Minggu, 07 April 2019

Datang dan Pergi

BAB
Empat Puluh Tujuh


Semua manusia yang menghuni mayapada ini tidak bisa terlepas dari himpitan masalah. Masalah kecil sampai yang besar begitu mudahnya hinggap pada kehidupan manusia. Kepergiannya juga tak bisa di pertahankan barang 1 menit saja. Masalah hidup seakan menguap bila sudah terpecahkan. Maka sungguh benar kesulitan itu akan tergantikan dengan kemudahan yang datang begitu cepat.

Cobaan itu datang kembali. Aku dan Nara di jemput pagi buta oleh sekelompok pasukan yang bersenjata lengkap. Mereka adalah anak buah Polisi Saryo. Tak ku dengar Mobil Pick Up yang biasa di gunakan mereka ketika menjemputku dan Nara di rumah. Setelah berpamitan dengan Ibu Mertua dan titip Qaiser. Aku dan Nara bergegas mengikuti langkah mereka yang tidak terdengar. Satu sisi tentara bisa jadi monster pembunuh bila salah langkah dan salah komando. Di sisi lain bisa menjadi pahlawan kebajikan seperti yang ku lihat pada gerak langkahnya. Aku bisa menyimpulkan ketika penyerbuan ke ruang bawah tanah. Sampai di pinggir jalan raya, mobil pick sudah menunggu, tepat di bawah pohon Jambu Monyet yang rindang berdekatan dengan Gardu Pos.


Siang ini aku dan Nara tidak lagi berada di rumah untuk waktu yang di sepakati. Kami berdua meninggalkan bayi kami yang sudah menginjak bulan ke 4 bersama neneknya. Rumah Nara yang selalu sepi kini ada 3 orang yang menyamar jadi tukang kebun. Para anak buah Polisi Marno yang masih setia sering melakukan hal yang nekat bila sasaran utamanya tak di ketemukan, atau menyandera anakku dan neneknya agar kami berdua muncul. Semua itu sudah di antisipasi oleh Polisi Saryo dengan cermat. Nama yang ku sematkan pada anak kami adalah Qaiser Faeyza Aprian. Berharap menjadi Raja yang sukses bisa meningkatkan kesejahterakan rakyatnya. Aku dan Nara sudah berada di tempat yang tersembunyi dari para mata-mata kastil. Siang nanti aku dan Nara akan bergabung pada kesatuan prajurit tempur yang di ketuai oleh Polisi Saryo. Yang sekarang berpangkat letnan. Aku dan Nara tak bisa mengelak dari takdirku. Sebuah kondisi yang tidak sesuai dengan keinginan kami berdua. Datang dan pergi berbagai masalah hidup menerpa kami berdua.

Polisi Saryo dan anak buahnya tak mampu menjebol ruang rahasia di bawah kastil itu, bahkan kepala sipir pun tak sanggup membuka pintu-pintu rahasia penuh dengan Narkoba. Rupanya setelah mendapatkan laporan dari kami, Polisi Saryo dan anak buahnya langsung menyerbu ke kastil. Tetapi mereka tak mendapatkan apa-apa hanya pintu-pintu kokoh yang tak mempan di ledakka dengan C4 bahkan roket luncur. Kemudian mereka juga tak mampu memecahkan kode pintu masuk yang terbuat dari baja berkualiatas super. Polisi Saryo meminta bantuan kepadaku dan Nara. Padahal kami berdua pun tak tahu apa-apa soal kode tersebut. Yang kami punya adalah 12 kunci dan satu kunci paling unik, juga satu kotak dari kayu jati yang tebal dan mungil.

Aku dan Nara sedang berunding dengan Polisi Saryo tentang kunci dan kode-kode rahasia yang sulit di pecahkan. Tempat tersembunyi yang di jadikan markas kami adalah ruangan bawah tanah yang ruang atasnya terdengar ramai di kunjungi oleh kaum terpelajar dari seluruh penjuru dunia. Para pengikut yang menemakan dirinya dengan ahli purbakala juga selalu mondar-mandir untuk meneliti mayat jenius dari kuam Outlander yang menjajah pribumi hingga ratusan tahun lamanya. Itu sih dari sejarah yang ku baca, atau jangan-jangan kaum Outlander pencari rempah-rempah itu hanya menjajah hanya puluhan tahun tak sampai ratusan tahun. Aku dan Nara dapat mendengarkan gemerutuk sepatu dari kaum terpelajar yang sedang sibuk berdiskusi dan beromong kosong dari bawah. Kami berada di sebuah ruangan tepat di bawah musium mayat. Semenjak musium mayat di temukan oleh Nara dan menggagalkan kejahatan terselubung antara Polisi Marno, Farah, Arkon, dan anak buahnya. Nara memiliki kemampuan untuk melihat kemungkinan adanya ruangan rahasia lain. Seperti saat ini, Nara dengan tak sengaja melihat batu aneh dan menggesernya, dari situlah ruangan rahasia lain di temukan tepat di bawah musium. Tempat ini sekarang menjadi basecamp tempat berdisiskusi dan menyusun rencana. Nara dapat melakukan hal-hal yang ajaib yang membuatku terkagum-kagum.

