BABAK 50
Rabu, 30 April 2025
Selasa, 29 April 2025
Orang Tua Perlu Bangun Motivasi Bacakan Cerita Untuk Anaknya
Setelah menemukan kembali tulisan surat dari Jim Trelease, sekarang berlanjut kepada tulisan Roosie Setiawan yang masih tergabung dalam Komunitas Read Aloud Indonesia. Tulisan ini masih dalam satu bundel kliping yang sama. Mari sejenak luangkan waktu untuk membaca tulisannya, sekadar 20 menit dengan renungan dan ketekunan.
Saya kira ini tulisan berada di tahun 2008, sama dengan tulisan surat dari Jim Trelease.
Ketika dilahirkan, sel otak bayi terdiri dari triliun sambungan (sinapsis) antar neuron yang banyaknya melebihi kebutuhan. Disamping gizi yang baik, diperlukan stimulasi yang berkualitas sejak diri agar ini tersambung dan membentuk manusia dengan manusia cerdas intelektual dan emosional. Kualitas otak anak sangat ditentukan oleh empat tahun pertama kehidupannya, karena 50 persen pertumbuhan otak tercapai di usia 4 tahun.
Orang tua menyadari tugasnya, mengantarkan anak menjadi manusia tangguh dan gemilang di masa datang dan mau berperan terhadap keberhasilan anak, tentunya akan mencari stimulasi yang berkualitas.
Membacakan cerita yang dimulai sejak dini di mulai dengan posisi memeluk/mendekap, terasa kedekatan orangtua dan anak. Juga merupakan stimulasi yang berkualitas, karena anak sudah mulai belajar membaca melalui telinga dan mengasosiasikan membaca dengan hal yang menyenangkan, karena yang terdengar adalah suara orangtuanya yang sudah dia dengar ketika masih dalam kandungan. Ini menimbulkan suasana nyaman dan menenangkan.
Ketika orangtua membacakan cerita mengandung pesan yang jelas bahwa orangtua hadir untuk anak dan perhatiannya khusus untuk anak. Sebaliknya ketika kita melihat ke mata anak, terlihat mata berbinar gembira dan merasa orang tua menjadi perhatian anak.
Dengan mendengar orangtua membacakan cerita, anak belajar mengenai arti sebuah kata dan kalimat, belajar mengucapkan sebuah kata (kalimat) dan tulisan. Memperkaya perbendaharaan kata (vocabulary), belajar struktur sebuah bahasa buku dan dengan irama suara ketika membaca (intonasi).
Kata-kata yang tidak mungkin dipelajari melalui bahasa lisan dengan anak, dipelajari melalui buku-buku cerita yang dibacakan orangtua, juga pengetahuan, pengalaman yang didapat dari tokoh-tokoh dalam cerita menambah pengetahuan dan memperkaya pengetahuan si anak. Membacakan cerita sekaligus merupakan salah satu cara membuat anak siap belajar membaca nantinya.
Membaca cerita merupakan 'hadiah terindah' yang bisa diberikan orangtua kepada anak.
Anak merupakan 'reading role model' yang tak lain adalah orangtuanya sendiri. Orangtua yang mencintai anaknya dan dengan penuh cinta menyediakan waktunya untuk membacakan cerita untuk anaknya. Ini merupakan modal kuat untuk keberhasilan menjadikan seorang anak yang gemar membaca.
If you are a parent you already have the major ingredient to infect a child with the reading bug-love. You love your kids and children love to be loved.
Inject this into the reading situation and you Will succedd.
( Paul Jennings-the reading bug-love and how to help your child catch it)
Senin, 28 April 2025
Hard On Your Self Easy On Other
Ada kalanya mendidik diri dengan beragam latihan untuk mencapai satu skiil tertentu, harus mengobarkan sebagian usia dan waktu yang berharga. Pendidikan diri itu meliputi kemauan keras, kesungguhan berlapis, ketabahan sekokoh gunung dan seterusnya. Semuanya itu dimaksudkan untuk memperoleh pengakuan diri sendiri, bahwa kelak tak ada yang mengenali itu bagian dari sebuah perjalanan Hard On Your Self.
Seorang bintang film ternama telah menghabiskan sebagian kehidupan untuk melatih aktingnya agar semua film memilihnya untuk menjadi aktor, ia tidak memberi celah pada dirinya untuk sekadar istirahat, menyeruput teh hijau sore hari dan mendengarkan kicau burung peliharaannya, semuanya dimaksudkan untuk memicu dirinya pada level berikutnya.
Lebih Dekat Dengan DUNIA Konseling
Ada baiknya dalam keseharian sebagai seorang pendidik akrab betul dengan buku-buku psikologi. Entah itu ditulis oleh orang Indonesia atau orang asing. Semua itu bisa menjadi panduan untuk menertibkan logika pikir para guru juga bisa menuntut prilaku pada pola asuh yang diharapkan bersama. Mari coba simak bersama-sama.
Langkah-Langkah Penyuluhan Sesi curhat berbeda dengan konseling. Curhat bisa ngalor ngidul bahkan ada unsur ngibul jika kepepet, kata si anu, anuan, bahkan pada kondisi tertentu menjadi ajang taruhan karena curhatnya sudah memasuki era non personal. Adu jotos mungkin yang dialasi oleh curhat berbau ngibul, isinya fitnah. Sudah selazimnya bahwa fitnah kadang lebih keji dari pembunuhan itu sendiri. Konseling, ia membutuhkan seperangkat aturan yang kedua belah pihak sudah sepakat. Ilmu pengetahuan menyebutnya sebagai metode, yang diarahkan pada si klien atau konseli mendapatkan satu kesimpulan bagaimana ia akan memperlakukan kehidupan nantinya.
Cara mereka berkomunikasipun beralas pada kesepakatan untuk mencari jalan keluar bukan memperumit masalah seperti yang terjadi sesi curhat, jika kebablasan. Muncul kemudian ghibah tak berujung jika curhat dibungkus oleh konseling. Yang dilakukan kemudian antara konselor sebagai wadah dan klien sebagai pemilik masalah sama-sama berperan pada tempatnya masing-masing.
Si klien (konseli) memiliki keberanian untuk mengungkapkan permasalahannya yang rumit kepada konselor tanpa kecurigaan berlebih. Sehingga nantinya rintangan dapat teratasi, muncul pondasi yang kuat, dan kondisi psikis lebih tertata.
Dalam curhat minim sekali prosedur yang disepakati, bisa jadi ada loncatan tema yang berganti-ganti, misalnya sedang membahas si A yang sedang tanya tentang penyakit Panu pada temannya, coba saja berendam saja di kolam kutub utara. Sembuh nggak, tanya temannya. Nggak, mati iya, jawabnya. Hal-hal seperti tak bisa dielakan ketika curhat, jauh dari prosedur. Jika mampir dalam dunia psikolog, maka obrolannya dikenal dengan konseling yang tertata dan terukur sesuai tingkat kasusnya.
Mereka, para ahli dunia jiwa menyebutnya sebagai prosedur konseling. Meski sering terjadi dalam konseling kedua belah pihak sama sekali tak saling kenal. Kebajikan seorang konselor yang dimiliki membuat sekat-sekat emosi bisa hilang dalam hitungan menit pertemuan pertama, bahkan pada titik ekstrim sekat itu telah hilang saat mereka membuat janji, si konselor sudah memenangkan hatinya meski si klien belum mengutarakan kondisi jiwanya. Dalam prosedur, yang lebih enak disebut sebagai jalan atau langkah, di kepala terbayang apa yang dilakukan setelahnya dari kata; langkah, Jalan. Dari pada memakai istilah prosedur, kadang keterlambatan untuk memperlakukan kata tersebut, sebab ‘kerumitan’ nya, katakanlah seperti itu. Sedangkan konseling lebih akrab ditelinga sebagai penyuluhan, peran yang melekat pada dirinya ketika sedang konseling, lebih dekat dengan kata pembimbing daripada konselor. Ini memungkinkan terjadinya pembacaan dekatnya nantinya, jika teman-teman membaca buku bertema psikologi yang sering bertemu dengan banyaknya istilah psikologi. Sebagai pembaca buku psikolog sering tersandung kata-kata psikologi yang bertebaran di banyak psikologi. Langkah strategis kemudian, tak perlu menagih pada mereka (penulisnya) karena pembaca dan penulis punya jarak tertentu. Tugas pembaca adalah berpikir dan mencari istilah yang ‘menyebalkan’ dengan cara kalian masing-masing.
