Rasa pergi dengan hati yang nelangsa. Akal sehatnya yang selama ini mampu mengembalikan kebodohannya tiba-tiba redup di hadapan paras wajah yang menawan. Kepribadiannya kabur manakala mata hatinya tertutupi oleh sesuatu yang menipu. Paras menawan bukan satu-satunya keindahan yang abadi.
Akhlak adalah simbol peradaban. Ia mampu merekatkan perasaan yang telah lama hilang. Yaitu rasa cinta kepada sang khalik. Nuraninya tak mau merasakan tanah, air, api, dan udara menolaknya dengan penolakan yang mengerikan. Rasa mampu membaca situasi mengerikan itu.
Semua manusia memiliki rasa. Pengalaman hidupnya lah yang mampu mewarnai rasa. Ada yang kalah karena membabi buta memberikan rasa dengan gratis kepada duniawi tanpa memikirkan setelah kematian.
Rasa itu mampu menahan kepada yang bukan haknya. Meski kesempatan itu ada, tetapi ia tekan rasa hingga muncul rasa Ihsan yang telah lama digelutinya.
Rasa
Lahir di Purbalingga-Jawa Tengah. Tepatnya di desa Kaligondang. Satu desa yang sunyi dan nyaman untuk kontemplasi. Hobi Merenung, dan tak begitu suka dengan keramaian. Sulit untuk melupakan masa-masa kecil.
0 Comments:
Posting Komentar