Kamis, 03 Juli 2014

Pagi di Purbalingga

BAB 
Satu 

Marko duduk di bawah pohon Chery setelah menghabiskan sarapan pagi. Desas-desus tentang mahluk bawah tanah masih ramai dibicarakan. Warga Purbalingga selalu gelisah bila mendengar suara bising di bawah tanah. Mereka takut untuk menyelidikinya.

Tiga bulan yang lalu Marko melamar Nara. Tinggal menunggu hari pernikahan itu akan dilangsungkan dengan sederhana. Mereka berdua sudah sepakat. Tak ada hingar bingar musik yang memekakkan telinga. 

Farah merasa sakit hati ketika mendengar Marko ingin menikah. Beberapa kali ia ditolak cintanya  oleh Marko. Dendam kesumat merayapi seluruh jiwanya. Hal-hal burukpun terlintas dalam benaknya.

Marko lahir di desa Kesamen. Sebuah desa kecil setelah desa Kaligondang yang masih di bawah Kabupaten Purbalingga. Sebagian penduduk Kesamen berprofesi menjadi petani, Indrustri rumahaan seperti Tahu, Tempe, Tembikar, barang Gerabah,  dan sebagian menjadi guru. Kulitnya cokelat sawo, hidung besar, rambut bergelombang, berwajah keras, mata sayu agak sipit, dan tinggi 165 cm.

0 Comments:

Posting Komentar