Mari kembali kepada bagaimana langkah penyuluhan itu dapat didekati dengan cara yang lebih sederhana, meski kadang ujungnya menemukan kendala dalam menerjemahkan apa maksud dari penulis tersebut. Tetapi itu wilayah lain.
Langkah penyuluhan bisa berjalan maksimal, manakala antara si konselor (pembimbing nasihat) dan penerima nasihat bisa saling terbuka satu sama lain. Langkah-langkah penyuluhan dapat mencapai hasil yang yang maksimal, apabila hal-hal yang telah dirumuskan betul-betul dilaksanakan secara sungguh.
a. Adanya komunikasi yang ajaib, isi kalimat-kalimatnya membangun persepsi diri tentang kehidupan yang sedang dihadapinya. Si konseli makin terbuka dengan permasalahan yang sedang di hadapi, sementara si konseler memberikan respon yang tidak bertele-tele, langsung pada intinya. Hal ini akan berpengaruh pada keadaan fisik, jika ia pemabuk, maka ia mulai menyadari bahwa fisik yang ia miliki tidak serta merta diperlakukan begitu saja tanpa pernah merawat; dengan cara menjaga kesehatannya. Pada tahap penting lainnya, struktur psikologi konseli semakin meningkat seiring dengan berjalannya konseling. Bahwa mentality adalah membutuhkan perawatan agar ia tetap waras untuk menghadapi berbagai tumpukan masalah. Dalam ranah yang lain, kenapa disebut sebagai komunikasi ajaib, karena konselor menjadi orang pertama yang harus menggunakan perangkat pendengarannya, agar konseli merasakan betul bahwa ia mendatangi orang yang tepat dan benar. Bukan malah bertambah masalah, yang ujung-ujungnya tidak mendapatkan solusi atas permasalahan yang sedang menerpa kehidupannya.
b. Konselor memerlukan penilaian terhadap hasil diskusi selama dalam proses penyuluhan, ia sebagai pendamping memerlukan mata lain sebagai matanya sendiri. Menggali informasi yang cukup terhadap masalah yang sedang dihadapi oleh konseli adalah bentuk profesionalnya sebagai seorang konselor. Apakah dengan melakukan perubahan kalimat, struktur bahasa, dan pendekatan dapat membuat konseli bisa mengungkapkan permasalahannya dengan cara wajar, tidak ditutupi, atau malah semakin tertekan. Melakukan refleksi, apakah muncul kesadaran untuk menerima masalah sebagai suatu kenyataan yang tidak bisa terelakkan. Kepiawaian dalam membatasi masalah setelah konseli mengungkapkan semua permasalahannya agar nantinya bisa dipilah dan dipilih mana yang perlu menjadi prioritas utama.
c. Adanya tujuan yang ingin di capai. Penulis lebih menyukai jika keduanya bisa berjalan beriringan ketika mereka sudah bertemu dalam satu meja diskusi. Kadang kala konselor menjadi penggerak utama manakala masalah begitu banyak dihadapi oleh konseli, hingga konseli perlu menetapkan uji kelayakan masalah (skala prioritas). Atau cara yang lain, konseli mengajukan sebuah permasalahan yang paling pelik lalu meminta masukan arahan dari konselor sebagai bagian dari pekerjaannya. Tujuan mesti rinci agar nantinya bisa menyelesaikan masalah tanpa ada masalah lagi, mirip pegadaian.
d. Setelah penetapan tujuan tercapai, konselor perlu melaksanakan kegiatan lain yaitu skema konseling, salah satunya memberikan contoh penyembuhan diri dari kehidupan sehari-hari. Misalnya konselor memastikan bagaimana tahap-tahap berhenti dari merokok (in vivo). Skema konseling yang dilakukan di dalam ruang diskusi untuk mencari dan menemukan masalah serta jalan keluar dalam tradisi konseling bisa disebut sebagai metode in vitro.
e. Kearifan seorang konselor dapat dilihat dari kemampuannya menakar situasi, apakah konselingnya bisa dilanjutkan atau sebaiknya diputuskan untuk berhenti melihat beragam kondisi. Setelah rangkaian pendekatan personal, penilain individu, tercapainya tujuan tertentu, strategi konseling bisa diterapkan, dan konseli terlihat adanya perubahan ke arah positif, maka konselor memerlukan serangkain uji coba kepada konseli apakah ia menjalani kehidupannya dengan mental pejuang (tidak mudah menyerah). Jika kecenderungannya berjalan di tempat, konseli makin tidak keluar dari sergapan masalah, pilihannya tetap dilakukan konseling dengan jangka waktu tertentu, dengan pendekatan lain. Dalam tradisi konseling tidak ada konsep tunggal untuk mendakati psikologi seseorang dan mengabaikan metode lainnya. Hal itu terlalu naif dan mengunci diri dari sudut pandang lain.
f. Terakhir tahap Terminasi, penghentian konseling bisa dilakukan secara bertahap setelah melihat perubahan positif dari konseli. Dalam terminasi ini, salah satu aktivitas yang bisa diterapkan adalah tranfer learning, pengubah suasana belajar dari wilayah meja diskusi pada kehidupan sehari-hari. Konseli bisa menerapkan apa yang didapat selama proses konseling atau kembali pada kebiasaan semula.
Esai Psikologi Dengan Metode Pembacaan Dekat
Sumber Teknik-Teknik....(menyusul melengkapi)
Minggu, 27 April 2025
Judul-Judul SKRIPSIku
1. Studi tentang bentuk negara dan lembaga kekuasaan
2. Kekuatan negara yang otonom serta implikasinya terhadap ekonomi rakyat
3. Politik belah bambu dari parpol hingga anggota dewan
4. Tujuh kata monumental dan pengaruhnya terhadap sistem pemerintahan indonesia
5. Penegakan hukum dan implikasinya terhadap para pelaku politik
6. Penegakan hukum dan pengaruhnya terhadap negara kesatuan republik indonesia
7. Politik ekonomi dalam pandangan partai keadilan sejahtera
8. Politik Isolatif Muhammadiyah
9. Kompetensi Ombudsman dalam menangani permasalahan politik di Indonesia
10. Etika Politik, berkaitan dengan kebebasan, persaudaraan, dan pluralisme
11. Sistem Pemilu menurut Undang-Undang Pemilu dalam menentukkan kedemokrasian suatu negara
12. Efektivitas pemilu dalam menentukkan pemimpin yang sesuai dengan keinginan rakyat
13. Peluang dan tantangan otonomi daerah pada era reformasi
14. Studi tentang pengangkatan kepala negara dan bentuk pemerintahan
15. Kekuatan negara yang otonom dan pengaruhnya terhadap ekonomi rakyat
Sabtu, 26 April 2025
OUTLINE NOVEL THE TALE OF CHU-ENG
BAB 1 Cerita Indah dalam keluarga
a. Reuni Jagung Bakwan dan Pisang Goreng
b. Menghibur dengan sulap kue kemplang
c. Cerita ayah waktu kecil
d. Cerita Ibu waktu kecil
e. saat Ibu dilamar
f. saat ayah melamar
g. Kisah hidup anak manusia (AMI)
h. Kisah hidup anak manusia (SITI)
i Meniru suara tukang sol sepatu, ayah tersenyum
j. Sepeda Onta
k. Bernyanyi lagu bapak pucung
l. Pengorbanan yang tulus
Jumat, 25 April 2025
MELEWATI FASE
"Pindah sekolah belum tentu bisa menyelesaikan masalah,"Ucap sang ayah menenangkan.
