikanlah sedikit ruang padanya, atau kalau ayah mau berbagi cerita dengan sang anak, maka akan sangat bahagia. Jika ayah bisa merasakannya.

Sang anak sudah beranjak menjadi peniru yang lebih kritis dari pada sang ayah. Pandai menyimpan semua kata-kata sang ayah, hingga suatu saat bisa menggunakan untuk "menyerangnya dan menentangnya."

Ayah makin lama makin berubah menjadi anak kecil yang kehilangan mainannya. Justru kalian yang semakin dewasa melebihi usia dan fisik. Jarang sang ayah beranjak dari kenyamanan berpikir ke pikiran yang lebih jernih. Lalu memandang segala sesuatu pada sang anak memang sesuai kebutuhan dan perkembangan sang anak.

"Maafkan ayah ya?" kata itu yang terucap dalam-dalam. Mungkin kalian tak akan mendengar. Itu suara lubuk nak, jadi kalian tak bisa mendengar. Mungkin kalian akan melihat perubahan meski harus tertatih-tatih.

"Maaf, kalian harus terlahir dengan ayah terburuk." kata itu juga tak mungkin kalian dengar. Mungkin kalian akan bisa sedikit merasakan perbedaan dari hari ke hari.

Agar kalian tak merekam jejak buruk dalam ingatan yang terus terpasung dalam. Ayah tak ingin menjadi pemberi ruang untuk kalian agar menjadi peniru ulung dalam segala perbuatan "buruk" sang ayah.

Mungkin ayah perlu mengungkapkan satu hal. "Kemustahilan bukan suatu fakta, melainkan hanya sebuah pendapat." Muhammad Ali. Jika kalian tak keberatan mendengarnya dan menjalaninya. Sebuah prinsip hidup yang amat terang benderang.

Atau jika kalian punya waktu sejenak. Ayah berusaha untuk menutup pintu hal-hal buruk agar terbuka lebar pintu-pintu kebaikan. Jika tidak, ayah akan lupa membuka pintu-pintu kebaikan karena mengunci rapat-rapat pintu keburukan dan ayah terlena di sana.

Dua kalimat terakhir tak perlu diambil hati jika kalian belum siap.

Tulisan ini di produksi 04 Mei 2021

0 Comments:

Posting Komentar