Bab 6
Kelereng Besi
Lanjutan
Pertarungan kelereng tinggal Frans dan bang Aris. Frans merasa khawatir kalau kelerengnya tak bisa diatur, malah akan merugikan diri sendiri. Ada empat butir kelereng yang jadi target tembak. Giliran bang Aris yang membidik, jemarinya yang kukuh mampu melesatkan kelereng besi seperti kapas. Bidikan pertama bang Aris mampu merenggut dua kelereng sekaligus tanpa kesalahan. Frans menahan nafas. Hari, Jidon, Tama, Nur, dan Ari menatap Frans tegang.
Bidikan kedua, bang Aris tersenyum sengak, lagaknya tengik, kantong celananya penuh biji-biji kelereng. "Kau sudah siap untuk kalah Frans." Kata-katanya mengintimidasi.
" Kita lihat saja nanti." Jawab Frans mencoba menguatkan diri.
Tangan kukuh bang Jemi menjentikkan kuat-kuat kelereng besi untuk menggerus dua kelereng yang tersisa. Hari bertolak pinggang, Jidon membalikkan badan, Tama memejamkan mata, Aro dan Nur, lebih santai.
Kelereng meluncur. Frans menahan nafas. Kali ini tembakannya meleset. Mulut bang Aris melongo, tak percaya dengan kesalahan yang di lakukan.
" Kok bisa ya," gerutu bang Aris.
" Sebuah pertanda." Timpal Jidon.
Novel Frans Maki
Lahir di Purbalingga-Jawa Tengah. Tepatnya di desa Kaligondang. Satu desa yang sunyi dan nyaman untuk kontemplasi. Hobi Merenung, dan tak begitu suka dengan keramaian. Sulit untuk melupakan masa-masa kecil.
0 Comments:
Posting Komentar