22
Polisi Saryo masuk kedalam ruangan dan mendapati Nara yang dalam duduk diatas kursi kayu tua. Ia tegang dan terlihat waspada. Ia segera menata diri agar tidak jadi bulan-bulanan. Polisi Saryo mengambil duduk di sisi lain menjauh dari Nara, Ia berharap cara duduknya seperti ini akan membuat rasa tenang pada Nara.
“Mba, namanya siapa?.” Polisi Saryo membuka percakapan dengan hangat.
“ Saya Nara Wina Pak.”
“ Asalnya dari Desa mana?.”
“ Dari Desa Kaligondang Pak.”
“ Apakah kamu benar-benar mengedarkan Uang palsu seperti yang di sampaikan oleh beberapa masyarakat.”
“ Saya tidak tahu uang palsu itu, tapi saya masih ingat wajah orang yang membeli waktu itu, berjaket hitam dan berkumis tebal. Dan wajahnya terdapat banyak titik bekas cacar.” Jawab Nara antusias. Sebuah introgasi membosankan, ia selalu di tanya dengan pertanyaan yang sama. Tetapi melihat wajah Polisi Saryo, Nara melihat ada harapan.
Polisi Saryo masuk kedalam ruangan dan mendapati Nara yang dalam duduk diatas kursi kayu tua. Ia tegang dan terlihat waspada. Ia segera menata diri agar tidak jadi bulan-bulanan. Polisi Saryo mengambil duduk di sisi lain menjauh dari Nara, Ia berharap cara duduknya seperti ini akan membuat rasa tenang pada Nara.
“Mba, namanya siapa?.” Polisi Saryo membuka percakapan dengan hangat.
“ Saya Nara Wina Pak.”
“ Asalnya dari Desa mana?.”
“ Dari Desa Kaligondang Pak.”
“ Apakah kamu benar-benar mengedarkan Uang palsu seperti yang di sampaikan oleh beberapa masyarakat.”
“ Saya tidak tahu uang palsu itu, tapi saya masih ingat wajah orang yang membeli waktu itu, berjaket hitam dan berkumis tebal. Dan wajahnya terdapat banyak titik bekas cacar.” Jawab Nara antusias. Sebuah introgasi membosankan, ia selalu di tanya dengan pertanyaan yang sama. Tetapi melihat wajah Polisi Saryo, Nara melihat ada harapan.