Jumat, 05 Desember 2014

GADIS MERAH SAGA

12

“ Walau Para lelaki seumuran kamu melamar bergantian, cintaku hanya untukmu. Hati ini akan setia sampai detik-detik kematian saya.” Ibu Baroroh kembali berkata sendirian sambil menitikkan air mata. “ Walau Para lelaki seumuran kamu melamar bergantian, cintaku hanya untukmu. Hati ini akan setia sampai detik-detik kematian saya.” Ibu Baroroh kembali berkata sendirian sambil menitikkan air mata.

Sejak kematian Rohman, suaminya. Ibu Baroroh kerap sekali bercermin. Seakan cermin itu adalah sosok dirinya sendiri yang telah hidup jauh sebelum dirinya hidup di dunia ini.

Ibu Baroroh keluar dari kamar dan memperhatikan kamar Gina yang sepi senyap tak ada kehidupan. Ia masuk sebentar dan memandangi isi ruangan kamar Nara yang sederhana tapi tertata rapi. Lampu teplok yang di pasang di dinding ruangan di biarkan menyinari kamar Nara yang hampa.

Ibu Baroroh menutup pintu kamar Nara pelan-pelan, seperti ada yang tercerabut dari hatinya. Diantara ketiga anaknya, Naralah yang paling di sayang olehnya. Perasaan kuat begitu melihat Nara tumbuh dewasa menjadi gadis Ayu yang menjadi incaran kumbang di desanya. Sama kuatnya ketika membayangkan wajah Nara yang ketakutan di bawah sergapan dingin dan kesendirian. Kedua anaknya yang lain, seakan tak mengerti kesedihan Ibunya serta terseok-seok menjalani hidupnya sehari-sehari. Walau bagai manapun hati kecil Ibu Baroroh tetap merindukan kedua anaknya yang merantau di negri orang.

Sebagai pelipur lara dan kesedihan, kedua tangannya sudah sibuk meracik kopi pahit sebagai teman di kala sendirian. Bau khas biji kopi yang di oleh secara tradisional membuat pikiran Ibu Baroroh sedikit terobati. Bau khas kopi yang baru di seduh seakan mempunyai daya magis tersendiri bagi pecinta kopi pahit.



Besari menikmati Kopi itu di temani dengan suara burung Hantu yang terdengar sendu dan menyedihkan. Para pemburu itu rupanya tak mendengarkan nasihat Ibu Baroroh untuk tak mengganggu burung-burung itu di sekitar rumahnya. Hingga sekarang burung beraura itu tak bersahutan bunyi. Suara harmonis yang di lantunkan gratis oleh burung Hantu betina itu akan di balas oleh sang jantan. Tetapi malam ini suaranya hanya monoton dan tak semerdu seperti malam-malam yang lain.

“Sesungguhnya yang terjadi di dunia ini selalu atas takdir-Nya.” Begitu Besari berprinsip. Walau begitu Bu Bar tetap mencari jalan keluar agar Nara bisa menghirup udara bebas penjara yang penuh dengan penghianatan. Dengan begitu Ia merasa telah menempuh Takdir yang tengah menjadi episode hidupnya. Termasuk berbagi kesulitan dengan Ibu Kinarsih yang akan di temuinya. Semua itu termasuk sisi lain dari pemenuhan takdir Allah.

Ibu Baroroh percaya dan yakin bila kebenaran ada di genggaman putrinya, maka tangan Allah swt akan bertindak bila orang sekelilingnya sudah tak sanggup melampaui kemampuan bertahan. Allah akan memberikan jalan kepada Nara dengan cara tak terduga. Tabir akan tersingkap bila Allah sudah membukanya. Maka yang terjadi kemudian perjalanan cobaan Nara yang seperti malam tak berbintang akan menemukan awal pagi yang cerah.

Di awal pagi sebelum fajar terang Ibu Baroroh sudah mengangkat kedua telapak tangan berdoa pada Allah agar firasatnya menjadi seimbang dan normal. Agar semua awal pagi yang di laluinya menjadi normal bersama Nara, putri kesayangannya.

0 Comments:

Posting Komentar