"Nggak!, pokoknya pindah, kenapa nggak ia naik kelas empat saja." Pekik sang anak.
"Kalau kamu nggak nyaman bicara saja."
"Nggak, ia penginya ngajak ribut terus, malas banget yah."
Perdebatan itu membuktikan bahwa dunia anak tak sebanding dengan apa-apa yang bisa kalian tebak secara mudah. Mereka cenderung menghadapi persoalan dengan bekal dari rumah. Bila ia dibesarkan dengan cercaan fisik maka ia sedang mengembangkan diri dengan bahasa tubuh yang berisi intimidasi. Terutama pada anak-anak yang bisa ia kendalikan dengan remote controlnya. Ia memegang kendali penuh atas apa-apa yang berlalu di bawah usianya. Ia sendiri belum bisa membawa diri dalam peraasaan-perasaan tabu yang seyogyanya dimiliki. Seperti kasih sayang atau semacamnya.
Ia sendiri menangis sesenggukan: "Kamu senang, jika teman-teman menyayangimu" ucap salah seorang dewasa. Anak yang sering di labeli sebagai pembully di sekolahnya, seperti vampire yang mencoba menantang pikuk. Ia sibuk menggigiti jarinya (mungkin untuk menangkan kekalutannya). Rupanya ia punya mimpi-mimpi buruk yang tak bisa ia halangi. Ia mungkin bisa menghindari, tetapi dengan cara apa. Ia masih teramat kecil untuk memikul tanggug jawab besar, seperti anak-anak pada umumnya.
Ia mungkin ingin bercanda sewajarnya, tapi ia tak mengetahui atau belum mengetahui bagaimana memulai sebuah pembicaraan. Ia mungkin kebingungan sendiri mengenai tata letak pertemanan dan bagaimana membuka sebuah pembicaraan. Ia mungkin baru satu cara yaitu yaitu kontak fisik dengan tipe yang sama dengannya. Masalahnya pesannya tak terbaca dengan baik. Ia sendiri mungkin masih bingung cara berekspresi, karena dirumahnya ekspresi adalah aib yang mesti dijauhi, seperti koreng.
Ini menyedihkan tetapi ada hal yang bisa kalian nikmati sebagai para ayah. Kalian bisa menikmati dari sudut pandang yang lain. Meski kadang jangkauan itu terlalu jauh, hingga sulit untuk mengenali jenis pendekatan apa yang sedang mereka pakai. Mereka seolah punya komunikasi yang enggang diketahui oleh orang dewasa. Bahkan diantara mereka yang menjadi korban bully seringkali sulit untuk berkomunikasi dengan selayaknya, tak coba untuk menyelaraskan apa yang ada dalam kepala lalu diverbalkan secara berurutan. Setidaknya seperti harapan orang dewasa di sekitar, tetapi masih jauh dari kenyataan. Ia mesti diajak dialog dari hati-hati (kata agamawan) agar semua unek-unek tentang ketidaknyamanan dengan teman sebangku menjadi cair dan hangat.
Beri ruang pada mereka agar apa-apa yang luput bisa kalian dekati secara wajar. Bukan 'nasib' sang pembully yang sering kalian 'kutuki' sebagai anak antisosial dan yang dekat dengannya. Jangan lupa mereka masih anak-anak yang perlu pendampingan yang eduparenting. Dari sana mereka merasa mencintai dan tidak mencoba membunuh kehangatan dengan membully sebagai bentuk pelampiasan. Percayalah bahwa tidak ada anak yang ingin membully, mereka mungkin masih mencari bagaimana sebaiknya berkomunikasi. Soal nanti, ia bilang anak nakal, nggak bisa diatur, dan bla-bla-bla. Itu urusan nanti, yang penting keberadaannya mampu mengundang 'perhatian' orang dewasa. Apakah itu benar? atau ini bahasan lain.
Yang dikuatkan lagi-lagi adalah objeknya (korban). Agar ia bisa berbicara pada subjek (pembully) bahwa apa yang dilakukan tidak memberikan rasa aman, mungkin saja berbahaya. Soal diterima atau tidak, itu urusan waktu. Biarlah waktu yang mendewasakannya, setidaknya itu, jika kalian belum/tidak menyepakati. Ketika dipikir-pikir, keduanya harus dikuatkan. Bahwa keyakinan untuk memulai yang baik adalah sebuah keniscayaan. Keduanya yang masih anak-anak, yang menakjubkan dan perjalanan masa depan masih jauh. Pendampingan yang tepat adalah salah satu keniscayaan. Bagi mereka yang jadi pembully dan korban bully.
Fase adalah lumbung mental yang mereka mesti lewati. Jika Fase itu terlewati, mereka bisa menjadi sahabat yang baik. Karena mereka mudah untuk berkomunikasi setelah sekian lama tersendat. Satu lebih hati-hati, sementara yang lain terlalu agresif tanpa pernah bisa mengerem tindakannya.
Bisa jadi mereka mengambil katering kelas bersama sambil ngobrol ringan, setelah mereka beradu argumen masing-masing. Setelah beberapa puluh menit yang lalu mengambil peran sebagai pembully dan korban, tanpa pernah mereka maui. Orang dewasa memberikan arah agar mereka jalan tanpa gelap, dan tetap memperhatikan eduparenting yang seluas-luasnya. Mestiah kalian sering-sering membersihkan kacamata agar pandangan kalian tetap jernih dan tan menebak-nebak arah mata angin.
Tulisan ini produksi 14 Mei 2023
Kamis, 24 April 2025
KONSEP DIRI
Ia tetap mengalah dan mencoba untuk beradu argumen dengan anak yang ingin jadi pemimpin (imam sholat, dll). Ia seperti tak ingin digurui dalam bidang apapun. Mulai dari antrian yang memiliki tujuan untuk saling bergantian. Bersabar dan regulasi emosi. Dan seterusnya.
Pendangkalan dengan mengatakan "aku lebih tua" lalu dengan itu ia seenaknya mengatur semua konsep yang sudah ada dan mengacaknya seacak-acaknya. Lalu ia bungah karena berhasil menundukkan semua pikiran yang muncul untuk meredam kekonyolannya. Namun, entah mana dan darimana bahwa pikiran "aku lebih tua" dengan balutan ego yang meninggi diejawantahkan dalam bentuk dominasi pikiran juga bahasa tubuh.
Tak elok tentunya juga berpikir bahwa masa anak-anak dihiasi dengan tekanan. Tekanan dari pola asuh yang lagi-lagi menjadi ruang tindak yang bisa menjadikan anak-anak mempunyai cara "bertahan" dari lingkungan yang membuatnya taat pada aturan. Mungkin dikepalanya aturan bukan untuk ditaati, tetapi dilanggar selanggar-langgarnya.
"Kalau bisa patungan Yah, agar ia bisa dipindahkan sekolah lain yah." Pernyataan si anak menjelang kepulangan sekolah.
Sejatinya pikiran-pikiran anak selalu bertebaran melayang dalam memorinya. Apa yang keluar adalah simbol bahwa tekanan itu demikian dahsyat hingga sanggup melontarkan mata yang tajam hingga meruntunkan susunan mental anak yang di bawah usianya.
