BABAK 49Ada kalanya mendidik diri dengan beragam latihan untuk mencapai satu skiil tertentu, harus mengobarkan sebagian usia dan waktu yang berharga. Pendidikan diri itu meliputi kemauan keras, kesungguhan berlapis, ketabahan sekokoh gunung dan seterusnya. Semuanya itu dimaksudkan untuk memperoleh pengakuan diri sendiri, bahwa kelak tak ada yang mengenali itu bagian dari sebuah perjalanan Hard On Your Self.
Seorang bintang film ternama telah menghabiskan sebagian kehidupan untuk melatih aktingnya agar semua film memilihnya untuk menjadi aktor, ia tidak memberi celah pada dirinya untuk sekadar istirahat, menyeruput teh hijau sore hari dan mendengarkan kicau burung peliharaannya, semuanya dimaksudkan untuk memicu dirinya pada level berikutnya.

Kepak sayap rajawali yang dilatihnya setiap pagi menjelang berburu, supaya nantinya bisa melesat mencengkram kepala kelinci dan membawanya jauh terbang dan mencabik-cabiknya untuk dua anaknya yang akan meneruskan masa depannya. Entah bisa atau tidak, pohon-pohon besar sekarang mulai tumbang dan ada keengganan untuk menanam kembali, akan ada hak pohon yang terus dikebiri sampai kapan, dan hak burung untuk hinggap juga seringkali terabaikan tak masuk list untuk jadi perhatian.
Belajar dari semua itu, orang tua dan guru-guru sama-sama mendidik diri begitu keras agar tak mudah untuk melebeli orang-orang sekitar dan peserta didik dengan perlambang yang semakin melupakan jati diri yang di didiknya. Mereka yang belum mengalami latihan kehidupan begitu keras seringkali terseok-seok untuk mengukur apa yang diucapkan oleh orang tua dan guru-gurunya di sekolah.
Seorang guru yang terbiasa mendidik dengan begitu keras, ketika siswanya menegus cara berpakaian, kepalanya terbiasa dengan latihan-latihan pertanyaan yang sering menyedot sebagian tidur malamnya, tak begitu mudahnya naik pitam.
"Bapak celananya isbal?" begitu salah seorang siswi menegurnya.
"Yang Isbal bila sampai...tahu nggak!, tahu nggak!, tangan kananya menunjuk siswi tersebut. Mereka menelan kekalahan begitu cepat. Kemampuannya memberi jeda adalah indikasi guru tersebut terlatih untuk menangkap isi pertanyaan siswinya. Bisa jadi bukan bermaksud untuk merontokkan kewibawaannya di depan muridnya, sekadar untuk membuka percakapan yang kerap kali gagal pada kalimat pertama.
Keras pada diri sendiri juga pada orang lain. Dalam kondisi tertentu bisa jadi tepat, tetapi dalam situasi percakapan wajar antara seorang guru dan murid, ia perlu lemah lembut, agar pengetahuan tentang isbal tidak hitam putih, tetapi bisa memahami pada isi teks dan juga konteks. Hingga bisa melahirkan kalimat: "Sabar ya, semua ada kabiakannya, Allah tak menyiakan hambanya." aduhai indah sekali, ketika seorang Ibu menjenguk salah seorang kenalannya di rumah sakit. Ada pelukan ketika anak ibu itu yang berjenis kelamin laki-laki, lahir tak ada anusnya. Jika tak pernah Hard On Your Self, yang keluar kalimatnya bisa jadi: "Itu karena kurang gizi, jadi begitu." Yang ada berikutnya si Ibu makin berlinang air matanya.
0 Comments:
Posting Komentar