Minggu, 09 Desember 2012

Penghianatan

Oki memandangi jam klasik hadiah dari Almarhum Ibunya yang  masih bisa bertahanmenempel di dinding kamar kontrakkannya. Jam ini merupakan pelipur lara bila rasa kangennya membuncah. Sambil menyusui bayinya yang dari jam 2 malem itu tidak bisa tidur dengan nyenyak. Oki terus memperhatikan jarum jam yang mengayun terus tanpa lelah. Jam klasiknya tetap pada perfoma puncak.

            Dengkuran Harry malam ini belum terdengar. Sebagai  istrinya Oki paham betul kalau suaminya sampai malam ini masih terjaga dari tidur. Beberapa kali Harry mengganti posisi badan agar bisa tidur. Oki hanya memperhatikan saja, rasa gelisah yang di rasakan oleh suaminya. Karena dirinya sedang sibuk untuk meninabobokan bayinya yang berjenis kelamin laki-laki itu.
            Oki sedikit merasa lega, karena bayi yang baru berumur 40 hari itu sekarang pelan-pelan mulai tenang dan nyaman menikmati apa yang sedang di berikan oleh ibunya. Bayinya di goyang-goyangkan agar lebih nyenyak tidur.
            Sebuah tangan menyentuh pundak Oki yang kukuh. Oki lalu menoleh ke arah suaminya yang memperlihatkan wajah penuh beban. Oki yang sudah curiga akhir-akhir ini dengan kelakuan Harry sudah siap untuk menghadapi resiko yang menyakitkan sekalipun 
            “ Ada apa Mas. Mau di bikinin kopi atau teh.” Oki membalas sentuhan pundaknya dengan alasan penghargaan atas nama cinta. Walau cinta Harry belum di rasa tulus dan nyampe ke hati Oki.
            “ Nggak usah, terimakasih. Ada yang mau aku bicarain  sama kamu Ki,” Harry masih duduk terpaku di depan Oki.
            “ Apa itu Mas Harry.?”. jawab Oki yang masih setia dan menunggu apa yang akan di bicarakan malam-malam begini.
            “ Aku pengin nikah lagi Ki,   sudah 3 bulan ini wanita yang ingin ku nikahi ini ternyata sudah hamil 2 bulan. Dengan Wajah Innocentnya Harry itu ternyata telah menghianatinya. Omongannya memang lembut, tapi kelakuannya amatlah busuk. Begitu batin kecil Oki berkomentar.
Oki seperti kena strika 200 watt. Sedangkan kepalanya seperti terkena cairan timah yang mendidih, dan hatinya seperti di cincang dengan silet beracun. Apa yang dikhawatirkan oleh dirinya ternyata terbukti juga. Keluarga besar Harry sudah memberi sinyal kepada Oki sewaktu pernikahan dirinya berlangsung. Entah alasan apa  Ibu Mertua membisikki telingannya ketika memberi ucapan selamat.
            “ Semoga awet ya pernikahannya.” Bisik Ibu Mertua di telinga Oki yang sedang bahagia. Mendengar ucapan itu, hatinya sedikit tersentak. Tapi rasa bahagia yang sedang di rasakan oleh Oki mengalahkan warning dari Ibu Mertuanya. Karena sebagai wanita Invalid mendapatkan laki-laki normal yang gagah adalah sesuatu yang sangat membahagiakan. Kini mendengar kejujuran Harry yang telah selingkuh dengan wanita lain. Oki seperti terbuka mata hatinya, kalau Harry memang laki-laki yang teramat brengsek.
            Setelah mengatakan tentang wanita yang akan di nikahi setelah hubungan haram itu. Harry meninggalkan Oki yang sedang duduk terpaku seperti vampir terkena kertas rajah. Wajahnya di tutupi dengan kedua telapak tangannya yang kuat akibat bertahun-tahun memengagi kruk. Dadanya membara mendengarkan ucapan Harry yang tega telah menghianati ketulusan cintanya.