Tidak hanya itu Guru, kalian boleh sekali-kali simak di sela-sela kesibukan yang menggunung dan 'tata krama' yang melelahkan, lalu lupa bahasa tubuhnya begitu 'menakutkan' nyali anak-anak yang tak terbiasa untuk bertahan dari gempuran bahasa tubuh yang baru sama sekali terlihat oleh mata belia.
Ia seperti punya sensor yang bisa mendeteksi siapa saja yang bisa jadi sasaran empuk untuk digongseng oleh otak reptil yang telah meronta-ronta. Pelan-pelan keluar akal-akal bulus hingga bisa menyalurkan secara membabi buta. Ia tidak lagi bisa mengerem barang sejenak agar apa yang ia lakukan dapat ditimang-timang apa nanti resikonya. Jika itu terus berlangsung maka hal-hal yang berbahaya di matanya tak lagi berjarak, ia sangat-sangat mudah untuk membully siapapun tanpa penghalang berarti. Termasuk dirinya sendiri tanpa ia sadari.
Kenapa ini bisa terjadi. Ia bisa jadi korban bullying di rumah. Karena ia mahluk terlemah yang sering dilemahkan oleh orang yang terkuat di rumahnya. Entah itu ayah, bunda, bibi, Yang bantu-bantu di rumah, kakak, adik, kakek, atau nenek. Yang bisa menguras seluruh rasa percaya diri yang telah di kumpulkannnya lama sekali. Raganya tampak kuat, sejatinya jiwanya penuh luka dan menghitam seperti patukan kobra berkali-kali.
Keluar dari cangkang yang rapuh di rumah, ia mencari objek yang ia akan lampiaskan dengan cara yang lebih kuat dan tergesa-gesa. Ia belum menyadari kalau ia telah menyerap segala jenis tindakan fisik yang menempanya dengan serampangan tanpa ada penjelasan apapun. Kenapa aku dipukul, dicubit, di jitak. Meski penjelasannya ada kau tak mungkin bisa menyadari dengan cepat. Kau seperti berdiri di persimpangan jurang yang dalam dimana-mana. Penjelasan adalah pembenaran bukan mulai membenahi apa-apa yang mungkin keliru, dan ia tak menyadari telah mewarisinya pelan-pelan. Hingga kau sulit membedakan mana rasa sakit dan nyaman, karena kau seringkali melewatkan masa nyaman meski sedikit. Karena ruang itu tak kau dapatkan meski rumahmu seperti taman wisata.
Ia sosok yang lemah di rumah, lalu menjelma 'monster' di luar ketika menemukan mangsa yang empuk untuk digigit oleh taringnya yang panjang serta tajam. Sekali lirik ia bisa membidik mana sasaran yang empuk dan yang memberi benteng pada anak-anak yang terlihat kuat di mata 'pedangnya'. Tak gegabah untuk sekedar mengeluarkan taringnya, bisa jadi anak-anak yang kuat bisa mencabut taringnya lalu mematahkannya semudah roti bakar.
Bentuklah harga diri yang bagus pada jiwa anak agar bisa membawa perasaan nyaman dan kuat dan dapat berkumunikasi secara wajar. Lalu tak lagi canggung untuk mengingatkan pada apa-apa yang telah diajarkan secara benar, dan tak lupa untuk selalu rendah hati. Agar kawan-kawanmu menjagamu dari jarak yang tak engkau sangka-sangka.
Konsep diri yang keren agar tak jiwamu mudah goyah ketika mendapati dirimu dalam guncangan bully atau yang mendekatinya. Semuanya berlangsung tanpa bisa kendalikan, dan tidak semua mata mengawasi. Selalu ada celah, bagi kuku-kuku tajam yang selalu diasah oleh pola asuh orang tua yang bersembunyi dibalik arogansi yang menyebalkan. Mari coba lihat dan acungkan tiga jari kedalam bukan sebaliknya.
Tulisan di produksi 06 September 2022
Rabu, 23 April 2025
PINDAH SEKOLAH? (2)
"Ayah aku ingin pindah sekolah saja, nggak enak di sekolah, Banu selalu mengganggu padahal aku tidak usil," Kata si anak menjelang tidur malam. Kepalanya ia benamkan dalam ketiak ayahnya.
"Pindah sekolah itu belum tentu bisa menyelesaikan masalah, bisa jadi di sekolah yang baru ada lebih banyak anak-anak kayak Banu," jawab si Ayah dengan isi jawaban sedikit "mengancam" situasi. Si Ayah berusaha membawa isi pikiran anaknya kedalam cara alam pikir orang dewasa, tentu saja ini berisiko. Jika tidak ada pendampingan yang terus menerus.
Ia membenamkan kepalanya ke ketiak ayahnya lebih dalam. Seperti burung yang ingin hangat di bagian kepalanya.
"Nggak enak di sekolah," ia mengulangi kata yang sama.
"Kamu harus berani bicara, kalau tidak nyaman katakan tidak. Perjalananmu masih panjang," Kata si Ayah.
Mungkin ada banyak kata yang bisa mewakili kejadian itu. Ada baiknya pikiran alam bawah mengaktifkan kata-kata positif yang segera dimunculkan bila anak-anak mengalami School refusal yang ia sendiri tak bisa mengatasinya. Orangtua mohon untuk menumbuhkan bakat atau setidaknya memaksakan bakat seorang mas-mas motivator agar anandanya di rumah berkurang kecemasan, ketakutan, bahkan penolakan tak ingin sekolah.
Bahwa memilih Home Schooling adalah cara lain agar anak bisa menumbuhkan bakatnya, menggali ekpresi kepribadian secara lebih terukur. Itu bisa saja terjadi, tetapi ada banyak pilihan selain home schooling. Kursus-kursus kah, les piano, sekedar membacakan cerita, ayah yang mengajarkan kemacoan anak lelaki, dan seterusnya. Home Schooling adalah pilihan yang baik diantara pilihan-pilihan yang baik juga.
Kembali lagi, pindah sekolah adalah cara terbaik setelah cara-cara terbaik dilakukan. Secara alami pindah adalah hal yang wajar, karena efek lingkungan adalah akan melahirkan pengaruh-pengaruh kuat di masa yang akan datang. Seperti Efek menulis lahir dari efek membaca. Efek dari bully bisa melahir pembuli-pembuli lain. Salah satu cara terbaik adalah soal pendekatan personal kepada pembuli atau terhadap korbannya. Adalah pola asuh akan melahirkan asuhannya. Hindari pola asuh yang cenderung anti klimaks antara sekolah dan rumah. Minimal seimbangkan, agar nilai-nilai yang berkembang di sekolah dapat di budayakan di rumah secara wajar dan menyenangkan.
Bahwa Ikan tidak bisa memanjat pohon, adalah ketidakmanusiaan kita/aku/kami/kamu sebagai ukuran manusia. Mungkin saja ada hal-hal yang sering dibebankan kepada anandanya yang mungkin belum waktunya, katakanlah seperti itu. Yang jadi korban adalah perasaan yang terdalam. Tergores saja sudah sakit, apalagi sampai tercabik-cabik. Orang tua manapun tak ingin melihat salah satu buah hatinya terjun dari lantai rumahnya, mengakhiri hidupnya di tali yang membunuhnya, atau bergeser pada disorientasi pikiran sehatnya. Menjadi orang yang luntang lantung tak berbaju mengukur jalanan.
Bahwa ikan adalah ikan, bahwa kera adalah kera ia tidak bisa bertukar peran-peran kemampuan. Begitu juga ananda, ia lahir dengan bakat-bakat yang berbeda-beda. Maaf, mungkin pendekatan tak berimbang. Tetapi setidaknya orang tua bisa meredam apa-apa yang ingin diturunkan kepada anak secara membabi buta. Tanpa pernah menoleh apa yang ada pada dirinya secara sudut pandang yang berbeda.
