Minggu, 06 Januari 2019

Novel Frans Maki

BAB 6
Kelereng Besi 
Lanjutan

Bang Aris tak percaya kalau tembakannya meleset. Kepongahannya sekarang berada di tanganku. Jakunnya terlihat naik turun, kedua bola matanya menyiratkan kecemasan, baru kali ada laju kelereng besi tak berhasil merengkuh keberhasilannya.

Frans mengelap jarinya yang berkeringat. Nasib permainan selanjutnya adalah tinggal menunggu moment. Kalah dan menang adalah hal yang biasa, bila permainannya adil. Sejauh ini, sejarah perkelerengan telah tecoreng oleh permainan bang Aris yang menggunakan kelereng besi sebagai gacoannya.

Sebuah tembakan terakhir akan melanjutkan permainan berikutnya jika Frans berhasil membidik dua kelereng terakhir. Hari, Jidon, Tama, Nur, dan Ara memberi semangat. Konsentrasi dimulai, Frans tak ingin buru-buru menuntaskan permainan, Frans ingin mengaduk-aduk emosi bang Aris seperti yang sering dilakukannya kepada kami. Frans menarik nafas dalam-dalam, tembakan pertama dilesatkan dengan konsentrasi penuh, hasilnya kelereng mampu membidik dengan tepat, satu kelereng menjadi miliknya. Frans kembali fokus, tembakan kedua dilesatkan, hasilnya luar biasa, bidikannya tepat. Bang Aris tak percaya, posisinya terancam. Permainannya mungkin akan berakhir. Sebuah peraturan lama, kalau pemain terakhir dapat membidik kelereng terakhir maka pemain tersebut punya hak untuk "membunuh" lawan terlebih dahulu, bila meleset masih punya kesempatan berkali-kali bila musuhpun tak jitu menembak pemain terakhir. Frans menembak terlebih dahulu, hasilnya nihil, kelerengnya hanya menembus angin, kelereng besi tak bergeming. Bang Aris kembali dengan kepongahannya, walau begitu kenapa Bang Aris diterima ketika bermain, itu rasa khawatir kami mendapat hal-hal buruk darinya.

" Permiananmu akan berakhir Frans." Kata bang Aris.

" Belum tentu." Sewot Frans menjawab."

0 Comments:

Posting Komentar