            Oki ingin berteriak sekencang-kencangnya. Tapi ia menahan diri. Tangisan yang histeris malah akan menimbulkan kepanikan penghuni kontrakan di sebelahnya. Oki ingin menikmati sendiri duka laranya yang sekarang berada di puncak penderitaan. Dalam ruangan kontrakkan yang sempit. Oki menangis lirih, ia tahan sekuat tenaga agar tangisannya tidak pecah. Inilah kenyataan pahit yang harus Oki alami.
***
Satu  bulan kemudian.
            Oki tidak sanggup lagi menahan gejolak penghianatan yang di lakukan oleh Harry. Oki kemudian menelphone keluarga besarnya di Solo. Oki ceritakan tentang perselingkuhan yang di lakukan oleh suaminya sendiri. Semua keluarga besarnya di Solo sangat terpukul mendengar kabar retak keluarga yang baru dibinanya. Dari keluarga besarnya di kirimlah Hasan, adik Ayah Oki untuk menenangkan biduk rumah tangga Oki.
            Satu hari kemudian sampailah paman Hasan di Jakarta. Tepatnya di kontrakannya yang petak tiga. Paman Hasan Mendapati keponakannya banyak murung dan tidak semangat lagi untuk beraktivitas. Oki ceritakan kabar perselingkuhan Hary dengan wanita lain. Paman Hasan mendengarkan dengan seksama.
            “ Kamu harus kuat Ki..., inilah mungkin cobaan paling berat yang sedang kamu alami. Kuncinya kamu harus tetap dekat dengan Tuhan.” Paman menasehati Oki dengan lembut.         
            “Kejadian ini jangan sampai membuat kamu putus asa, kakakmu pernah mengalami dan merasakan sendiri bagaimana pahitnya di hianati oleh suaminya sendiri.” Oki mendengarkan dengan perhatian. Lalu paman meneruskan kembali ceritanya.
            “ Karena kakak mu tidak kuat menahan kabar perselingkuhan yang di lakukan oleh suaminya. Kakak mu langsung jatuh sakit. Beberapa bulan kemudian, kakak mu di panggil mengahadap-Nya. Semua menyayangkan sikap Kakakmu, yang tidak bisa menerima kenyataan yang ada. Akhirnya penyakit kanker datang menyerang tubuhnya. Ini mungkin salah satu dari penyebab meninggalnya kakak mu itu.” Paman Hasan menceritakan kisah itu dengan wajah mendung.
            Malam semakin pekat. Perjalanan dari Solo membuatnya tampak kelelahan, apalagi harus bercerita hal-hal yang menyedihkan yang di alami oleh keponakannya sendiri. Paman Hasan minta istirahat di kamar tengah dan meninggalkan Oki sendirian di kamar depan yang serba sama ukurannya.
            Oki mendengarkan kisah itu dengan seksama. Walaupun Oki pernah mendengar kisah itu saudara-saudaranya. Tapi mendengarkan sendiri dari lisan paman membuat Oki berjanji pada dirinya sendiri kalau penghianatan berupa perselingkuhan yang di lakukan oleh Harrry tidak akan membuat lumpuh dan patah semangatnya.
***
Jari kukuh Oki sedang menekan tombol telphone selulernya. Beberapa saat kemudian terdengar dialog yang mencengangkan. Setelah berbasa-basi sebagai mantu kepada Ibu mertuanya. Kemudian terjadilah dialog yang membuat hati Oki semakin sedih dan kecewa berat sama kelakuan Harry, juga sama dirirnya sendiri yang tak peka dengan kelakuan dan gelagat suaminya sendiri.
“ Lho..., Ibu kira kamu sudah tahu kalau Harry itu pernah nikah beberapa kali, dan pernikahannya selalu gagal di tengah jalan.” Ibu mertua kaget ketika Oki bertanya tentang kelakuan Harry yang belum di ketahuinya.
“Saya tahunya, kalau Harry adalah duda beranak satu. Dan soal perceraiannya dengan istrinya yang lama sudah beres.” Oki menjawab pertanyaan Ibu mertuanya dengan perasaan tercabik-cabik.
Kabar itu adalah kabar yang paling menyakitkan yang pernah Oki alami. Perasaan kewanitaanya benar-benar tidak di hargai sama sekali oleh Harry. Sementara Harry menganggap kalau pernikahan itu adalah bahan penelitian yang memusingkan kepala. Kumpul kebo adalah hal yang paling di sukai oleh Harry, tanpa status dan ikatan.