Selasa, 22 April 2025
BERIKAN PIJAKAN
Ayahanda, jika kalian pulang ke rumah, lalu anak kalian berkata yang menyudutkan pikiran tentang sesuatu yang mestinya di yakini sebagai pilihan terbaik di masa depan. Bahwa anak-anak mengalami kesulitan beradaptasi, mengalami tantangan yang sebenarnya mereka bisa atasi adalah keniscayaan yang tak bisa terelakkan. "Ayah aku pindah sekolah saja, di kelas aku nggak nyaman!" kata anak menjelang tidur bersama pelukan sang ayah.
Mendengar itu, cobalah tuk bertahan meski itu sulit. Berikian pijakan sekaligus kekuatan pada anak-anak menjelang tidur, seperti guru sakti menyalurkan tenaga dalam pada murid kesayangannya. Anak lelaki seperti pendekar yang sedang turun gunung menjajal alam maya pada ini. Apakah dirinya mampu bertahan dalam dunia persilatan yang semakin banyak pendekar tangguh tengah memperebutkan 'kitab sakti' yang di lombakan atas nama kesatria.
Tetapi anak kita bukan pendekar dalam arti sesungguhnya, yang mungkin bisa tanamkan adalah sifat kependakaran yang bisa muncul sebagai kekuatan untuk melindunginya dari bully yang tak kenal lelah bagai kekuatan 'Iblis' yang bersemayam dalam raga anak-anak. Meski itu bukan 'iblis' yang sebenarnya, hanya mungkin pola asuh salah satu orang tua yang mengajarkan pendekatan fisik adalah terbaik untuk menaklukkan anaknya ketika menjelma seperti gasing.
Bahwa anak yang seperti anak gasing adalah anugerah yang terbaik, anaknya bisa mengekpresikan dengan cara yang membuat orang tuanya gerah kepalang basah. Padahal mungkin ada cara lain seperti mengajak bermain fisik yang bisa menguras tenaganya dan bisa sedikit putaran gasing itu, ada banyak menuju mekkah. Begitu banyak cara agar anak-anak kita bisa menyalurkan bakat gasingnya itu.
Jika masalah itu bisa diselesaikan dengan cara anak-anak, maka orang tua sekali lagi bertahan meski itu sulit. Kelak ada banyak aral melintang yang harus anak-anak hadapi dalam bentuk berbeda-beda, hingga mereka lupa bagaimana caranya untuk mengeluh dan merengek minta dibantuin masalahnya. Ada banyak hal yang harus anak-anak selesaikan sendiri demi karakter yang utuh dan menyeluruh.
Tetapi jika masalahnya tak bisa ia hadapi sendiri karena beberapa keadaan, meski lah sebagai guru silat yang baik mestilah turun gunung untuk menyelamatkan muridnya dari kehancuran mental dan gelapnya masa depan. Ia pun menurunkan jurus-jurus baru untuk meng counter segala pernak-pernik masalah yang terus menerpanya. Tatap matanya menjelang ia tidur, lalu tanyalah meski ia sulit menjawab dan ia 'bisa' menyelesaikan dalam mimpi-mimpinya. Lalu ketika pagi hari-AHA- bisa menemukan solusinya. Siapa tahu di malam-malam lain ia bisa bercerita tentang kesulitannya tanpa perlu diinterogasi bermacam-macam pertanyaan dan pernyataan.
Bertahanlah untuk beberapa langkah menuju kemenangan, bahwa orangtua menjadi semacam ujung tombak dari semua harapan. Berharap membuat anak-anak semacam patung tak bergerak dan tak punya inisiatif apapun. Dunia ini bisa diselesaikan karena adanya perangai orang-orang yang kreatif, salah satunya. Membikin anak-anak patuh tak punya ekspresi apapun adalah kegagalan sempurna dari orang tua yang menginginkan anak-anaknya penurut, diam seperti sapi ditusuk hidungnya, tak punya keberanian untuk bicara, adalah kesalahan yang patut orangtua kikis sedikit-demi sedikit. Melatih anak memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap apapun pilihannya adalah bukti kependekaran seorang orangtua/guru telah memulai sesuatu yang lebih penting dibanding membuat anak diam-diam dan diam lagi dirumah. Rumah yang semua anggotanya teramat tenang, diam, tak bergolak, seperti kuburan yang masih merah. Tetapi juga tak bermaksud untuk berusaha membakar rumah sebagai akibat kreatif tingkat tinggi, bukan begitu?
Semua untuk anak-anak sebelum anak-anak itu menemukan caranya yang kurang tepat untuk melawan 'penindasan' dunia yang kejam tak kenal arah tujuan.
Mari rengkuh sejenak bahu mereka agar mereka kuat mengangkat beban hidup kedalam pikiran lembut, dan mengeluarkan pikiran sedingin salju. Lalu tepatlah tindakan mereka.
Bahwa gagal adalah pilihan terburuk meski tak selalu buruk, lalu kesuksesan adalah kunci terbaik. Meski sukses tidak melulu selalu kekayaan, tetapi anak yang bertanggung jawab terhadap peran yang telah dipilihnya adalah bentuk nyata dari sedikit banyak kesuksesan yang banyak di damba orang tua.
Senin, 21 April 2025
PR BESAR
Ia diajak oleh ayahnya untuk mampir terlebih dahulu di sebuah warung sayur. Hal utama yang dilakukan oleh si anak itu adalah menutup hidungnya.
"Yah ayo cepetan." Sambil memencet hidungnya.
"Sebentar lagi Mas."
PR besar ini.
Minggu, 20 April 2025
PINDAH SEKOLAH?
Ayah melihatmu 'terkapar' lagi di UKS berwajah malas ke kelas. Ayah tak mampu memberi semangat yang kau maui. Sementara perjalanan hidupmu masih panjang. Ada banyak hal yang belum kau pahami hingga kau memilih untuk berlari dari masalah yang sedang menderamu di awal-awal kelas tiga.
Pekan lalu kau memberi pilihan sulit pada ayah bunda. Bahwa di kelas-di kelas barumu nanti, jika ayah memberi kesempatan padamu untuk mengiyakan bahwa pindah sekolah adalah satu-satunya cara agar kau bisa keluar dari ketidaknyamanan di kelas. Kau sering menyebutnya bully, ayah tak tahu dari mana kau menemukan kata yang horor itu. Apakah kau mendapatinya ketika kau pernah berantem dengan kawanmu, lalu kakak dari temannya menghasut seluruh gang di rumahmu agar menjauhimu. Itulah bully yang kau maksudkan itu. Maaf ayah belum bisa memahami isi pikiranmu seutuhnya. Jangan-jangan kau menyerap pijakan dengan cara yang kurang tepat. Sementara kau punya seperangkat alat yang kau bisa gunakan untuk membalasnya. Tetapi kau enggan, apakah ayah perlu merubah redaksi bahwa beladiri bukan untuk berantem menjadi beladiri digunakan ketika kau mendapatkan bully lagi.
Ayah sedang mencari ramuannya. Agar kau kuat menjalani masa-masa kecilmu dengan ceria. Apakah ayah perlu mengubah cara belajarmu menjadi home schooling agar kau kembali ceria seperti kelas-kelas kecil dulu.
Kau pernah cerita tentang bagaimana menahan amarah ketika tersudut dalam bully yang pernah kau alami ketika tak ada mata awas dari orang dewasa sekitar, sang pembully begitu leluasa melancarkan ambisinya untuk menaklukkan setiap yang lemah agar bisa puas, atau setidaknya bisa menujukkan sesuatu yang lebih dalam bentuk apapun. 'Katanya' sang pembully mendapatkan perlakuan kasar dari ayahnya. Hingga dalam kepalanya bisa kau bayangkan dalam kepalanya meredam amarah dengan amarah lain. Kau bisa membayangkan betapa menyedihkan waktu-waktu di rumahnya, jika kau bisa membantunya menemukan cara lain agar tak menumpahkan kekesalannya dengan cara bully. Jika kau mampu.
