Selasa, 27 November 2018

Novel Frans Maki

BAB 5
Kopi Anjing

Pulang sekolah pukul satu siang lewat sawah yang terungkap kejelian untuk memaknai setiap jengkal kehidupan. Frans berjalan tanpa teman-teman akrabnya. Frans memang lebih suka sendiri daripada beramai-ramai. Kesendirian adalah kebahagiaan baginya. Kadang kala keramaian membuatnya bingung untuk menentukan peran. Kecuali bermain bola kampung, Frans Tak pernah menolak, bahkan beberapa kali Frans mencari teman untuk beberapa posisi penyerang. Baginya punya lebih sedikit teman setia akan lebih menguntungkan dari banyak teman yang mencederai dari depan dan belakang.

Langkah Frans terhenti ketika melihat orang-orang sedang memanen padi dengan cara tradisional. Mereka sangat bersemangat.


Lewat kebun yang terhampar di depan matanya. Frans melihat pohon Kopi Anjing yang tengah buah banyak. Ia lantas duduk di bawahnya sambil meluruskan kedua kakinya. Frans merasa ada kebosanan ketika bersekolah. Baginya sekolah telah mengambil sisi karakter yang telah dimilikinya sejak lama. Karakter berupa pertahanan diri dan belajar dengan semangat bila bersentuhan dengan fisik. Frans belum bertemu dengan team pemandu bakat yang berjalan berkeliling dunia mencari manusia "langkah".

Tangan kanannya memetik buah Kopi Anjing dengan santai. Lalu tanpa dicuci buah itu langsung digigit, dikunyah lalu ditelan. Biasanya kalau sedang banyak teman, buah Kopi Anjing Alan ludes dalam waktu singkat. Frans kehilangan semangat karena Marmut yang telah lama dipelihara ada yang begitu tega memanggangnya di tengah semak dekat rumah. Frans masih penasaran dengan maling norak itu.

Pohon Kopi Anjing itu cukup besar, berbeda dari pohon Kopi Anjing pada umumnya. Frans memetik beberapa buah lalu memasukkanya kedalam tas. Siapapun boleh memetiknya, pemilik kebun tak pernah mempermasalahkan soal itu.

Frans kembali berjalan meninggalkan pohon Kopi Anjing yang telah menolongnya ketika lapar selepas pulang sekolah. Diatas pohon ada seekor anak tupai yang sedang belajar memanjat.

"Frans tunggu!" Langkah Frans mematung lalu memutar tubuhnya mencari sumber suara. Tak ada siapapun. Frans merinding. Ia pun berjalan.

" Frans tungguin dong!", Suara itu kembali menyapa. Langkahnya berubah ringan. Hantu siang bolong kah.

0 Comments:

Posting Komentar