Oki memberanikan diri untuk mengorek lebih lanjut tentang siapa sebenarnya Harry. Laki-laki yang kini masih berstatus sebagai suaminya. Kepada Ibu mertua Oki melanjutkan pertanyaan.
“ Ibu..., Mohon di jawab dengan jujur, saya wanita keberapa yang di nikahi oleh Harry.” Nada ucapan Oki masih sopan, walaupun hatinya sudah runtuh rata. Seperti terlindas buldoser. Ibu mertua yang mendapatkan pertanyaan seperti itu menjadi diam. Kini kebobrokan anak lelakinya benar-benar sudah kelewat batas.
“ Mohon maaf Oki, kamu harus kuat mendengarnya. Dulu waktu Ibu membisikimu dengan pernyataan. Rupanya kamu belum paham betul dengan ucapan Ibu.” Ibu mertua ingin mengalihkan pembicaraan.
“ Iya Bu..., saya memang telah di bohongi. Tapi saya mohon sama Ibu, agar kelak kematian saya tidak penasaran dan menghantui Ibu.” Oki menakut-nakuti Ibu mertua dengan mati penasaran dan jadi hantu. Oki melakukannya karena terpaksa.
“ Baiklah nak Oki..., sebenarnya Harry sudah menikah dengan tiga orang wanita. Tapi semuanya tidak bisa di pertahankan alias gagal. Harry, sudah Ibu anggap mati. Dia telah membuat citra keluarga tercoreng. Ibunya sendiri di bohongi layaknya bocah kecil. Kamu yang kuat ya nak..., berarti kamu wanita nomor empat yang telah jadi korban kebobrokan moral Harry.” Ibu mertua tulus menceritakan.
Mendengar hal seperti itu, lutut Oki gemeteran. Oki buru-buru menutup telphone nya. Setelah mengucapkan terimakasih. Oki duduk selonjoran di kamar kontarakan sendirian. Udara di sekitarnya terasa berhenti. Mengawang-awang tak berpartikel. Tubuhnya lemas seperti terkena  lemparan granat pasukan kaveleri.
`Rasa sakit yang di derita kakaknya beberapa tahun yang lal, kini benar-benar hinggap padanya. Sakit karena penghianatan suami yang di berikannya rasa cinta yang tulus. Rasa sakitnya terlampau mendalam. Oki berjanji pada dirinya sendiri, bahwa akan terus bertahan meski penghianatan Harry kepadanya benar-benar nyata. Oki ingin menjerit menumpahkan beban berat yang sedang di alaminya.
Paman Hasan sepulang membeli makanan mendapati keponakannya tertidur diatas karpet sederhana yang biasa di gunakan untuk menyambut tamu. Sebagai paman hatinya tersentuh melihat keponakannya hidup amat sederhana. Padahal di Solo, tempat kelahirannya hidup dalam keadaan cukup. Rasa cinta yang mendalam pada Harry membuatnya rela pergi merantau ke Jakarta bersama-sama. Tapi yang di dapat kemudian adalah di hianati cintanya dengan berselingkuh sama wanita lain, kemudian beralibi ingin menikahinya.
Pamah Hasan terpaksa membangunkan Oki untuk makan. Tubuh Oki perlu asupan makanan dan minuman yang cukup. Keduanyapun makan dengan lahap. Selesai makan pamah Hasan dan Oki ingin menggugat cerai Harry. Kabar perselingkuhan Harry juga sudah tersebar luas di kalangan keluarga besarnya. Satu persatu kerabatnya memberikan support, tetapi juga ada yang pura-pura tidak tahu. Oki membaca sms dari sanak famili dengan perasaan tak menentu.
***
Kini tiga bulan sudah berlalu. Alkhirnya Oki resmi bercerai dengan Harry. Oki  sudah siap untuk untuk menjalani kehidupannya sendirian tanpa pendamping laki-laki. Tapi melihat perkembangan Oki yang agak terlambat dalam pemulihan semangatnya, maka paman Hasan terpaksa membawa Oki ke Solo beserta anaknya. Menurutnya cara ini akan membawa pengaruh positf bagi kesehatan jiwa dan pikirannya.