Siang berlalu. Pukul satu siang aku dan Nara di temani dengan Polisi Saryo dan pasukan elitnya akan berangakt ke kastil. Setelah sebelumnya Polisi Saryo dan Pasukan elitnya mampu menyerbu Kastil yang berisi sipir-sipir tak bermoral, dan sekarang Kastil itu di jaga ketat oleh Pasukan elit dari Kodim Purbalingga. Aku baru sekali melihat kastil itu tadi pagi ketika Polisi Saryo mengajakku untuk melihat dari depan. Lalu kembali lagi ke ruangan rahasia di bawah museum mayat bersejarah.

Pukul 11 siang. Diskusi tentang bagaimana bisa menjebol pintu rahasia itu tanpa menggunakan bahan peledak sepertinya belum menemukan titik temu. Polisi Saryo ku lihat menolak ketika mendapat usulan dari salah satu prajurit. Aku tak bisa melihat wajah dan menerka gerak bibirnya karena semua prajurit elit itu memakai penutup wajah alias topeng. Aku dan Nara mendengarkan diskusi mereka. Bahasa mereka juga terlalu tinggi buatku, apalagi dalam hal tertentu mereka menggunakan bahasa pasukan yang hanya mereka sendiri yang mengerti penjelasannya.

Polisi Saryo mendesah panjang, Ia seperti kehilangn cara. Taktik tempurnya selama ini belum juga mampu menjebol pintu-pintu berlapis baja dan bahan sangat kuat lainnya. Polisi Saryo melihat kami berdua, suasana hening. Semua mata pasukan elit itu juga melihat kearah kami berdua. Tak ada asap rokok yang mengepul di tengah-tengah diskusi ini, hanya ada peta bawah tanah yang sekarang tergelar di tengah meja.

“ Bagaimana Marko, apa kalian ada usul.”

Aku menggeleng, sejenak ku ingat kunci-kunci itu.

“ Apa gunanya kunci-kunci ini pak.”

Polisi Saryo tampak diam. Tampak berpikir.

“ Pintu-pintu itu tak memiliki lubang kunci Marko, tetapi apa maksud dari Anis meninggalkan kunci itu.” Polisi Saryo tampak bingung.

“ Mungkin kunci itu hanya pembuka saja, atau hanya sebahai jalan masuk untuk membuka pintu utama menuju penyimpanan Narkoba dan uang palsu itu.” Nara komentar.

“ Makusudnya.” Kali ini salah seorang prajurit elit bertanya.

“ Menurutku pintu yang susah di buka itu adalah pengecoh saja, bisa jadi ada pintu lain yang menjadi jalan masuk utama menuju gudang penyimpanan Narkoba dan uang palsu itu.” Nara serius menjelaskan.

Semua terdiam. Aku juga terdiam. Para pasukan elit itu juga terdiam. Jawaban Nara mungkin sederhana, tetapi bisa jadi benar. Aku tak bermaksud meremehkan para pasukan elit itu, tetapi jawaban Nara punya banyak kemungkinan kebenarannya.

Di luar penjara para aparat kepolisian berjaga-jaga hingga menjalar ke pendopo kabupaten. Tersebar di beberapa titik. Tampak para warga berekerumun untuk melihat-lihat sambil berteduh di bawah pohon beringin. Kerumunan itu makin lama makin banyak. Terdengar desas-desus tentang kastil yang menyimpan obat-obatan terlarang serta uang palsu telah membangunkan seluruh penduduk Pubalingga. Selama ini hanya menjadi mytos dan dongengan anak ketika menjelang tidur, kini seluruh penduduk Purbalinga benar-benar ingin melihat keajaiban yang tersembunyi.

Para sipir dan kepala penjara yang terbukti menyimpan narkoba dan uang palsu di tangkap dan digiring menjadi tontonan warga sebelum masuk ke kepenjara. Para Polisi sengaja melakukan hal tersebut. Mereka tertangkap basah ketika di grebek sedang pesta narkoba bersama perempuan-perempuan tak bermoral. Investigasi terus di lakukan walau kepala penjara tak mengakui kalau di dalam ruangan bawah tanah ada gudang Narkoba dan uang palsu dalam jumlah fantastis.

Aku takjub sekaligus ngeri. Di dalam penjara seperti ini ternyata ada sebuah kastil yang menjulang tinggi. Tetapi anehnya dari luar gerbang penjara tak bisa di lihat. Wajar saja karena kastil itu berada di tengah padang safana yang luas. Kastil itu tampak kecil dari kejauhan.

Perjalanan yang rencanya siang di batalkan. Itu bagian dari strategi Polisi Saryo dan anak buahnya. Aku dan Nara di suruh istirahat. Perjalanan menuju kesana di tempuh dengan pick up terbuk dengan jalan berbeda. Kami berangkat jam 3 pagi. Sepanjang perjalanan di tumbuhi dengan semak-semak. Kawanan Sapi-sapi yang sedang tidur seketika terjaga mendengar mesin mobil. Sapi-sapi itu di tunggui oleh beberapa tahanan yang berkelakuan baik. Dari penjara utama ke Kastil jaraknya 50 kilo meter.

0 Comments:

Posting Komentar