Selasa, 10 Juni 2025

Mengapa Perlu Menulis?

BABAK 70
Kerena menulis itu proses kreatif yang perlu dimiliki oleh semua disiplin ilmu dan profesi. Kalau dalam deep learning akan menumbuhkan growth mindset dan proses sebagai prodaknya. Bukan sebaliknya. Dalam menulis pun sama prosesnya, yakni mengasah daya pikir menjadikan hal yang rumit bisa menjadi lebih sederhan, itu salah duanya. Lalu, kenapa perlu menulis? silakan direnungi alasan-alasan di bawah ini. 
 
1. Membuatmu bisa menuangkan apa yang dikepala dan menganvaskan dalam bentuk tulisan. Hingga menyadari belakangan, bahwa yang kamu tulis benar-benar dibutuhkan pada saat nantinya. Orang menyebutnya dejavu, tapi itu sesungguhnya endapan informasi dari apa yang kamu baca bertahun-tahun, lama mengkrisital, lalu membentuk persepsi mendalam atas bacaanmu dan tulisanmu.

2. Membuat kebutuhanmu akan paradigma yang sudah kelewat mengakar dalam visi pribadimu, hingga kemudian lahir aksioma, sensasi, pilar-pilar asasi yang akan membentuk nalar pribadi setiap pembaca. Mengenai pembaca, semua pembaca bisa menikmati semua kegiatan mengeja kalimat tanpa perlu repot-repot menyeka apa saya pembaca pemula, atau pembaca pedagogik yang gemar mendulang informasi dan hobi memperbaiki bagaimana caramu membaca.

3. Membuat visi pribadimu yang kelewat membudaya dalam kepala dan gerak tubuhmu, hingga yang ada adalah kemampuan scanning untuk semua situasi, dan mencatatnya baik-baik dalam ingatan terdalam, atau mengkanvaskan (istilah tinju) di atas kertas melalui penalaran sistemik jika itu mampu, tetapi semua dimaksudkan untuk memakzulkan pikiran gugup atas tulisan yang tak kunjung bisa di selesaikan.

4. Membuatmu memahami 'situasi' ada apanya dan apa adanya, yang hadir kemudian kemahiran untuk menerjemahkan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan, negeri tercinta ini. Agar pandanganmu tidak cupet dan tidak cepat-cepat memberi label pada semua situasi yang kamu lihat, rasakan, dan hadapi.

5. Menulis berarti menerjemahkan situasi ke situasi lain, agar pembaca memperoleh gambaran utuh tentang penilaian penulis atas apa yang pernah terjadi, hari ini, esok, dan kemarin, jadi guys tak ada alasan lain untuk tidak menuangkan ide, hanya kemauan pada akhirnya, dan sejumput penyesalan.

6. Mencatat pengalaman pribadi yang telah mengarat membentuk siluet tentang peristiwa apa (ditekuni), dan kebutuhan untuk menceritakan lebih detil urutan pengalaman itu dalam bentuk puisikah, Novel, Cerpen, Esai, atau mungkin kamus. Bisa juga cara mempresentasikan dalam bentuk laporan investigasi mendalam atas situasi tertentu. Mengajak pembaca untuk tidak hanya menjadi pembaca 'biasa' tetapi mampu melampaui apa yang disajikan dalam bentuk kalimat. 

0 Comments:

Posting Komentar