Selasa, 09 Desember 2014

GADIS MERAH SAGA

16


dengan perasaan tak menentu. Apa sebenarnya yang terjadi pada Nara hingga bisa masuk penjara.

Ku kayuh sepeda cepat-cepat seperti sedang di kejar anjing. Aku tak sabar lagi untuk bertemu dengan calon Ibu Mertua. Sekaligus ingin mengetahui apa rencana selanjutnya yang harus di lakukan. Tiky memegang pinggangku erat-erat agar tidak terpental karena aku mengendarai sepedaku seperti kerasukan Iblis setingkat Ifrit. Jin yang paling senior diantara jin-jin yang lain. Sementara cangkul ku sembunyikan di dalam gubuk dan ku samarkan dengan jenis daun tertentu yang mirip dengan kulit ular.

Hampir saja sepeda yang ku kendarai terprosok kesamak-semak berduri kalau saja Tiky tidak berteriak dari belakang. Aku seperti terkena efek dari ledakan mortir ketika mendengar berita penangkapan Nara. Pernikahan yang ku gadang-gadang tinggal 10 hari lagi harus tertunda dalam waktu yang tidak aku ketahui sampai kapan.



Aku pernah mempunyai teman seperkejaan yang katanya di tangkap polisi, setelah beberapa tahun kemudian temanku itu di temukan oleh salah satu tetangga dalam kondisi gila tak berpakaian sedang mandi di tepi sungai. Berita dari adikku terlalu berat bagiku. Apakah dunia ini sudah tidak adil bagi seorang sepertiku. Di saat masa yang indah itu tinggal menghitung hari, muncul peristiwa yang memukul jatuh perasaanku. Aku berusaha untuk bertahan dari cobaan dan orang-orang yang membenci di sekelilingku.

Aku mengayuh sepeda menembus jalanan berkelok serta gundukan tanah berdebu tanpa tahu apa yang harus ku lakukan ketika berjumpa dengan calon Ibu Mertua. Pkiranku seperti tertimpa reruntuhan batu granit yang tajam. Hingga tanpa terasa kepalaku pening berdenyut-denyut.

Tunggulah dan bersabarlah. Hanya itu kata-kata yang aku patrikan dalam pikiranku sekarang ini. Aku harus tampak tegar di hadapan orang-orang yang aku sayangi. Walau sebenarnya batinku rapuh seperti kerupuk tersiram sup. Efek ketegaran itu, semoga aku bisa menjelaskan kepada tetangga yang kebetulan mengetahui pernikahanku yang sebentar lagi berlangsung. Ku kayuh sepeda melintasi area persawahan yang lurus memanjang.

“ Mas, Jangan ngelamun lagi. Ntar nabrak lagi.

“Ya.” Jawabku pendek. Karena begitu panjangnya permasalahan yang sedang ku hadapi ini. “Ya Allah berilah hamba petunjuk.” Aku berkata lirih. Tak terasa bulir air mata menetes bersamaan dengan keringat yang mulai bercucuran membanjiri mukaku yang menghitam akibat menatantang matahari.

0 Comments:

Posting Komentar