Ungkapan kepercayaan diri yang terlalu tinggi, hingga melupakan dari mana sebenarnya dia berasal. Ia terus menggemborkan jerih payah atas sesuatu yang telah dicapainya tanpa pernah mengukur lagi seberapa besar ia kemudian menjadi pioner dari keberhasilan yang telah capai, selalu mengingatkan bahwa itu hasil kerja kerasnya, dan seolah menafikan semua tim yang telah melaluinya bersama-sama.
Semuanya terjadi atas dirinya, ia hampir-hampir terjerumus kedalam situasi yang mempopulerkan dirinya pada lingkaran lamanya, menganggap semuanya akan baik-baik saja, padahal ia pelan-pelan telah menceburkan dirinya pada penyakit kesombongan, yakni menolak kebenaran (tidak bersikap rendah hati), dan juga menghina orang lain (tidak mengaggap sama sekali jerih payah, karena orangnya mudah untuk dimanfaatkan).
Ia sedang mengikuti tren batu sebagai firaun abad baru. Tetapi lihatlah sekarang, semua jerih payahnya yang dulu ia gagas bersama orang-orang terdekatnya, perlahan-lahan hilang oleh bosnya sendiri yang memiliki kecenderungan yang sama dengannya. Mengira ia akan lolos dari jebakan merasa punya kelebihan yang bisa ia gunakan untuk mengelabui bosnya sendiri, pada saat yang sama ia sedang menenggelamkan diri dari penyakit hati yang semakin dalam, dalam dan gelap.
Sampai kapan, sampai ia menyadari apa yang dilakukan betul-betul telah melampaui batas. Orang-orang yang melampaui batas seringkali tercebur pada perasaan kagum pada diri sendiri dan melupakan orang lain, orang lain dianggap tak ada, ketika masih ada keberadaan dirinya. Ia lupa kalau suatu saat matahari akan terbit dari barat, itu akan merugikan dirinya sampaia batas yang telah ditentukan.
"Oh aku sudah melakukan ini, ini kalau nggak ada aku..." dan bla-bla sejumlah alasan yang sering membuat orang lain gerah menikmatinya. Karena situasi yang tidak menguntungkan ini kalian boleh mencari alasan kuat untuk melakukan hal ini, tetapi menurut saya lupakan trik ini kalau kalian nggak mau dianggap sebagai, "dia memang hero, tapi yang lain dianggap zero. Itu kenyataan yang akan diingat sebagai kenyataan kepalsuan sebagai akibat merasa paling hebat, yang lain 'sampah', merasa paling jago yang lain nol. Semakin merasa potensi dirinya melimpah, semakin dirinya hinggapi oleh perasaan serba atas.
Selanjutnya, tetaplah rendah hati terus perbanyak kualitas diri, agar bukti potensi diri bisa membungkam arogansi mereka, yang hidup dari bersilat lidah, dan gampang melupakan kebermanfaatn orang lain. Saya pikir ini cukup dulu.
0 Comments:
Posting Komentar