Jumat, 04 Januari 2013

This Is My Jump

Seperti itulah ke indahan manusia di jagad raya ini, ia seperti kupu-kupu sedap di pandang yang sebelumnya adalah ulat, lalu berubah menjadi kepompong. Untuk menjadi kupu-kupu harus melewati proses-proses alamiah sunnatullah. Dalam proses untuk menjadi kupu-kupu ada perjuangan, kesabaran juga kesungguhan agar semakin sempurna ke indahannya. Setelah itu akan berterbangan untuk memulai kehidupan baru. Tidak hanya belajar terbang, tapi juga belajar tentang lingkungan barunya, tentang siapa yang memberi kekuatan kepadanya, lalu kemudian terbang kesana-kemari mencari titik-titik asal muasalnya. Semata agar tidak mudah terjerembab dalam kekauan hidup yang monoton, ia ingin terus out of the book. Asal dalam frame Ilahiyah. Tidak ingin di sebut sebagai penambah beban bumi saja, manusia terus ‘terbang’ dan terbang layaknya kupu-kupu. Kalau jatuh, “kram kakinya”, sekuat tenaga akan bangkit agar punya nilai di hadapan-Nya.

Kalau manusia “terbang” tanpa memperhatikan rambu-rambu yang ada, maka akan menerobos segala nilai-nilai hidup, akan terus menerabas, memotong yang ada tanpa merasa akan adanya suatu masa yang akan “menyakitkan” karena menyesal tidak bisa terlahir kembali di dunia yang telah membuat besar namanya. Hanya kelembutan-Nya yang akan menyelamatkan manusia pada hari di mana manusia berterbangan seperti Anai-Anai.



Sebagai manusia patut bercermin pada apa yang ada di permukaan semuanya. Tak terkecuali bercermin pada seekor kupu-kupu. Selanjutnya manusia berpikir mendalam untuk menemukan kelemahan-kelemahan jiwa lalu berproses seperti kupu-kupu, menjadikannya kesadaran baru yang kemudian terus di semai agar menjadi pribadi yang bener-bener baru dan berbeda. Bukankah menjadi pribadi yang berbeda bukan sebuah aib selama dalam titian ilahi, dan selama tidak meninggalkan “sisi-sisi” keindahan layaknya kupu-kupu.

Setiap proses hidup, menyiratkan bahwa manusia berubah bertahap untuk menghasilkan “New Man”. Pesona-pesona jiwa yang menyenangkan setiap orang yang di jumpai dengan karakter kepribadian yang di miliki. Berusaha untuk tidak membiarkan dirinya terserang penyakit yang merapuhkan akal dan pikirannya. Hal seperti ini tidak diperoleh dalam satu suapan, layaknya mengenyangkan perut. Semua itu hasil dari kumpulan-kumpulan kebaikan yang diperolehnya dengan susah payah, namun hasilnya semakin mengenyangkan jiwa dan akalnya. Dari itu akan menguatkan yang sudah rapuh, dan menjernihkan sesuatu yang mulai keruh butek kecoklatan.

Manusia juga berproses bukan sekedar dimensi kehidupan saja tapi harus sampai ke dalam kesempurnaan dimensi dari cita-cita hidup. Bukan sebuah alternative semu, tapi ia sebuah pilihan yang tak bisa diproses secara instan. Bukan merupakan terminal akhir dari sebuah perjuangan hidup. Buka mata lihat sekeliling, terima nasehet, jalin silaturahmi, dan instropeksi diri. Adalah intisari lain dari kisah ini.

Kisah hidup yang tak berujung kecuali dalam hatinya ada ketenangan dan kedamaian dalam memaknai sebuah perjalanan hidup. Mencoba memberi warna dari sebuah perjalanan. Mencoba memaknai sebuah kesalahan, karena hidup harus terus berjalan. Mencoba melepaskan paku yang tertancap dalam dinding kemudian mendempulnya. Mencoba menentramkan sukma yang rindu akan ketenangan jiwa.

Perjuangan hidup seorang anak manusia. Berawal dari sesuatu dan menjadi sesuatu layakanya seperti kupu-kupu. Kupu-kupu yang dulunya berasal dari ulat, lalu lama kelamaan berubah menjadi kupu-kupu yang indah di mata. Begitu juga manusia sepatutnya manusia belajar dari “misteri” perubahan kupu-kupu itu.

Ada kalanya seekor Kupu-Kupu melompat dengan terbang pendek ke dahan satu ke dahan lainnya. Seperti jua diriku yang punya salah satu satu lompatan terbaik dalam perjalanan hidup, lompatan ku pun pernah menginjakan kedua kakinya pada udara segar kaum kampus.

Kehidupanku sebenarnya berawal dari sebuah titik-titik ketidakoptimisan dalam meraih cita-citaku, perjalanannya di bawah seringai tetangga yang tak percaya, kalau anak kere itu bisa melompat jauh bak Impala. Berani keluar kampung, merantau menuntut ilmu dengan cara apapun asal halal, tak peduli lagi rasa malu berhutang, Asal Drop Out tak lagi jadi hantu bagiku. Sebuah catatan yang melanda kaum pelajar bergelar “maha”, seharusnya “maha” dalam segala sesuatu, tapi tidak untukku. Ada dunia lain yang harus di kejar, kalau tidak namanya akan terbuang dalam catatan kemahasiswaan.

Bagi mahasiswa mungkin Kata-kata DO bukan OD terasa menyekat tenggorakan, dan menghentikan langkah yang makin terseok saja. Aku tidak bisa membayangkan wajah Ayah dan Ibu, bila anaknya tercinta mendapat status DO selama-lamanya, tanpa bisa memperbaiki barang sejenak, maka aku tidak dapat memaafkan diriku sendiri. Ku putar balik arah agar catatan akhir kuliah tidak mendapat raport merah. Selain gelar Mahasiswa Abadi juga tak suka kupakai.

Untuk sekali ini kawan-kawan, semuanya agar catatan akhir kuliah bisa menambal rasa lelah, lapar yang tak terkira rasanya sampai lutut gemetaran hingga telapak tangan pun berembun, haus dahaga, memberikan gizi terbaik bagi tubuhku yang pernah kurus kering, juga menambal harga diri keluarga di mata tetangga yang syirik.

Ku pacu diriku agar tetap bertahan, berusaha untuk sesuatu yang terburuk sekalipun, Black List sempat menggelisahkanku. Ku jalani itu semua hanya untuk sebuah lompatan terbaikku selama ada dalam catatan akhir kuliah.

0 Comments:

Posting Komentar