Senin, 14 Juli 2025

Sayembara Novel dan Upaya Memunculkan Insiden dalam Kesastraan Kita

BABAK 83
Tiga

Seorang teman pernah menyampaikan bahwa sepertinya saya benci sekali pada fiksi yang dimulai dengan matahari. Saya jawab ya, meskipun sesungguhnya saya tidak membenci cara orang membuka cerita. Lebih tepatnya, saya memiliki semacam "trauma" yang mendalam dengan novel-novel yang dibuka dengan "matahari". Pernah suatu hari saya pergi ke tukang loak, membeli setumpuk novel untuk saya lihat bagian-bagian pembukaannya. Itu saya lakukan dengan niat untuk membuktikan apakah kecurigaan saya benar, ialah bahwa "matahari" adalah pembukaan yang paling disukai oleh para penulis kita. Dan rupanya memang begitu. Kebetulan setumpuk novel yang saya beli sembarangan saja separuhnya dibuka dengan pemandangan alam tentang matahari: entah matahari pagi, entah matahari bersinar terik, entah matahari terbenam di waktu senja. Barangkali membuka cerita dengan "matahari" sudah menjadi dorongan otomatis bagi para penulis. Jika benar seperti itu, saya kira setiap penulis perlu mengendalikan dorongan-dorongan otomatis yang akibatnya hanya melahirkan klise.

Infrastruktur yang baik akan membuat orang tahu cara menghindari klise. Ia menjamin tersedianya jalan untuk mendapatkan pengetahuan yang memadai, dan dengan itu orang menjadi tahu bagaimana cara menyampaikan gagasan secara lebih otentik. Selanjutnya, ketekunan akan menjadikan pengetahuan itu bagian yang melekat dalam diri seseorang. Dan nasib baik konon bermula dari kesadaran untuk meningkatkan diri terus menerus.

Pengadaan infrastruktur, yang bisa memperlancar jalan orang untuk menjadi penulis mumpuni, tentu saja juga dimulai dari kesadaran. Ia mulai dari apa yang ada di benak orang, dalam hal ini para penentu kebijakan. Jika disadari bahwa membaca dan menulis adalah kecakapan penting yang perlu dikuasai oleh setiap orang, maka kebijakan publik kita pasti akan mengarah ke sana. Misalnya, apakah perlu ada mata pelajaran menulis di sekolah-sekolah, dan jika dipandang perlu, berapa lama mempersiapkan itu semua-mulai dari merancang kurikulum yang memasukan hal itu di dalamnya sampai mendorong kesiapan para pengajarnya. Demkian pun jika meningkatkan minat baca dianggap sebagai hal penting. Institusi pendidikan kita akan memikirkan secara sungguh-sungguh bagaimana membuat para siswa memiliki minat baca.

Tanpa infrastruktur yang mendukung, setiap individu harus bekerja sangat keras untuk mendapatkan kualitas standar-standar saja-baik dalam kecakapan menulis maupun dalam membangun minta baca. Saya curiga bahwa jika sesekali muncul penulis yang cemerlang, hal ini adalah sebuah insiden. Artinya, tidak lahir dari sebuah sistem yang digagas untuk melahirkan kecemerlangan. Mungkin banyak yang meyakini bahwa kecemerlangan seorang penulis bukanlah hasil dari pendidikan formal. Tetapi jalan baginya untuk mendapatkan kecakapan akan lebih mudah jika tersedia infrastruktur yang mendukung.

Sayembara penulisan adalah salah satu upaya untuk mendorong munculnya kecelakaan-kecelakaan ini. Dalam setiap sayembara, kita bisa menggantungkan harapan, siapa tahu akan ada kilau permata dari setumpuk naskah yang diikutsertakan. Dalam pengalaman DKJ, saya kira hal itulah yang beberapa kali terjadi sejauh ini. Sejumlah nama yang kita kenal dalam kesastraan kita hari ini adalah para pemenang atau unggulan sayembara penulisan novel.

Oleh A.S Laksana.

Disampaikan dalam diskusi "Pengaruh Sayembara Novel DKJ dalam pertumbuhan Sastra Indonesia", diselenggarakan oleh Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta, TIM 14 Desember 2012

0 Comments:

Posting Komentar