"Dia punya mata yang menyedihkan," ungkap sang anak.
"Bisa kau ceritakan." Tanya ayah
"Seperti mata sapi yang habis disembelih yah ketika Qurban, sebenarnya kasihan. Tetapi ia bisa menyebalkan jika tersentuh sedikit dan ia tidak terima bisa jadi masalah yang runyam."
Lalu kau membayangkan akan terjadi hal-hal yang buruk jika kau membalasnya. Kau pun menyadari dengan selangkah lebih, betapa keputusan adalah segala sesuatu yang mahal dibanding apapun. Keputusan mengurungkan niat, melihat dampak lebih besar yang bakal ayah terima. Hatimu begitu lembut nak, padahal kau sedang serapuh-rapuhnya perasaan.
Untuk sekarang kau bertahanlah sedikit saja, maka jalan panjang ketakutan-ketakutan itu akan hilang bersama kekuatan-kekuatan yang kau munculkan sedikit demi sedikit pada derita menakutkan bernama bully.
Satu kali kau bertanya tentang orang yang bunuh diri pada ayah. "orang yang bunuh diri adalah orang yang tidak kuat menahan ketakutan dari bayangannya sendiri, memiliki konsep diri yang rapuh, dan tentu saja ia di hadapkan pada kekuatan yang tidak bisa ia lawan sendiri. Yaitu kekuatan untuk menolak patah. Jika mereka bisa bangkit dari kerapuhan itu dan bisa menghadapi kenyataan pahit lalu mengubahnya menjadi keyakinan berkobar, maka tiang gantungan akan menggantung angin dan senyap. Tak ada orang yang gampang sekali menyelesaikan masalah dengan bunuh diri."
Selangkah adalah rasa yang kau bangkitkan kelak dikemudian hari menjadi semacam perisai dari kecemasan dan situasi yang mestinya kau bisa pudarkan dengan sedikit humor dan bercerita pada ayah bunda di rumah agar hidup yang berwarna itu tak cepat-cepat gelap. Bila kau terpaksa berkawan dengan kegelapan kau bisa menaburi dengan ribuan bintang yang kau ciptakan semudah membalik telapak tangan.
Sementara itu dari ayah. Kau kuat-kuatkan hatimu dan teguhkan dalam-dalam.
Sabtu, 19 April 2025
MOGOK KE SEKOLAH
Anak itu meringkuk memeluk bantal guling kesukaannya. Bundanya sudah mulai tak tersusun kata-katanya. Anak lelakinya mogok pergi kesekolah. Padahal ia rekor tak pernah macet pergi ke sekolah barang sehari pun. Mungkin baginya aib bolos barang sehari dan tak mengisi jurnal pagi untuk pertama kalinya.
Pada hari itu, ia benar-benar melakukan tugasnya dengan baik. Merajuk tak mau ke sekolah. Rupanya setelah selidik punya selidik ia tak nyaman dengan teman sebangku. Padahal ia sudah berjanji pada ayahnya agar berani agar tak meninggalkan masalah lalu pergi menjadi pecundang kelabu yang tak bisa membedakan warna apapun.
Ia mungkin lupa akan komitmen mulia. Sebuah kalimat yang jarang diajarkan di sekolah. Ia berangkat dari rumah membawa senjata pemusnah masal yang berisi kalimat-kalimat sakti yang diturunkan oleh lidah sang ayah agar berani bicara jika memang perlu dibela. Selanjutnya ayah seragkan segalanya pada keputusanmu yang mungkin berani kau cerna dalam-dalam isi kepala. Yang kau muntahkan kepada waktu dan orang yang terasa nyaman kau tumpahi segala unek-unek.
"Kami terus kuatkan anandanya bun, sebelum benar-benar dipisah duduknya." kata bundanya suatu pagi menjelang berangkat sekolah.
Yah, sebuah cara yang tak biasa agar ia terbiasa dalam tanda petik menyelesaikan setiap masalah yang menerpanya. Ada banyak fulan-fulan yang sejenis yang mungkin kau temui kelak ketika dewasa. Entah ayah bunda bisa memberi semacam penerang agar jalan tak terseok-seok sedemikian rupa. Tetap saja ayah bunda tak bisa menebak isi kepalamu meski darah yang deras mengalir dalam tubuhmu adalah darah kami. Kami mempunyai segudang pelita yang siap kau ambil kapan saja, tak perlu membayar. Jika sewaktu-waktu pelita mati atau hilang kau boleh kembali kapan saja tak perlu mengetuk pintu rumah tiga kali. Kami sudah tahu baumu darah ribuan mil. Jadi jangan sungkan-sungkan. Kami masih sama seperti dulu, yang berbeda hanya umur kami yang terus bertambah.
Sepulang main, ayahmu memberi tahumu kegiatan esok. Ia berbinar seperti biasa, lalu mengangkat kedua tangan, ayah maklum.
Ayah terlupa kalau gurumu itu yang kau bilang galak itu adalah daya ungkap yang belum bisa kau tangkap dengan seksama. Bahwa galak sama dengan tegas, jika kau tak sepakat tidak apa. Bahwa marah-marah sama dengan benci, lagi-lagi jika kau tak setuju tak jadi soal buat ayah. Lagi pula ayah hanya mengira-ngira. Ada banyak wilayah psikologi yang tak bisa ayah jangkau dengan alat hukum. Tetapi, setidaknya kau bisa belajar banyak dari semua orang yang kau temui, hingga pada satu hari kau bisa menyimpulkan dengan caramu sendiri bukan dengan cara ayah.
Siang itu senyummu kembali lebar seperti layar lebar. Kedua tanganmu menangkup ikan yang berhasil kau tangkap di dalam kubangan. Seorang yang kau anggap sebagai guru yang galak bisa menjadi teman menangkap ikan yang menyenangkan. Ayah senang kau menemukan kembali semangatmu untuk sekolah.
Kau rindu salju pada tiap iklan tv promosi tentang perjalanan wisata muncul. Kau bisa belajar dimana saja tak mesti disekolah, justru kau akan kuat nanti pada hutan belantara kehidupan yang banyak ranjau dan bisa meledakan isi kepalamu.
Salju adalah pikirmu dan tindakmu, jadi perhatikan langkah-langkahmu agar kau bisa menghirup udara yang sama dengan tempat yang berbeda.
Jumat, 18 April 2025
GURU JUGA 'DOKTER' JUGA 'PSIKOLOG'
Setiap pagi Kano menangis ketika bundanya pulang ke rumah. Bundanya kukira kerja atau semacamnya. Rupanya ia dirumah, beribadah dirumah (prasangka baik saya), entah itu menyetrika, berbenah, menyapu, mengepel, atau ikut kelas motivasi yang diisi oleh pembicara yang tetangganya sendiri.
Ketika itu terjadi dan anak sudah ada di sekolah dan memiliki keberanian untuk hadir dan menatap guru-gurunya yang mungkin menyebalkan, tetap saja diapresiasi. Kesediaan mereka adalah di atas segalanya. Bahwa orang dewasa pun kadang masih mengeluh tentang kesediaan untuk belajar padahal mereka hanya menyediakan sedikit tenaga dan berani berkorban.
Soal nanti Kano akan merajuk, menangis, diam mematung, kontak fisik, itu sisi yang lain yang nantinya jadi bekal buat para guru untuk menantang dirinya agar bisa beradaptasi atau bisa membuat jalinan perasaan yang kuat dengannya kelak di kemudian hari.
