Jumat, 05 Desember 2014

GADIS MERAH SAGA

13


Tangan Kanan Ibu Baroroh melambai ke arah Ibu Kinarsih yang tengah duduk di atas Delman kang Dirman. Ibu Baroroh sudah menunggu cukup lama di pinggir jalan untuk mengatakan hal yang sangat membenani hati dan pikiran sekarang ini. Kendaraan Delman masih menjadi alast transpotasi warga Kaligondang dan sekitarnya untuk menuju ke pasar. Mobil Pikc Up hanya beberapa kali lewat di desa ini.

“ Kang Dirman berhenti dulu sebentar.” Perintah Ibu Kinarsih kepada Kang Dirman. Ibu Kinarsih melihat Ibu Baroroh dalam keadaan pucat dan sakit. Ibu Kinarsih buru-buru turun dari Delman dan mendekati Ibu Baroroh.

“Kang Dirman boleh Istirahat dulu sebentar di gardu pos itu?.” Bu Kinar memberi perintah kepada kang Dirman, karena melihat Ibu Baroroh sudah mendekatinya sambil tersenyum tegar. Sebuah pelukan hangat dapat dirasakan oleh Ibu Kinarsih.

Kang Dirman langsung menuju ke Gardu pos untuk beristirahat sambil rebahan. Delman Ia ikatkan ke pohon Jambu Monyet dan membiarkan kudanya beristirahat juga. Jambu monyet sangat lebat dan dahannya hampir menyentuh ke tanah. Kalau tak jeli melihatnya, delman Kang Dirman hampir-hampir tersembunyi. Pohon Jambu Monyet yang cukup aneh.

“Ada apa Roh?.” Ibu Kinarsih panik karena melihat Ibu Baroroh tampak cemas, pucat dan sakit.

“Baru kali ini Baroroh menghadang perjalanan pulangnya dari berdagang di pasar. Kalau tidak ada hal yang pelik yang ingin di sampaikan oleh mana mungkin dia berdiri sedari pagi menunguku di pinggir jalan.” Guman Ibu Kinarsih.

Ibu Baroroh belum menjawab. Malah pelukannya makin erat.

“ Nara, Mba Kinarsih.” Jawab Ibu Baroroh singkat. Sambil tersenyum gemetar, tegar, dan di paksakan.



“ Nara kenapa Ibu Baroroh, apa dia sedang sakit karena tadi pagi saya tidak menjumpai dia di pasar.”

Ibu Baroroh menggeleng, lalu ia melepaskan pelukan. Ibu Kinarsih memegang bahu sahabatnya itu yang sebentar lagi akan menjadi keluarga.

“Nara di tangkap Polisi Mba!.” Jawab Ibu Baroroh sambil meleleh ari matanya.

“Astaghfirullah.” Kapan di tangkapnya?.” Ucap Makinem tampak mulai mendung wajahnya.

“ Dua hari yang lalu Mba?, dia di tuduh mengedarkan uang palsu sewaktu berdagang di pasar.” Besari menjawab sambil mengusap air mata yang menelusur di pipi.

“ Uang Palsu!.” Ibu Kinarsih kaget sambil mengingat peristiwa satu bulan yang lalu dimana Nara di tuduh membelanjakan uangnya dengan duit palsu. “Rupanya kejadian itu terulang kembali.” Batin Ibu Kinarsih

“Padahal pernikahan tinggal 10 hari lagi, saya tidak bisa membayangkan perasaan Nara yang hancur karena harapan itu kini telah pelan-pelan menghilang.” Lirih Ibu Baroroh kepada Ibu Kinarsih.

0 Comments:

Posting Komentar