Sampai di Solo Oki mulai menata kembali hati dan pikirannya dari awal lagi. Nama Harry ingin di hapus dalam  memory nya yang dalam. Kekalutan perasaan Oki benahi dan di salurkan kepada hal-hal  yang positif. Oki jadi rajin mengikuti seminar parenting yang diadakan oleh komunitas pengusung perubahan dalam kehidupan keluarga. Oki berusaha untuk tidak terbayang-bayangi oleh label wanita nomor empat. Sebuah label yang pernah menghacurkan kepercayaan dirinya terhadap hidup yang sedang di jalaninya.
Kehidupan di Kota Solo sedikit-demi sedikit mulai berpengaruh pada pikiran dan kegaluan hatinya. Tempat kelahirannya membuat Oki  menjadi semakin percaya diri untuk menghadapi masa depan yang siapapun tidak tahu akan ujung pangkalnya. Selain itu Oki juga tidak ingin gegabah bila ada lelaki yang menaruh hati padanya. Pengalaman pahit yang ia lalui bersama Harry sudah cukup untuk menjadi cambuk yang menghalanginya kembali bersikap bodoh.
Hari bertambah waktu dan tidak pernah mundur untuk mengulang semua kejadian yang telah berlalu begitu cepat. Semua peristiwa akan terekam dalam setiap ingatan pikiran yang terdalam. Cara menyikapi sebuah peristiwa baik yang pahit ataupun manis akan berpengaruh pada kehidupan yang akan di jalani. Perputaran kejadian pun akan silih berganti bagai perputaran siang dan malam.
Sikap dan cara memandang suatu masalah inilah yang sedang di biasakan oleh Oki. Tak punya cara lain, selain memperbaiki dan menerima peristiwa yang menyakitkan itu sebagai loncatan level hidupnya kearah yang lebih baik. Oki mulai paham bahwa dirinya tidak hidup sendirian di dunia ini. Ada Tuhan yang selalu menyertai setiap langkah dan geraknya.
Oki sadar bahwa cinta dan penghianatan selalu menghiasi setiap drama percnitaan. Hanya kesetiaan yang dapat mengikis rasa hianat dalam setiap manusia. Oki menyadari kalau benteng pernikahannya sekarang tidak lagi mempan melawan serangan musuh. Bahkan kini bentengnya telah roboh di terpa ketidaksetiaan Harry yang bobrok. Oki menata ulang kembali rasa kesetiaan, pengorbanan, penghargaan, saling memahami, mengerti, dan belajar terus menerus dari kesalahan. Lalu kemudian Oki persembahkan rasa itu semua pada anaknya yang terus tumbuh dan berkembang.
Begitulah falsafah hidup hidup yang jadi pedoman hidupnya. Sikap inilah yang di rasakan Oki sebagai cara hidup yang benar. Waktu jugalah yang akan memberikan sebuah kedewasaan berpikir. Oki menyadari bahwa hidup harus terus berjalan. Ada banyak tangga yang harus Oki capai satu persatu.
Oki harus terus melangkah dan tetap menapaki setiap jengkal kehidupannya. Karena ada dermaga yang harus terus di singgahi. Menjalani hidup tanpa semangat dan cita-cita bagaikan hidup di lorong sempit nan gelap. Cahaya tak akan masuk ke dalamnya.
Ada begitu banyak hal yang ingin Oki sampaikan kepada saudara-saudaranya, terutama pamannya. Tapi apakah setiap masalah harus di ceritakan kepada sang paman. Oki ingin melatih kepribadiannya agar lebih tabah dan tegar dalam menghadapi gempuran masalah.
 Oki melewati waktunya dengan anak semata wayangnya. Di lewati harinya dengan harapan serta semangat setiap melihat wajah sang anak yang terus tumbuh sehat. Bila hujan tiba, Oki duduk di teras rumah sambil memandangi hujan yang turun dengan deras. Inilah karunia Tuhan yang Maha indah dan perkasa. Langit putih bersih di sana. Hemm indahnya..., guman Oki.

0 Comments:

Posting Komentar