Membangun kesepakatan itu penting karena akan membangun alam bawah sadar, bahwa kotak itu penting untuk di tempati tetapi tidak untuk dimiliki, agar nantinya sang guru kelas, pendamping, atau siapapun yang mendampingi punya kesamaan dalam hal pendampingan (penanganan). Seperti obat menemukan penyakitnya, atau sebaliknya.
Guru itu dokter yang tak berlisensi dalam hal penanganan yang lebih rumit, tetapi ia adalah seorang psikolog yang mengambil sudut pandang pada tiap-tiap kejadian. Hingga ia berjuang mematahkan mitos, bahwa si A itu gini lho, si B gitu lho. Tetapi ia mampu menerjemahkan setiap situasi kedalam perlakuan-perlakuan yang berbeda dari hari ke hari. Ia menyediakan banyak waktu untuk mendoakan mereka dalam setiap kesempatan.
Keasikan mengabdi pada perasaan anak-anak, saat kedatangan, kegiatan kelas, bermain, dan seterusnya adalah hal yang tak bisa mereka dapatkan lagi ketika mereka dewasa. Perasaannya nanti tumbuh seiring waktu. Jika mereka memang tumbuh, jika tidak ada hal terlewat pada masa pertumbuhan. Tetapi, tetap saja mereka akan merecalling sebagian masa kecilnya yang cukup berpengaruh kepada pertumbuhan dewasanya.
Maka, sampai disini kesepakatan terhadap hal-hal yang tak bisa dihindari adalah hal yang paling wajar sebagai perasaan yang tak di tebak meski dengan orang tuanya. Ada wilayah yang mungkin sebagai orang tua tak bisa menyentuh sisi terdalam, yang hanya bisa ditembus sekatnya oleh guru. Meski selazimnya orang tuanya lah yang paling punya legacy terhadap dunia anak nanti, apapun perannya.
Selanjutnya biarkanlah sejenak menghela tubuh agar tidak lelah menatap mata si kecil yang membutuhkan peluk dan dekap ayah bunda. Sekolah itu menjadi semacam gerbang, dunia sesungguhnya ada pada wahana yang mereka akan mainkan dan perankan.
Wilayah-wilayah sunyi adalah wilayah anak yang sulit untuk menentukan apa pilihan mereka. Ketika sedih apa yang harus mereka lakukan, pilihan terburuk adalah beberapa dari mereka mengambil jalan bunuh diri. Karena kesepakatan dalam dirinya telah diambil alih oleh pandangan buruk tentang dirinya sendiri dan orang lain, tak ada yang mencintai dirinya sendiri. Bahkan orang tua memberikan citra negatif kerap kali ia melakukan kesalahan. Maka bunuh diri jalan terbaik menurutnya, bahkan ini petaka dalam dunia pendidikan yang selayaknya diperhatikan tidak dalam wacana saja tetapi dalam pendampingan terus menerus.
Kamis, 17 April 2025
SEKOLAH MEMANGGIL KEPEKAAN
Bagi jiwa yang tidak memiliki hubungan dengan Tuhan-Nya maka ketersediaan nilai kesadaran akan hubungan-Nya terus menyusut. Kemuliaan-kemuliaan yang melekat pada setiap jiwa akan mengkerut jika tak terdapat secuil kepekaan dalam pikiran juga dadanya. Ia membiarkan karat mengganggu perjalanan nuraninya. Ia juga tak cepat-cepat mengkoreksi coretan itu dengan lafal-lafal dari langit, melepaskan begitu kehendak yang sempat terbesit dalam pikiran jernih. Ia rela menuangkan segelas gelap yang membutakan langkah-langkahnya, bahkan tongkatpun tak juga memberinya jalan kemudahan. Ia malah mengeratkan ikatan yang telah lama mengungkungnya diam-diam, lalu tanpa disadari muncul benjolan yang menyerap terus menerus kelembutan hingga tak berbekas.
Ketaknormalan yang merajalela tak juga ditanggapi sebagai panggilan Tuhan agar ia lekas-lekas mengoreksi catatan keimanannya. Jika tak sanggup ada pilihan hati yang bisa menyokongnya menjadi detak-detak semangat dan inspirasi bagi manusia lain. Sebagai cipatan-Nya insan menyediakan secuil potensi agar gerak lisan dan jiwanya tak hitam jelaga. Sesekali tisu putih yang berubah menjadi krecek akan terasa nikmat, jika tak disadari keberadaannya.
Yang lain, penggerak roda pikiran menjadi lebih mulus ketika semua fungsi tubuh mengarahkan pada kebahagiaan yang hakiki. Insan menjadi lebih terpanggil pada kenyataan hidup di depan matanya, meski statusnya sebagai insan 'papa' menjadi incaran mulut-mulut yang miskin kasih sayang. Mereka juga butuh pertolongan, tinggal menunggu momen saja.
Malaikat turun ke bumi menyapa sang Nabi terakhir ingin menyampaikan mandat dari Tuhan-Nya. Ia mengatakan "Wahai Nabi tak jauh dari Anda ada seorang "Malang" yang nantinya akan masuk neraka." Setelah selesai ia melesat pergi dari hadapannya.
Lalu lewatlah seorang ibu yang tengah menggendong anaknya yang tak berhenti menangis sebab lapar yang menohok. Wanita "malang" yang bekerja di tengah lumpur kegelapan tengah menggigit sebagian kurmanya. Ia menghentikan gigitannya dan berjalan tergesa-gesa menyambangi si anak dan memberikannya. Malaikat turun dan menjalankan mandatnya bahwa si wanita "malang" itu akan menjadi penghuni surga.
Level keibaan wanita "malang" itu pada level yang membuatnya nasib si wanita berubah seketika, tidak perlu menunggu waktu lama agar takdir si wanita "malang" menjadi takdir yang mulia. Itulah definisi dari insan yang berfilantropi.
Jiwa yang keras jua menjadi titik gelap hingga ia tak bisa menyerap kejadian dari Tuhan. Bahkan Ahli kegiatan langit pun tak bisa membedakan sebuah peristiwa. Ketika banjir melanda dan air sudah menyentuh lututnya, menyentuh dadanya, bahkan ketika air sudah sampai loteng ahli kegiatan langit tetap menolak semua pertolongan manusia. Ketika ia protes dengan Tuhannya. "Mana pertolongan Mu" kata si ahli kegiatan langit. "Aku sudah memberi pertolongan kepadamu sebanyak tiga kali" kata Tuhannya. Hati yang keras telah membuatnya menolak semua kebenaran (pertolongan) dari para penolongnya. (Hanya Tuhan Yang Tahu).
Rabu, 16 April 2025
DRAMA DI PAGI HARI
Setelah ia bangun. Kedua anaknya ikut bangun. Istrinya tak lama bangun. Sementara anak ketiga yang masih bayi sudah bangun lebih dari semunya. Tengah berbicara dengan dunianya. Ketika lampu di kamarnya dihidupkan, ia kaget lalu tersenyum kepada orang yang telah dikenalnya. Ayahnya sendiri.
Ayahnya pergi ke toilet menjalini rutinitas yang tak pernah bosan. Berak. Di tengah asih buang hajat ia mendengar bunda dari anak-anak tengah mengulang materi untuk ulangan pekan ini. Bunda yang pernah mendapat beasiswa kedokteran rupanya sedang menerapkan pola belajar yang dulu pernah digelutinya, mencoba diturunkan kepada anaknya. Kepada anak lelakinya tradisi itu cukup berhasil, kepada anak perempuannya agak mentah. Darah seniman ayahnya rupa mengalir deras di tubuhnya. Ia menolak pelan-pelan, ia sedikit mirip kepada cara ayahnya yang membuat jawaban di kepalanya.
Ayahnya selesai buang hajat. Tradisi intelektual itu masih saja berlangsung, mungkin bundanya ketika tidurpun mimpinya tentang algoritma, kalkulus, kimia, yang memusingkan ayahnya. Sampai kegiatan sarapan tradisi ilmiah itu masih alot. Ayahnya menikmati sepiring nasi uduk yang dibelinya bersama kedua anaknya. Mencuri tradisi yang sedang panas di pagi hari. Anak perempuannya ikut kabur bersama kakaknya mengendari motor yang di jokiin oleh ayahnya. Ia tampak gembira menghindari sejenak tradiri yang membuat wajahnya sering cemberut. Bundanya ketus ditinggalkan ketiga orang yang dicintainya. Tanganya masih mengenggam modul yang di buat oleh guru-gurunya di sekolah.
"Kertas dibuat lap sepatu ayah saja." Pungkas bundanya. "Buat apa dibuat, kalau kamunya tidur. Besok setelah sekolah, tidur saja, bangun sinetron, kalau disuruh belajar banyak sekali acaranya. Makanlah, ngantuklah, kartunlah, gemlah, kalau begitu hapus saja gemnya, semua pertanyaan bunda, tak ada yang bisa kamu jawab." Tambahnya, wajahnya nggak enak dilihat.
Kakaknya ingin mengelak, bahwa ia tak segaris dengan adiknya yang menurutnya akan mempersulit main gem setelah pulang sekolah.
"Nggak, dua-duanya nggak ada yang main gem!" Bunda mulai mengaum. Teritorinya mulai terganggu. Ayahnya menjadi pendengar saja. Ia pikir ini wilayahnya. Hewan saja punya teritorinya apalagi manusia yang punya segala-galanya dari hewan buas itu.
Ayahnya manggut-manggut saja dalam hati. Bunda sedang mewariskan pola yang membuatnya dulu disegani dalam dunia aljabar dan turun-turunannya. Permainan di luar sana lebih ganas dari apa yang dibayangkan oleh kedua anaknya. Ia coba mewariskan jurus-jurusnya agar mereka sedikit bertahan di lahan yang culas serba instan.
Ayahnya mengira mereka akan merengut sampai di sekolah. Ketika berpamitan hanya anak lelakinya yang mau cium tangan, sementara ia menolak tegas. Di hadapan bundanya. Sampai di sekolah wajahnya jernih setalah ia melihat temannya dan menyapanya. Begitu juga kakaknya. Transisi emosinya begitu cepat. Mungkin orang dewasa setidaknya berkenan melihat kejadian ini. Tapi, sepertinya untuk ayah saja. Terimakasaih kalian telah mengajari kami.
Selasa, 15 April 2025
BELAJAR MENGENDARAI SEPEDA
"Ayah aku masih takut." Katanya pelan.
"Kamu bisa nak, seimbangkan badan, santai saja,lihat jalan, dan jangan lupa rem." Kata Ayah. Bagi keduanya mereka mencoba selalu menerapkan pijakan ketika melakukan sesuatu.
Sepeda meluncur. Ayah tahu kamu bisa membunuh rasa takut. Meredam keraguan. Dan memeluk keberanian. Sepeda meluncur dengan kecepatan sedang. Permulaan yang baik. Ayah lupa kalau di depan rumah ada saluran air (got) setinggi betis orang dewasa. Dengan kondisi sebagian tertutup oleh rumput liar. Ia sudah berada dalam mode khusus, ayah tak ingin mengubah konsentrasi. Tangan kecil kamu belum seimbang, tak mengurangi kecepatan, dan masih kaku. Ia terjerembab dengan posisi jatuh yang tidak berbahaya. Dia gunakan kakinya untuk menginjak rumput. Lalu di keluar got dengan wajah tegang.
Ayah tak ingin kamu panik berlebih. Walau jantung ayah berdetak cepat. Ayah ingin kamu menguasai ketegangan. Ia menangis dengan kondisi yang lebih berani. Karena dia berani untuk keluar dari zona nyaman. Sepedaannya bukan dengan roda tiga lagi. Aku memeluknya. Memberi ketenangan. Dan memberi listrik keberanian dan apresiasi. " Kamu hebat, sudah bisa naik sepeda roda dua." Kamu sudah mengalahkan rasa takut, takut untuk jatuh.
"Aku nggak mau naik sepeda lagi, sepedanya rusak ayah." Gerutunya sambil menangis.
Ayah tahu kalau ungkapan itu sebaliknya. Ciri khas putranya. Karena esok harinya, kamu ngajak ayah untuk belajar sepeda. Hasilnya subhanallah, meluncur dengan beberapa meter, lalu kamu berteriak girang, lupa rasa sakit, jatuh karena berhasil mengendalikan sepeda, menyeimbangkan, dan fokus. Senyumnya mengembang. Ayah mengikuti dari belakang. Ayah tertinggal jauh di belakang." Ayah aku bisa yah". Jalanan komplek berhasil kamu taklukkan.
Selamat untuk rasa berani.
Senin, 14 April 2025
PERISAKAN
Hari itu kau bisa menyebutkan siapa saja yang sering dibully, termasuk dirimu sendiri. Ayah ini korban Bully, oleh kakak kelas, senior, lingkungan, bahkan orang dewasa. Ada rasa sakit muncul padahal tak ada satupun bekas luka sayatan di bagian tubuh ayah. Tapi rasanya pedih, dan kau bisa merasakan dengan tatapan itu.
Ayah pernah melihatmu menangis ketika pertahanan terbaik mereka koyak. Tidak apa, untuk sementara bisa menghentikan sejenak kelakuan mereka. Meski itu tak selalu tepat, kau harus bisa berdiri tegak menerima badai dan apapun itu. Sampai mereka menurunkan topi dan memberi sedikit empati. Ayah ingin marahi mereka dengan cara ayah, tetapi ayah takut bisa membutmu lebih rapuh. Apalagi kau punya penilaian ajeg, padahal usiamu masih 8 tahun. Air matamu suatu saat menjadi sekuat baja, jika kau banyak belajar.
Berani bicara adalah harapan ayah agar kau bisa menolak sesuatu yang tidak nyaman menghampirimu. Agar mereka tak terlalu kuat menekanmu pada semua lini, mungkin ayah yang salah dalam beberapa pola asuh, dan itu belum terlambat. Ayah coba kenali dan kuatkan apa yang terlihat lemah pada diri ayah. Kamu adalah prodak sekolahan yang tak pernah gagal, karena kau sendiri yang menciptkan kekuatan itu.
Malahan ayah yang kadang merasa lemah dengan cara membatasi beberapa gerak dan langkahmu, Itu mungkin keliru. Tujuan ayah setidaknya bisa kau kenali, dengan cara mengenali penyebab awal Bully-Bully itu. Dan semakin kau menyadari lebih awal, kau bisa mengatasi dengan caramu sendiri, bukan dengan cara ayah. Ayah menjadi semacam mentor untuk melatihmu menjadi petarung terbaik. Best Of The Best.
Kau seperti mengumadangkan perang melawan Bully dengan cara tak biasa. Mengenalinya, membatasinya, dan membuat mereka menyadari perbuatan Bully sama sekali tak nyaman. Kau mencatatkan ingatan yang ayah dengar setiap kau menyebutnya dalam pembicaraan, bagi ayah itu sudah cukup.
Mungkin ayah perlu sedikit bersabar, agar kau bisa memunculkan pertahanan terbaik. Kau bisa melalui dengan kuat tanpa perlu menyalahkan diri terus menerus.
Pada masa-masa awal usia kau berani kelur rumah tanpa ayah. Itu bagian terbaik dari perkembanganmu ketika usiamu beranjak 5 tahun. Ini prestasi yang bisa kau ukir sendiri dalam menghempaskan rasa takut.